NLMA PAGE 13

28 5 0
                                    


Happy reading guys..


Matahari sudah mulai naik, sehingga cahayanya menyapa Fourth dan keluarganya yang baru selesai sarapan. Sinar matahari pagi yang hangat menembus jendela, menciptakan bayangan lembut di ruang makan yang dipenuhi aroma kopi dan roti panggang. Tidak seperti biasanya, kali ini Mile dan Apo tidak berbincang santai lama-lama di ruang makan. Mereka berpamitan untuk menuju ruang kerja mereka mempersiapkan berkas-berkas yang akan dibawa.

"Daddy sama Papo ke ruang kerja dulu ya. Kalau teman adik sudah datang, antar ke ruangan kerja Daddy sama Papo saja," ucap Mile sebelum bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruang makan. Suaranya terdengar tegas namun lembut, mencerminkan keseriusan tugas yang harus diselesaikan. Wajahnya menunjukkan fokus dan sedikit kekhawatiran. Mile merapikan kemejanya sebelum melangkah pergi.

"Papo urus berkas-berkas dulu ya sayang, kalian ngobrol-ngobrol aja dulu," ucap Apo lalu pergi meninggalkan anak-anaknya dan mengikuti Mile menuju ruang kerja. Ekspresi Apo terlihat tenang namun penuh konsentrasi, Ia menepuk bahu anak-anaknya dengan lembut sebelum beranjak pergi.

Mereka tampak diam satu sama lain tanpa sepatah kata pun yang terucap. Kelima anak Mile dan Apo hanya memandangi kedua orang tuanya yang menjauh dari ruang makan sampai akhirnya hilang dari pandangan mereka. Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara burung berkicau di luar jendela. Wajah anak-anak menunjukkan campuran antara kebingungan dan kekhawatiran. Mereka saling bertukar pandang, mencari kepastian di antara satu sama lain.

"Ayo, ikut gue ke ruang tamu," ucap Fort pada abang dan adiknya sambil bangkit dari tempat duduknya dan menuju ruang tamu. Mereka pun mengangguk dan mengikuti langkah Fort menuju ruang tamu. Ekspresi Fort menunjukkan tekad dan sedikit ketegangan, Ia mengusap rambutnya dengan tangan, mencoba menenangkan diri.

Sesampainya di ruang tamu, Fourth dan keempat abangnya duduk di atas sofa yang ada di sana. Sofa berwarna hitam itu terasa empuk dan nyaman. Mereka melingkar membicarakan mengenai rencana ke depannya yang dipandu oleh Fort. Ruang tamu yang luas dan terang itu dipenuhi dengan perabotan kayu yang elegan, memberikan kesan hangat dan ramah. Wajah mereka serius, menunjukkan betapa pentingnya pembicaraan ini. Fort duduk dengan punggung tegak, tangannya bergerak-gerak saat menjelaskan rencana.

"Okay, jadi nanti abang ke ruang kerja Daddy dulu," ucap Fort pada Nicha. "Gimanapun, yang bisa keluar masuk ke sana cuma abang, karena abang turut andil dalam pekerjaan Daddy sama Papo. Nanti, abang tanya apa aja basa-basi sama Daddy dan Papo, kalau bisa abang diam di sana sampai obrolan Daddy sama Gemini selesai," jelas Fort. Suaranya terdengar penuh keyakinan, membuat yang lain merasa tenang. Ekspresinya menunjukkan kepercayaan diri dan tanggung jawab. Ia menganggukkan kepala untuk menekankan poin-poin penting.

"Kenapa begitu?" tanya Nicha pada Fort. Wajahnya menunjukkan rasa penasaran yang mendalam, alisnya sedikit terangkat. Ia menyilangkan tangan di depan dada, menunggu penjelasan.

Mendengar itu, Fort pun menjelaskan alasannya mengatakan seperti itu. "Paham, kan?" ucap Fort sesaat setelah menjelaskan secara detail tentang rencana ke depannya. Suasana menjadi serius, semua mendengarkan dengan seksama. Ekspresi Fort menunjukkan kesabaran dan ketelitian. Ia menatap mata Nicha, memastikan ia mengerti.

"Bang, kenapa harus lu yang antar Gemini ke ruangan Daddy?" tanya Mos pada Fort. Suaranya terdengar sedikit ragu, matanya menunjukkan kekhawatiran. Ia menggaruk kepala, tanda kebingungan.

"Lu pikir yang lain bisa setenang dia? Berhadapan langsung sama Daddy dalam keadaan gini," ucap Dew dengan sedikit kesal dengan ekspresinya menunjukkan ketegangan.

NEVER LEAVE ME AGAIN (GEMINIFOURTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang