Matahari baru saja muncul dari balik pegunungan, menyinari hutan dengan cahaya lembut yang membuat dedaunan tampak bersinar. Regu Rian, yang sudah siap sejak pagi, melanjutkan perjalanan mereka memasuki hutan yang semakin dalam. Suara langkah kaki mereka berpadu dengan kicauan burung dan desiran angin, menciptakan simfoni alam yang menenangkan. Namun, semangat dan rasa ingin tahu mereka lebih kuat daripada keheningan yang mengelilingi mereka.
"Bagaimana kalau kita istirahat sejenak?" tanya Tika sambil memandang ke arah Rian. "Kita sudah berjalan cukup jauh, dan cuaca mulai panas."
Rian setuju, dan mereka berhenti di sebuah tempat yang agak teduh di bawah pohon besar. Mereka mengeluarkan perbekalan, sambil menikmati camilan dan air. Nadya mulai mengamati peta dan mencari rute berikutnya, sementara Alvin memeriksa alat navigasi mereka. Gilang tampak sibuk mencatat sesuatu di buku catatannya, mungkin mengenai tanaman atau jejak yang mereka temui di sepanjang jalan.
"Menurut peta, kita harus melewati lembah dan mendaki bukit untuk sampai ke titik berikutnya," kata Alvin sambil menggarisbawahi rute di peta. "Tapi ada tanda yang menunjukkan sesuatu di dekat lembah."
Bagas, yang baru saja selesai memeriksa persediaan, berdiri dan menatap ke arah lembah yang ditunjukkan Alvin. "Tanda apa yang dimaksud?" tanyanya penasaran.
"Simbol berbentuk segitiga dengan garis-garis di dalamnya. Itu mungkin petunjuk tambahan untuk menemukan harta karun," jawab Alvin.
Setelah beristirahat, regu melanjutkan perjalanan mereka ke lembah. Mereka turun perlahan melalui jalur yang curam dan berbahaya, berhati-hati agar tidak tergelincir di atas batu yang licin. Tika dan Bagas bergantian memimpin, mengarahkan kelompok dengan hati-hati agar tetap berada di jalur yang aman.
Setibanya di lembah, mereka mulai mencari tanda yang dimaksud. Gilang, dengan mata tajamnya, segera menemukan sebuah batu besar yang dikelilingi oleh tanaman merambat. Di atas batu tersebut, terdapat ukiran simbol segitiga yang mirip dengan yang ada di peta. "Ini dia!" teriak Gilang, menunjuk ke arah simbol.
Rian dan yang lainnya mendekat, memeriksa ukiran itu dengan cermat. Alvin memperhatikan simbol tersebut dengan seksama, mencoba mencari makna di baliknya. "Simbol ini mungkin merupakan petunjuk untuk menemukan sesuatu yang tersembunyi di sekitar sini," katanya. "Kita harus mencari lebih lanjut."
Mereka mulai memeriksa area sekitar batu, menggeser batu-batu kecil dan menggesekkan dedaunan. Setelah beberapa waktu, Nadya menemukan sebuah kotak kayu kecil yang tertutup rapat di bawah tumpukan daun dan tanah. "Ini mungkin apa yang kita cari," ujarnya sambil menunjukkan kotak tersebut.
Rian membuka kotak dengan hati-hati, dan di dalamnya terdapat gulungan kertas yang telah lama terlipat. Dia membuka gulungan tersebut dan menemukan teka-teki yang tertulis dengan tangan yang indah. Teka-teki itu berbunyi:
"Di bawah naungan pohon raksasa, di mana matahari tak mampu menyentuh,
Temukan kunci yang tersembunyi di sana, dan rahasia akan terbuka."Semua saling memandang, mencoba memahami arti teka-teki tersebut. Nadya menggaruk kepalanya, "Pohon raksasa? Apakah itu berarti kita harus mencari pohon besar di sekitar sini?"
Rian mengangguk, "Mungkin. Kita harus mencari pohon besar yang mungkin menjadi petunjuk."
Mereka mulai menjelajahi lembah, mencari pohon yang cukup besar dan mencolok. Setelah beberapa saat, Gilang menemukan sebuah pohon besar dengan batang yang sangat lebar, dikelilingi oleh akar-akar besar yang menjalar ke tanah. "Ini mungkin pohon yang dimaksud," katanya.
Mereka memeriksa pohon dengan hati-hati, menyisir area di sekeliling akar dan batangnya. Bagas, dengan tenaga fisiknya, mulai menggali di bawah akar yang menonjol. Setelah beberapa menit, ia menemukan sebuah kotak kecil yang tersembunyi di dalam tanah. Dengan hati-hati, mereka membuka kotak tersebut dan menemukan sebuah kunci kuno yang terbuat dari logam.
"Ini pasti kunci yang dimaksud dalam teka-teki," kata Alvin. "Kita harus menemukan kunci ini."
Rian memandang ke arah regunya, merasa lega dan senang karena mereka berhasil menyelesaikan teka-teki pertama. Namun, dia juga merasa ada lebih banyak tantangan yang akan datang. "Kita sudah mendapatkan kunci, tapi ini mungkin hanya awal dari petualangan kita," katanya. "Kita harus tetap waspada dan siap untuk apa pun yang mungkin kita hadapi selanjutnya."
Dengan kunci di tangan, mereka melanjutkan perjalanan menuju bukit yang harus mereka daki. Mereka tahu bahwa setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke tujuan mereka, tetapi juga menambah tantangan yang harus mereka hadapi. Semangat mereka tetap tinggi, dan persahabatan mereka semakin kuat, saat mereka menghadapi setiap rintangan yang muncul di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Di Bumi Pramuka [ SEGERA TERBIT]
AdventureDi Bumi Perkemahan Nasional, regu pramuka yang terdiri dari Rian, Nadya, Alvin, Tika, Bagas, Gilang, dan Naufal menemukan petunjuk menuju harta karun bersejarah. Menghadapi alam liar, cuaca ekstrem, dan regu saingan, mereka harus bekerja sama dan me...