Setelah menemukan kotak harta karun dan artefak kuno, regu Rian merasakan kepuasan yang mendalam. Namun, perjalanan mereka belum sepenuhnya berakhir. Saat mereka meninggalkan ruangan, mereka menemukan bahwa lorong menuju keluar telah dipenuhi oleh kabut tebal yang menutupi jalan mereka.
“Malam sudah tiba, dan kabut ini membuat segalanya semakin sulit,” kata Alvin sambil menyalakan senter. “Kita harus hati-hati agar tidak tersesat.”
Regu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan senter dan alat navigasi. Mereka melangkah perlahan, berhati-hati di tengah kabut yang semakin tebal. Suara langkah kaki mereka terasa seperti menggema di tengah keheningan malam, dan suhu udara mulai turun dengan cepat.
“Ini seperti labirin baru,” kata Tika dengan suara pelan. “Kita harus mencari jalan keluar sebelum kabut semakin tebal.”
Nadya mengamati peta dan mencoba mencari rute yang bisa mereka ambil. “Menurut peta, kita harus menuju ke arah barat laut untuk keluar dari area ini. Tapi dengan kabut seperti ini, kita harus sangat berhati-hati.”
Mereka terus bergerak maju, berusaha tetap berada di jalur yang benar. Kabut membuat semuanya tampak kabur, dan mereka harus sering berhenti untuk memastikan mereka tidak tersesat. Sesekali, mereka mendengar suara-suara aneh yang berasal dari dalam kabut, menambah ketegangan suasana.
“Perhatikan setiap detail di sekitar kita,” kata Rian sambil memeriksa sekeliling. “Jika ada tanda atau petunjuk, kita harus menemukannya.”
Saat mereka terus berjalan, mereka tiba di sebuah area terbuka yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Di tengah area ini, terdapat sebuah patung misterius yang tampaknya berusia ratusan tahun. Patung tersebut menggambarkan seorang prajurit kuno yang berdiri dengan tangan terentang seolah-olah menunjukkan arah.
“Ini tampaknya seperti petunjuk,” kata Bagas sambil memeriksa patung. “Mungkin patung ini menunjukkan arah keluar dari kabut.”
Mereka memutuskan untuk mengikuti arah yang ditunjukkan oleh patung. Meskipun kabut masih sangat tebal, mereka mencoba mengikuti petunjuk dengan seksama. Dalam perjalanan mereka, mereka menemukan beberapa simbol dan tanda yang menunjukkan bahwa mereka berada di jalur yang benar.
Namun, saat mereka melanjutkan perjalanan, mereka tiba di sebuah jurang yang dalam dengan aliran sungai yang mengalir di bawahnya. Di seberang jurang, terlihat sebuah jembatan tua yang tampaknya sudah sangat rapuh.
“Kita harus menyeberangi jembatan itu untuk melanjutkan perjalanan,” kata Rian sambil memeriksa jembatan. “Tapi kita harus hati-hati agar tidak terjatuh.”
Satu per satu, mereka mulai menyeberangi jembatan dengan sangat hati-hati. Gilang, yang memimpin, memastikan bahwa setiap langkah diambil dengan aman. Ketika mereka hampir mencapai ujung jembatan, tiba-tiba terdengar suara keras di belakang mereka.
“Cepat! Ayo cepat!” teriak Alvin saat mereka melihat bahwa kabut semakin tebal dan menutupi jalan di belakang mereka. “Kita harus segera menyeberangi jembatan sebelum kabut menutup sepenuhnya.”
Dengan semangat dan koordinasi yang kuat, mereka berhasil menyeberangi jembatan dan melanjutkan perjalanan di sisi lain jurang. Mereka terus mengikuti jalur yang ditunjukkan oleh patung dan simbol, meskipun kabut semakin menghalangi penglihatan mereka.
Akhirnya, setelah berjam-jam berjalan di tengah kabut, mereka melihat sebuah cahaya kecil di kejauhan. Cahaya itu tampak seperti pintu keluar dari kabut, dan mereka merasa lega melihat tanda-tanda bahwa mereka hampir sampai di tempat yang aman.
“Lihat! Itu cahaya!” seru Tika dengan penuh semangat. “Kita hampir keluar dari sini!”
Mereka mempercepat langkah mereka menuju cahaya tersebut. Ketika mereka akhirnya mencapai pintu keluar, kabut mulai menghilang, dan mereka menemukan diri mereka berada di tepi sebuah danau yang tenang dengan pemandangan yang menakjubkan. Danau itu dikelilingi oleh pegunungan yang tertutup salju, memberikan kontras yang indah dengan kegelapan yang baru saja mereka hadapi.
“Meskipun perjalanan kita penuh tantangan, kita berhasil melewatinya,” kata Rian dengan lega. “Kita telah menunjukkan keberanian dan ketangguhan, dan itu adalah pencapaian yang luar biasa.”
Mereka duduk sejenak di tepi danau, menikmati pemandangan dan merayakan pencapaian mereka. Meskipun perjalanan mereka belum sepenuhnya berakhir, mereka merasa puas dengan apa yang telah mereka capai. Mereka tahu bahwa tantangan berikutnya akan menunggu mereka, tetapi mereka siap menghadapi apa pun yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Di Bumi Pramuka [ SEGERA TERBIT]
AdventureDi Bumi Perkemahan Nasional, regu pramuka yang terdiri dari Rian, Nadya, Alvin, Tika, Bagas, Gilang, dan Naufal menemukan petunjuk menuju harta karun bersejarah. Menghadapi alam liar, cuaca ekstrem, dan regu saingan, mereka harus bekerja sama dan me...