Chapter 06: Misteri Danau Terlarang

76 65 28
                                    

Setelah menghabiskan waktu di tepi danau, regu Rian merasa lega dan siap melanjutkan perjalanan mereka. Mereka tahu bahwa setiap tantangan yang mereka lalui hanya akan memperkuat persahabatan dan keberanian mereka. Namun, saat matahari mulai terbenam, suasana danau yang tenang berubah menjadi sedikit mencekam. Udara terasa lebih dingin, dan bayangan pepohonan di sekitar danau tampak bergerak seolah-olah mengikuti langkah mereka.

"Ini terlalu tenang," ujar Nadya dengan waspada. "Seperti ada yang mengamati kita."

Alvin mengangguk. "Sepertinya kita harus segera mencari tempat yang lebih aman untuk berkemah malam ini."

Mereka memutuskan untuk menjelajahi sekitar danau dan mencari tempat berlindung. Di sisi timur danau, mereka menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik bebatuan besar. Gua itu tampak cukup luas untuk menampung seluruh regu dan melindungi mereka dari cuaca malam yang semakin dingin.

"Sebaiknya kita bermalam di sini," saran Rian sambil memeriksa bagian dalam gua. "Kita bisa menyalakan api unggun di pintu masuk untuk menghangatkan diri."

Setelah menyiapkan peralatan mereka dan menyalakan api unggun, regu duduk melingkari api, menikmati kehangatan yang menyebar. Cahaya api memantul pada dinding gua, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak seiring dengan hembusan angin.

"Besok, kita harus melanjutkan pencarian kita," kata Gilang sambil memandang api. "Danau ini mungkin menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang kita duga."

Ketika malam semakin larut, mereka mendengar suara gemerisik dari dalam gua. Rian bangkit dan memeriksa sumber suara itu. Ia menemukan sebuah celah kecil di dinding gua yang tampaknya mengarah ke ruangan lain.

"Hei, kalian harus lihat ini," panggil Rian. "Ada jalan tersembunyi di sini."

Dengan rasa penasaran, mereka semua mengikuti Rian melalui celah tersebut. Di balik celah, mereka menemukan ruangan besar yang dipenuhi dengan lukisan dinding dan ukiran yang tampaknya menggambarkan legenda danau. Lukisan-lukisan itu menunjukkan gambar-gambar prajurit kuno, pertempuran, dan sebuah benda misterius yang berkilauan di tengah danau.

"Nampaknya ada legenda tentang danau ini," ujar Nadya sambil memperhatikan ukiran. "Mungkin ini ada hubungannya dengan artefak yang kita temukan."

Di salah satu sudut ruangan, mereka menemukan sebuah prasasti batu yang tertulis dalam bahasa kuno. Prasasti itu menceritakan kisah tentang harta karun tersembunyi di dasar danau, yang dijaga oleh roh penjaga danau. Legenda itu menyebutkan bahwa hanya mereka yang memiliki hati yang murni dan keberanian yang luar biasa yang bisa menemukan harta karun tersebut.

"Jadi, ada harta karun di danau ini," kata Tika dengan mata berbinar. "Tapi apa yang dimaksud dengan roh penjaga danau?"

"Entahlah, tapi ini pasti ada hubungannya dengan apa yang kita alami," jawab Rian. "Jika kita ingin menemukan harta karun itu, kita harus berhati-hati. Ada sesuatu yang melindungi tempat ini."

Mereka kembali ke pintu masuk gua dan memutuskan untuk beristirahat, sambil memikirkan rencana untuk esok hari. Malam itu, mereka bergantian berjaga untuk memastikan tidak ada bahaya yang mendekati.

Keesokan paginya, regu Rian bangun dengan semangat baru. Mereka memutuskan untuk menyelidiki lebih jauh tentang legenda danau tersebut. Dengan menggunakan perahu kecil yang mereka temukan di tepi danau, mereka berlayar menuju titik tengah danau, tempat yang digambarkan dalam lukisan dinding sebagai lokasi harta karun.

Air danau sangat jernih, sehingga mereka bisa melihat dasar danau yang dipenuhi bebatuan dan tanaman air. Saat mereka mendekati titik tengah, air mulai bergolak, dan sebuah bayangan besar muncul di bawah permukaan air.

"Itu dia!" seru Alvin sambil menunjuk bayangan tersebut. "Mungkin itu roh penjaga danau yang disebutkan dalam prasasti."

Mereka berhenti mendayung dan menunggu dengan tegang. Bayangan itu bergerak mendekat, dan mereka bisa melihat bahwa itu adalah sosok besar berbentuk naga air yang berkilauan. Naga itu mengelilingi perahu mereka dengan mata yang memancarkan cahaya biru lembut.

Regu Rian menahan napas, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Naga air itu berhenti dan memandang mereka dengan tatapan yang dalam. Seolah-olah naga itu sedang menilai mereka.

"Tunjukkan hati yang murni dan keberanian," bisik Nadya, mengingat kata-kata dari prasasti. "Mungkin itu satu-satunya cara untuk mendekati harta karun ini."

Rian mengambil langkah maju, memegang erat-erat tali perahu dan menatap naga air itu tanpa rasa takut. "Kami tidak datang untuk mengambil apa pun dengan paksa," katanya dengan suara tegas namun lembut. "Kami hanya mencari petualangan dan pembelajaran. Kami berjanji untuk menghormati tempat ini dan apa pun yang ada di dalamnya."

Naga air itu menatap Rian untuk beberapa detik yang terasa seperti selamanya. Kemudian, dengan gerakan yang anggun, naga itu merendahkan tubuhnya dan membuka jalan menuju dasar danau, di mana mereka bisa melihat kilauan harta karun yang tersembunyi.

Rian dan regunya tersenyum, mengetahui bahwa mereka telah lulus ujian. Mereka tidak hanya menemukan harta karun fisik, tetapi juga pelajaran tentang keberanian, kebersamaan, dan menghormati alam di sekitar mereka.

Petualangan Di Bumi Pramuka [ SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang