Hubungan Nugraha dan Hani telah berjalan hampir enam bulan, dan selama itu banyak hal yang telah mereka lewati bersama. Mulai dari momen-momen penuh kebahagiaan hingga saat-saat penuh cobaan, mereka tumbuh bersama, belajar untuk saling memahami. Dalam rentang waktu itu, Nugraha semakin dekat dengan Hani, bahkan sampai pada titik di mana Hani memutuskan untuk mengenalkan Nugraha kepada orang tuanya.
Hari itu ketika Hani dengan penuh keyakinan membawa Nugraha ke rumahnya. Nugraha sempat merasa canggung, apalagi ketika harus berhadapan dengan ayah Hani yang terkenal tegas. Namun, sikap Hani yang tenang membuatnya merasa lebih rileks. Ibunya menyambut Nugraha dengan senyuman ramah, sementara ayah Hani tetap terlihat serius, tapi secara perlahan bisa menerima kehadiran Nugraha di kehidupan putrinya. Setelah perkenalan itu, hubungan mereka semakin kuat, seolah Nugraha telah diakui sebagai bagian penting dari kehidupan Hani.
Seisi sekolah pun sudah tau bahwa mereka resmi berpacaran. Teman-teman sering kali menggoda mereka ketika terlihat bersama. Riki, sahabat dekat Nugraha, bahkan terkejut saat mendengar kabar tersebut. "Gua gak nyangka, akhirnya luluh juga sama Hani, Nug" kata Riki sambil tertawa, ketika mereka berbincang di kantin suatu hari. "Dulu gua pikir lu gak bakal tertarik sama cewe di sekolah ini" Nugraha hanya tertawa dan berkata bahwa Hani memiliki keistimewaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Ada kalanya hubungan mereka diuji, terutama ketika Hani merasa cemburu pada Laura, teman sekelas Nugraha. Laura memang sering berinteraksi dengan Nugraha, terutama saat mereka bekerja dalam kelompok untuk tugas sekolah. Hani, sebagai adik kelas, tidak selalu bisa bersama Nugraha di dalam kelas, dan kadang-kadang, saat melihat kedekatan antara Nugraha dan Laura, rasa cemburu mulai tumbuh di hati Hani.
Suatu hari, ketika Nugraha dan Laura sedang sibuk mengerjakan tugas kelompok, Hani melihat mereka dari kejauhan. Laura terlihat tertawa bersama Nugraha, dan meski Hani tau itu mungkin hanya candaan biasa, perasaan tak nyaman mulai muncul. Setelah selesai mengerjakan tugas, Nugraha mendekati Hani yang sedang menunggunya di luar kelas.
"Kamu udah lama nunggu?" tanya Nugraha sambil tersenyum, tapi Hani hanya menjawab dengan anggukan singkat, wajahnya terlihat sedikit dingin.
Setelah keluar dari sekolah, Nugraha dan Hani bergegas menuju motor yang sudah diparkir di depan gerbang. Hani duduk di belakang, tetapi suasana hati masih terlihat sedikit murung. Nugraha bisa merasakan ada yang berbeda dari biasanya.
Setelah mereka menempuh beberapa menit perjalanan dengan motor, Nugraha akhirnya memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. Angin yang berhembus pelan menemani mereka.
"Kamu kenapa? Gak kaya biasanya" kata Nugraha, meski fokus pada jalan di depan, suaranya menunjukkan kepedulian.
Hani diam sejenak sebelum menjawab dengan suara pelan. "Aku cuma... ya, liat kamu sama Kak Laura tadi. Aku gak terlalu suka"
Nugraha tersenyum tipis, meskipun Hani tidak bisa melihatnya dari posisi duduknya di belakang. Dia tau Hani sedang cemburu, dan dia paham sepenuhnya.
"Sayangg, aku cuma kerja kelompok sama Laura. Kamu gak perlu cemburu. Aku gak ada perasaan apa-apa ke dia. Serius" jawab Nugraha sambil melirik Hani melalui spion.
Hani menunduk, meski Nugraha tidak bisa melihat ekspresinya secara langsung, dia bisa merasakan getar suara yang penuh keraguan. "Aku tau, tapi aku gak bisa nahan perasaan ini. Aku takut aja..."
Nugraha berhenti di lampu merah, kemudian menolehkan sedikit kepalanya ke arah Hani, memberikan tatapan yang menenangkan. "Kamu gak perlu takut. Aku sayang sama kamu, bukan sama siapa-siapa lagi. Ini cuma salah paham. Aku gak mau kamu merasa gak nyaman karena hal kayak gini"
Hani mengangguk pelan, merasa malu karena telah membiarkan perasaan cemburu menguasainya. "Iya, aku ngerti. Maaf, aku cuma... aku sayang sama kamu, makanya aku takut kehilangan"
Nugraha mengelus tangan Hani yang memegang pinggangnya erat. "Aku juga sayang sama kamu. Jangan khawatir, ya?"
Perjalanan mereka dilanjutkan dengan suasana yang lebih ringan, meski Hani masih sedikit merasakan cemburu. Sesampainya di rumah Hani, Nugraha memarkirkan motor di depan gerbang. Mereka turun dari motor, dan sebelum Hani melangkah masuk ke dalam rumah, Nugraha memeluknya erat.
"Jangan mikirin yang gak-gak lagi, ya. Kita udah banyak ngelewatin hal bareng, dan aku gak mau ada yang bikin kita renggang" bisik Nugraha lembut di telinga Hani.
Hani mengangguk dalam pelukan, merasa lebih tenang dan yakin bahwa Nugraha memang benar-benar tulus padanya. "Iya, sayang. Makasih udah selalu sabar."
Setelah mereka berpisah, Hani merasa lebih lega. Hubungannya dengan Nugraha terasa semakin kuat. Meskipun sempat diwarnai kecemburuan, akhirnya berakhir dengan perasaan yang lebih dalam dan saling memahami antara mereka. Nugraha tau bahwa perjalanan mereka masih panjang, dan dia siap untuk menghadapi semua rintangan yang mungkin datang, selama Hani ada di sampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Merelakan
عاطفيةNugraha, mulai menjalin hubungan dengan seorang gadis bernama Hani. Dari pertemuan pertama yang tidak disengaja di angkutan umum hingga interaksi yang lebih intens lewat chat dan pertemuan tatap muka, hubungan mereka tumbuh secara perlahan namun pas...