Bagian 2

20 3 0
                                    

Setelah berpisah dengan Riki, Nugraha memutuskan untuk pulang ke rumah. Dalam perjalanan, ia memikirkan Hani dan merasa ingin melihatnya lagi.

"Kan rumah gua satu arah sama Hani, gua lewatin aja kali ya?" gumam Nugraha kepada dirinya sendiri, meskipun ada jalan yang lebih cepat menuju rumahnya, ia sengaja memilih jalan yang melewati depan rumah Hani.

Sesampainya di depan rumah Hani, Nugraha melihat Hani sedang berdiri di halaman rumah, menyiram bunga dengan seragam sekolah yang masih dikenakannya. Hati Nugraha berdebar sedikit saat melihatnya.

"Assalamu'alaikum paket" sapa Nugraha dengan nada iseng sambil mendekat.

Hani yang sedang sibuk menyiram bunga, menoleh ke arah suara Nugraha. "Wa'alaikumsalam... eh, kak Nugraha?" Hani terlihat terkejut dan sedikit malu.

"Iya, masih ingat saya?" tanya Nugraha dengan tersenyum.

"Masih, kak. Ada keperluan apa kak kesini?" Hani bertanya dengan nada malu-malu.

"Aku cuma lewat aja kesini, kebetulan aja ketemu kamu" jawab Nugraha, berusaha terdengar santai padahal sebenarnya ia memang sengaja ingin bertemu Hani.

"Oh, gitu..." Hani menjawab dengan sedikit bingung. Ia melanjutkan aktivitas menyiram bunga sambil memandang Nugraha.

"Loh, kak kan kakak ada motor. Tapi kenapa tadi naik angkutan umum?" tanya Hani penasaran.

"Tadi motor gak bisa nyala, akhirnya naik angkutan umum deh" jawab Nugraha, menjelaskan situasi tanpa menyebutkan alasan sebenarnya.

"Oh, begitu" Hani mengangguk memahami.

Nugraha menarik napas dalam-dalam, kemudian memberanikan diri untuk meminta nomor telepon Hani. "Hmm, boleh gak minta nomor kamu?"

Hani terlihat sedikit terkejut, namun akhirnya mengangguk. "Iya, boleh kak"

Tanpa berbicara lebih lanjut, Hani memberikan nomor teleponnya kepada Nugraha. Nugraha merasa senang dan berterima kasih. "Makasih yaa, nanti aku chat ya"

"Iya, sama-sama. Iya, chat aja kak" jawab Hani sambil tersenyum.

Dengan perasaan puas dan sedikit bersemangat, Nugraha melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Hatinya terasa lebih ringan setelah bertemu Hani dan mendapatkan nomor teleponnya. Sementara itu, Hani kembali melanjutkan menyiram bunga, masih sedikit tersenyum memikirkan pertemuannya dengan Nugraha.


***
Malamnya, Nugraha duduk di meja belajar sambil memegang ponselnya. Ia tidak bisa berhenti tersenyum saat membuka aplikasi chat dan mulai mengetik pesan untuk Hani. Setelah beberapa kali membalas pesan, Nugraha merasa nyaman dan semakin bersemangat untuk melanjutkan percakapan.

Nugraha: "Hai Hani"

Hani: "Hai Kak"

Nugraha: "Makasih banget udah kasih nomor teleponnya. Senang bisa ngobrol lagi"

Hani: "Sama-sama, Kak"

Nugraha: "Btw, biasanya kamu ke sekolah naik angkutan umum?"

Hani: "Iya, Kak. Kenapa?" Hani penasaran dengan pertanyaan Nugraha.

Nugraha: "Besok mau bareng gak berangkatnya? Kebetulan rumah kita satu arah, kan? Jadi sekalian bisa ngobrol hehe"

Hani merasa kaget dan senyum malu-malu mulai mengembang di wajahnya.

Hani: "Aku ga enak, Kak"

Nugraha: "Beneran gak apa-apa kok. Aku malah senang kalau bisa bareng. Jadi, gimana?" Nugraha mencoba meyakinkan Hani.

Hani: "Yasudah, boleh Kak. Kita ketemu di mana?"

Nugraha: "Gimana kalau di depan rumah kamu aja? Aku bisa jemput, kalau gak keberatan"

Hani: "Oke Kak, jam berapa?"

Nugraha: "Jam 6.30 pagi cukup?"

Hani: "Baik Kak, boleh. Makasih banyak ya."

Nugraha: "Makasihnya besok aja. hahaha"

Hani: "Hahaha, ada-ada aja."

Nugraha: "Yasudah, sampai ketemu besok pagi. Selamat malam, Hani"

Hani: "Sampai ketemu besok pagi. Selamat malam juga, Kak"

Setelah menutup chat, Nugraha merasa sangat senang dan bersemangat untuk pertemuan besok. Hani juga merasa campur aduk antara malu dan senang, memikirkan bagaimana harinya akan terasa lebih menyenangkan dengan Nugraha di sampingnya. Mereka masing-masing pergi tidur dengan hati penuh antisipasi untuk pagi yang akan datang.

Di sisi lain, Nugraha mempersiapkan segala sesuatu untuk besok pagi, memastikan motor dalam kondisi baik dan menyiapkan seragam sekolah. Ia merasa antusias dan berharap hari esok akan berjalan lancar. Setelah selesai, Nugraha akhirnya berbaring di tempat tidurnya dengan senyum di wajahnya, memikirkan percakapan malam ini dan menantikan pagi yang akan datang.


***
Pagi yang sangat cerah, tidak seperti biasanya, dan hati Nugraha terasa berbunga-bunga. Setelah siap-siap, Nugraha langsung menuju rumah Hani dengan penuh semangat.

Sesampainya di depan rumah Hani, Nugraha memanggilnya dengan ceria, "Assalamu'alaikum Hani!"

Hani yang mendengar panggilan tersebut segera bergegas keluar dan menghampiri Nugraha. "Wa'alaikumsalam" jawabnya sambil tersenyum.

Nugraha melihat Hani yang mengenakan seragam sekolah dan tidak bisa menahan komentar isengnya. "Masya Allah, cantik bangett" kata Nugraha dengan senyum lebar.

Hani merasa malu mendengar pujian itu, wajahnya memerah. "Ihh apaan sih kak" jawabnya dengan nada malu-malu.

Selama perjalanan, Hani merasa ragu untuk memegang punggung Nugraha. Namun, Nugraha dengan sengaja membuat Hani merasa nyaman dengan meminta agar Hani memegang punggungnya. "Ihh kak, jangan gituu nanti bisa jatuh" ucap Hani dengan nada kesal sambil cemberut.

"Iya iyaa, pegangan makanya" jawab Nugraha sambil meledek Hani agar dia semakin kesal.

Akhirnya, setelah beberapa kali ditegur, Hani memutuskan untuk memegang punggung Nugraha. "Nahh gitu dong" ucap Nugraha dengan senang, merasa puas karena berhasil membuat Hani mengikuti permintaannya.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju sekolah dengan suasana yang ceria. Nugraha merasa senang karena bisa membuat Hani merasa nyaman, dan perjalanan pagi ini terasa lebih menyenangkan.

Tentang MerelakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang