PROLOG

277 124 65
                                    

Langit di atas Bumi Perkemahan Nasional berubah warna menjadi jingga, menyelimuti tanah dengan sinar matahari senja yang hangat. Tenda-tenda berwarna cerah berjajar rapi, seolah menyambut kedatangan ratusan pramuka dari seluruh penjuru negeri. Aroma pinus dan rumput basah menguar, bercampur dengan semangat para peserta yang bersemangat menjalani kegiatan penuh tantangan ini.

Rian berdiri di depan tenda regu mereka, memandang jauh ke hutan lebat yang mengelilingi perkemahan. Di usianya yang masih remaja, Rian sudah terbiasa memimpin. Sosoknya tenang dan penuh tanggung jawab, namun di balik sorot matanya yang tajam, tersembunyi keraguan yang tak pernah ia tunjukkan pada siapapun. Ia telah memimpin regunya selama dua tahun terakhir, namun Jambore Nasional ini adalah tantangan terbesarnya sejauh ini. Rian tahu bahwa kali ini tidak akan mudah.

Di sebelahnya, Nadya sedang asyik mengatur peralatan survival mereka. Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu adalah ahli dalam teknik survival. Nadya bisa membuat api hanya dengan batu dan ranting, mengenali tanaman yang bisa dimakan, dan membaca arah hanya dengan bintang. Ia penuh energi, tapi kadang sifatnya yang terlalu bersemangat bisa membuat anggota regu lain kewalahan.

"Rian, kita harus coba jalan-jalan ke area selatan. Kabarnya di sana ada spot yang bagus buat latihan navigasi," saran Nadya sambil tersenyum lebar.

Rian hanya mengangguk sambil melirik Alvin yang sedang menyiapkan peta dan kompas. Alvin dikenal sebagai otak regu. Dia jenius, suka berpikir dua langkah ke depan, dan jarang sekali salah dalam membuat strategi. Meski sikapnya terkadang terlalu serius, Alvin selalu memastikan regunya berada di jalur yang benar.

"Kalau kita mau coba tantangan besok, kita harus siap dari sekarang. Medannya cukup sulit," ujar Alvin tanpa mengalihkan pandangan dari petanya.

Sementara itu, Tika dan Bagas sedang bercanda di dekat tenda. Tika selalu membawa keceriaan di mana pun ia berada. Celetukan dan tawanya yang riang sering kali menjadi penawar stres bagi regu mereka, terutama saat situasi sedang tegang. Bagas, di sisi lain, adalah kekuatan fisik regu. Meski sering bertindak tanpa berpikir panjang, Bagas selalu setia dan siap sedia membantu teman-temannya.

Tidak jauh dari mereka, Gilang sedang memeriksa daftar flora dan fauna di sekitar perkemahan. Ia senang mengamati alam, mencatat setiap temuan baru di buku kecilnya, dan berbagi pengetahuan dengan anggota regu. Di belakang Gilang, Naufal tampak sibuk memeriksa perlengkapan teknik. Naufal memang lebih suka bekerja di balik layar, namun keterampilannya dalam memperbaiki alat-alat dan memecahkan masalah teknis sangat membantu regu mereka.

Malam mulai turun, menandakan waktu untuk api unggun bersama. Rian mengumpulkan regunya di sekitar api, wajah mereka bercahaya oleh nyala api yang menari. Suara tawa dan nyanyian terdengar di sekeliling, menyatu dalam harmoni persahabatan. Namun, di tengah kegembiraan itu, Rian merasakan kegelisahan yang tak bisa ia jelaskan. Ada sesuatu di hutan ini, sesuatu yang memanggil mereka lebih dari sekadar petualangan pramuka biasa.

"Ada yang tahu cerita tentang harta karun yang tersembunyi di sini?" Tanya Rian, membuat anggota regu lain terdiam sejenak.

Mata mereka semua kini tertuju pada Rian. Nadya menyikut Alvin, sementara Tika dan Bagas saling pandang penuh penasaran. Gilang meletakkan bukunya, sementara Naufal menghentikan pekerjaannya dan menatap Rian.

"Harta karun?" ulang Nadya, matanya berbinar.

"Ya," jawab Rian sambil tersenyum kecil. "Dulu, katanya, ada harta karun yang disembunyikan oleh pramuka pertama di tempat ini. Dan hingga kini, belum ada yang menemukannya."

Semua terdiam, memikirkan kemungkinan yang terbuka di hadapan mereka. Apakah ini hanya sekadar cerita? Atau mungkin, ini adalah awal dari petualangan yang lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan?

"Kalau begitu, kita harus jadi yang pertama menemukannya," kata Bagas penuh semangat.

Rian menatap teman-temannya satu per satu. Di mata mereka, ia melihat api yang sama—semangat yang siap menaklukkan tantangan apa pun. Di sinilah, di tengah api unggun malam, di antara tawa dan nyanyian, dimulai sebuah perjalanan yang akan menguji mereka lebih dari sekadar kekuatan fisik, tapi juga hati dan persahabatan mereka.

Petualangan di Bumi Pramuka baru saja dimulai, dan mereka tidak akan pernah melihat dunia dengan cara yang sama lagi.

Petualangan Di Bumi Pramuka [ SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang