Happy reading, all!
🍃🍃🍃
Dor! Dor!
Pria berpakaian hitam itu langsung mendorongku jatuh ke lantai. Berkatnya aku terhindar dari tembakan, tetapi Marissa tidak sempat mengelak sehingga lengannya terluka.
Bos Red Eye itu kemudian tertawa kuat melihat kami jatuh ke dalam perangkapnya. "Kau pikir aku akan diam saja melihat kalian mengambil alih tempat ini? Hanya aku yang boleh berkuasa disini!" Seru bos itu.
Cklek! Pria itu menyiapkan peluru lainnya untuk menembak. Aku dan pria berpakaian hitam segera berlindung di bawah meja, sedangkan Marissa berlindung dibalik sofa.
Dor! Dor!
Pria itu menembak sembarangan disertai tawa.
Aku tidak bisa fokus memikirkan cara untuk menghentikannya karena luka Marissa membuatku khawatir.
"Hei, hei. Fokus dulu," ucap Pria itu memegang wajahku. Mata kami bertemu. "Kita harus menghentikan dia dulu."
Aku mengangguk paham dan kembali fokus pada masalah di depan kami. Aku coba melirik, tetapi dia kemudian menembak ke arahku dan aku sembunyi lagi.
Saat itu Marissa melambaikan tangan kirinya, mencari perhatian kami. Ketika aku melihat ke arahnya, dia menggelindingkan sebuah botol pada kami.
Aku menangkap botol itu. Aku melihat Marissa dan botolnya bergantian, keheranan dengan apa yang harus ku lakukan pada botol ini.
Marissa meluruskan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk seperti pistol dan memeragakan tembakan.
"Apa dia mau kita melempar botol ini pada bos itu?" Tanya Pria disampingku.
"Aku pikir begitu, tapi bagaimana caranya?"
"Serahkan saja padaku," katanya dan muncul busur panah serta anak panah di tangannya tiba-tiba. Aku mengikat botol kecil itu didekat ujung mata pisau.
Kemudian Pria berpakaian hitam berdiri dan bersiap membidik ke arah bos Red Eye. Aku memerhatikan reaksi bos itu dengan mengintip dari bawah."Hahahaha!!! Kau pikir kau bisa mengalahkanku dengan itu? Pistol ini lebih canggih daripada barang busuk itu!!"
"....." dia mengabaikan ejekan bos itu. Detik berikutnya, anak panah sudah melesat melewati tepat samping leher. Botol di ujungnya pun pecah akibat terbentur dinding.
Kulihat ekspresi bos itu sempat kaget karena panah itu nyaris mengenai lehernya. Dia hanya tertawa dan mengejek kami karena tembakannya meleset. Dia tidak memperhatikan ada asap mengepul dari belakang akibat ramuan tadi.
Pria berpakaian hitam menarik kepalaku dan menutup hidung serta mulutku dengan tangannya. Saat aku menoleh hendak bertanya ada apa, kulihat dia juga menutup hidung dan mulutnya. Begitu juga dengan Marissa.
"Kalo kalian berlutut didepanku, aku masih ... akan ... me ..."
Bruk!
Bos Red Eye itu pingsan.
Setelah asapnya mulai menghilang, aku bangun lebih dulu dan membuka jendela terdekat agar udara segar masuk ke ruangan.
Aku, Marissa, dan pria berpakaian hitam perlahan mendekati bos Red Eye yang sudah tidak sadarkan diri. Pria berpakaian hitam segera menjauhkan pistol dari bos Red Eye dan mengikat tangannya kebelakang dan menyandarkannya ke dekat meja kerja.
"Haaah .... dia ini menyusahkanku saja," katanya seolah hanya dia yang kesulitan karena masalah ini.
Aku menghampiri Marissa dan melihat kondisi lengannya. Marissa melihatku cemas pun berkata, "ini hanya luka kecil. Tembakannya tidak mengenaiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy 3: The Last Hope
FantasyDianjurkan membaca 'Kimberly Academy' dan 'Kimberly Academy Series: Lost and Found' sebelum membaca ini. 🍃🍃🍃 Menghilangnya Kim menjadi berita mengejutkan bagi teman-temannya. Namun, ditengah masa berkabung, Kimberly Academy justru kedatangan peny...