Chapter 17: Hutan di Malam Perpisahan

35 31 12
                                    

Hari perpisahan akhirnya tiba. Setelah menyelesaikan semua ujian dan tantangan, Rian dan regunya berdiri di tengah perkemahan terakhir mereka, merasakan campuran kebahagiaan dan kesedihan. Petualangan di Bumi Pramuka ini telah mengubah mereka, membawa mereka lebih dekat sebagai tim dan sebagai sahabat.

Kak Bima mengumumkan bahwa malam ini akan ada upacara penutupan di depan api unggun besar yang sudah dipersiapkan. Semua regu akan berkumpul untuk merayakan keberhasilan mereka dan mengucapkan salam perpisahan. Angin berhembus lembut, membawa aroma hutan dan kenangan petualangan yang masih segar di benak mereka.

"Ini adalah malam terakhir kita di sini," ujar Rian kepada regunya. "Mari kita buat malam ini menjadi kenangan yang tak terlupakan."

Malam perlahan tiba, dan para pramuka berkumpul di sekitar api unggun yang menyala-nyala. Suasana terasa hangat, baik dari panasnya api maupun dari kebersamaan yang telah terjalin selama petualangan mereka. Kak Bima berdiri di depan semua peserta, siap memulai upacara penutupan.

"Kalian semua telah menunjukkan keberanian, ketekunan, dan kekompakan yang luar biasa selama petualangan ini," kata Kak Bima dengan suara lantang namun penuh kehangatan. "Ini bukan hanya tentang memenangkan tantangan, tetapi tentang belajar menjadi pemimpin, teman yang baik, dan pribadi yang tangguh."

Satu per satu, setiap regu diberikan penghargaan atas pencapaian mereka selama kegiatan. Ada tawa dan tepuk tangan meriah saat mereka mengenang momen-momen lucu, kesulitan yang mereka lewati, dan persahabatan yang tumbuh di antara mereka. Regu Rian mendapatkan penghargaan atas kekompakan dan semangat pantang menyerah mereka, sebuah pengakuan yang membuat mereka semakin bangga.

Namun, tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah gelap, awan mendung bergulung cepat, menutupi bintang-bintang yang sempat muncul. Tetesan hujan mulai jatuh satu per satu, dan angin bertiup lebih kencang. Meski begitu, para pramuka tidak beranjak, malah semakin mendekat ke api unggun, mencoba melindungi nyala api dari hembusan angin.

"Kita tidak akan membiarkan hujan menghentikan kebersamaan kita malam ini," teriak Kak Bima sambil tersenyum. "Mari kita teruskan!"

Rian dan regunya menyanyikan lagu-lagu pramuka dengan penuh semangat. Suara mereka bergabung dengan suara hujan yang mulai deras, menciptakan harmoni yang tak terduga. Satu lagu berganti dengan lagu lainnya, semua orang ikut bernyanyi meski pakaian mereka mulai basah.

Saat api unggun mulai meredup, hujan pun semakin deras. Para pramuka berlari ke tenda masing-masing untuk berlindung, namun regu Rian memutuskan untuk tetap bertahan. Mereka duduk bersama di bawah tenda darurat yang mereka bangun dari terpal dan tali, menikmati suasana hujan di malam perpisahan itu.

"Aku tidak akan pernah melupakan malam ini," kata Nadya, menatap ke arah hujan yang turun deras. "Semua yang kita alami di sini, semua kesulitan dan kebahagiaan, itu semua benar-benar berarti."

Gilang menambahkan, "Ini bukan hanya tentang petualangan atau tantangan yang kita hadapi. Ini tentang bagaimana kita saling mendukung dan melewati semuanya bersama-sama."

Naufal, yang biasanya pendiam, mengangguk setuju. "Kalian semua adalah sahabat terbaik. Aku bersyukur bisa berada di sini bersama kalian."

Rian tersenyum, merasa bersyukur atas setiap momen yang mereka lalui. "Aku juga merasakan hal yang sama. Meskipun ini adalah akhir dari petualangan kita di sini, aku yakin persahabatan kita akan terus berlanjut."

Malam itu, mereka berbagi cerita, tawa, dan impian. Hujan yang turun menjadi latar belakang sempurna bagi perbincangan mereka, seakan mengiringi setiap kata dengan irama yang menenangkan. Mereka menghabiskan malam perpisahan itu dengan merangkai kenangan dan harapan, menikmati kebersamaan yang terasa begitu hangat di tengah hujan yang semakin deras.

Saat pagi tiba, hujan pun berhenti. Matahari perlahan muncul di balik awan, memberikan cahaya baru yang menyinari perkemahan mereka. Para pramuka mulai berkemas, bersiap untuk pulang. Namun, hati mereka penuh dengan kenangan manis dan rasa syukur.

Sebelum meninggalkan perkemahan, regu Rian berdiri bersama di depan api unggun yang kini sudah padam. Mereka berjanji untuk tetap berhubungan dan tidak membiarkan kesibukan masing-masing memisahkan mereka.

"Kita telah berbagi banyak hal di sini," kata Rian. "Dan itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah hilang. Terima kasih, semuanya."

Dengan perasaan berat namun penuh semangat, mereka akhirnya meninggalkan perkemahan, membawa pulang lebih dari sekadar penghargaan atau pengalaman. Mereka membawa pulang persahabatan yang telah diuji oleh petualangan dan dikuatkan oleh kebersamaan.

Meskipun petualangan di Bumi Pramuka telah berakhir, kisah mereka masih terus berlanjut dalam kenangan dan persahabatan yang mereka jaga. Mereka tahu bahwa, di mana pun mereka berada, mereka akan selalu menjadi bagian dari satu sama lain, terhubung oleh petualangan yang pernah mereka lalui bersama.

Petualangan Di Bumi Pramuka [ SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang