Setelah berhasil menyebrangi sungai, regu Rian melanjutkan perjalanan mereka menuju pos berikutnya. Namun, di tengah perjalanan, mereka menyadari bahwa peta utama yang mereka andalkan hilang. Peta ini adalah panduan utama yang menunjukkan rute dan lokasi pos-pos berikutnya, dan kehilangan peta berarti mereka bisa tersesat di hutan.
“Peta kita hilang!” seru Nadya panik sambil memeriksa ranselnya sekali lagi. “Aku yakin tadi ada di sini.”
Rian mencoba menenangkan semua orang. “Oke, jangan panik dulu. Kita harus tetap tenang dan mencoba mengingat kapan terakhir kali kita melihat peta itu.”
Mereka duduk bersama, berusaha mengingat langkah demi langkah yang mereka ambil sejak terakhir kali melihat peta. Setelah beberapa menit, Alvin teringat bahwa mereka menggunakan peta itu sebelum menyebrang sungai.
“Peta itu mungkin tertinggal di tepi sungai saat kita sibuk menyeberang,” ujar Alvin sambil mencoba melihat ke arah sungai, yang sekarang terlihat jauh di belakang mereka.
Gilang mengangguk, “Kalau begitu, kita harus kembali ke sana dan mencarinya. Kita tidak bisa melanjutkan tanpa peta itu.”
Regu Rian kembali ke tepi sungai dengan langkah cepat, berharap peta masih ada di sana. Setelah mencari beberapa saat, akhirnya mereka menemukan peta tersebut terjepit di bawah sebuah batu besar dekat tempat mereka pertama kali berhenti.
“Syukurlah!” seru Naufal lega. “Sekarang kita bisa melanjutkan perjalanan.”
Namun, ketika mereka hendak melanjutkan perjalanan, Rian memperhatikan sesuatu yang aneh di peta. Ada simbol-simbol baru yang sebelumnya tidak ada. Simbol-simbol ini terlihat seperti petunjuk tambahan yang membawa mereka ke arah yang berbeda dari rute awal.
“Apa ini? Sepertinya ada jalur lain yang ditandai di peta ini,” ujar Rian sambil memperlihatkan peta kepada yang lain. “Sepertinya kita harus mengikuti petunjuk baru ini.”
Kak Bima yang kebetulan melintas dan melihat mereka, memberi tahu bahwa itu adalah bagian dari tantangan berikutnya. “Kalian harus menemukan jalur tersembunyi yang ditandai di peta tersebut. Jalur ini akan membawa kalian ke pos terakhir, tapi hati-hati, karena akan ada banyak rintangan.”
Regu Rian bersemangat, meski sedikit gugup. Mereka mengikuti petunjuk di peta, menyusuri jalur-jalur yang jarang dilalui, melewati pepohonan lebat dan semak-semak tinggi. Di tengah perjalanan, mereka menemukan teka-teki yang terukir di atas batu besar. Teka-teki ini adalah kunci untuk menemukan arah selanjutnya.
“Aku adalah sesuatu yang tak bisa dilihat, namun bisa dirasakan. Aku bisa membuatmu tersesat atau membawamu pulang. Apa aku ini?” Nadya membaca teka-teki tersebut dengan lantang.
Naufal berpikir sejenak dan menjawab, “Itu adalah intuisi atau arah.”
Namun, saat mereka mencoba menjawab dengan “intuisi,” jalan keluar tidak muncul. Mereka mencoba berbagai jawaban lain, tetapi tidak ada yang berhasil. Akhirnya, Alvin berpikir lebih dalam dan berkata, “Mungkin jawabannya adalah ‘angin,’ karena angin bisa membawa kita ke arah yang benar atau salah, meski tak terlihat.”
Begitu Alvin menjawab, jalan tersembunyi terbuka di depan mereka, mengarah ke jalur yang lebih jelas. Mereka tersenyum lega dan melanjutkan perjalanan, mengikuti jalur yang ditunjukkan oleh peta.
Jalur ini membawa mereka ke sebuah lembah yang indah, dengan aliran sungai kecil dan pohon-pohon yang rindang. Di ujung lembah, mereka menemukan pos terakhir dengan sebuah bendera besar yang melambai-lambai. Di sana, mereka disambut oleh Kak Bima dan beberapa kakak pembina lainnya yang sudah menunggu.
“Kalian telah berhasil menyelesaikan tantangan ini,” ucap Kak Bima dengan bangga. “Kalian tidak hanya berhasil menemukan jalan kalian kembali, tetapi juga menunjukkan ketekunan, kerja sama, dan kecerdasan dalam memecahkan setiap teka-teki.”
Rian dan regunya tersenyum lebar, merasa bangga dengan pencapaian mereka. Mereka menyadari bahwa setiap tantangan yang mereka lewati bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang berpikir kreatif dan tetap bersama dalam setiap situasi. Regu Rian merayakan kemenangan ini dengan penuh semangat, sambil bersiap untuk tantangan selanjutnya yang mungkin akan lebih menantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan Di Bumi Pramuka [ SEGERA TERBIT]
PertualanganDi Bumi Perkemahan Nasional, regu pramuka yang terdiri dari Rian, Nadya, Alvin, Tika, Bagas, Gilang, dan Naufal menemukan petunjuk menuju harta karun bersejarah. Menghadapi alam liar, cuaca ekstrem, dan regu saingan, mereka harus bekerja sama dan me...