Pagi yang cerah di rumah Nugraha. Matahari sudah terbit dan sinarnya menembus tirai jendela kamar, menimbulkan pola cahaya di dinding. Nugraha, yang baru saja terbangun, merasa malas untuk beranjak dari tempat tidur. Dengan mata yang hitam seperti mata panda karena kurang tidur, ia mengeluh kepada dirinya sendiri.
"Aduhh pagi-pagi gini enaknya tidur, ngapain sih harus sekolah?" ucap Nugraha sambil memejamkan mata dan mengerang, berharap bisa terus berada di bawah selimut yang hangat.
Setelah beberapa saat, Nugraha akhirnya memaksa diri untuk bangkit dan menuju ke kamar mandi. Dengan gerakan cepat, ia mencuci muka dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia mengenakan seragam sekolahnya, menata rambutnya yang acak-acakan, dan mengambil tas sekolah yang sudah siap di sudut kamar.
Ketika Nugraha tiba di halaman rumah, ia mencoba menyalakan sepeda motornya. Namun, mesin motor tidak mau menyala, meskipun ia sudah memutar kunci kontak berkali-kali. Ia merengek kesal, sambil memukul ringan bagian tangki bensin.
"Sial banget deh gua, kenapa motornya gak mau nyala" gerutunya, frustrasi. Tak ada pilihan lain, Nugraha terpaksa harus menggunakan angkutan umum.
Setelah menunggu beberapa menit, angkutan umum yang ditunggunya akhirnya tiba. Nugraha naik dan segera mencari tempat duduk. Sementara angkutan umum bergerak melalui jalanan ibu kota yang padat, Nugraha melihat sekeliling dengan malas.
Di tengah jalan, Nugraha bertemu dengan seorang perempuan yang tampaknya satu sekolah dengannya, tapi Nugraha tidak pernah melihat perempuan itu sebelumnya. Perempuan itu lalu naik dan duduk bersebelahan dengan Nugraha.
"Hmm, kayaknya seragamnya mirip dari sekolah gua, tapi kenapa gak pernah liat ya" pikir Nugraha dalam hati, merasa bingung. Ia menatap perempuan itu yang sedang asyik memainkan ponselnya, tampak tenang dan santai.
Berusaha untuk mengatasi rasa penasarannya, Nugraha memberanikan diri untuk berbicara. "Permisi, sekolah di SMA Nuansa ya?"
Perempuan itu menoleh dengan senyum ramah dan mengangguk. "Iya kak, aku baru pindah minggu kemarin. Kebetulan papa pindah tugas di sini"
"Oh, baru pindah. Pantes gua gak pernah liat lu. Kenalin, gua Nugraha, kelas 12 MIPA 2" kata Nugraha sambil tersenyum.
Perempuan itu terlihat lebih santai dan tersenyum kembali. "Iya kak, kenalin aku Hani, kelas 11 IPS 2"
"Oh, adik kelas. Salam kenal ya" ucap Nugraha, merasa lebih nyaman berbicara dengan Hani.
"Iya kak" balas Hani.
Perjalanan mereka berlangsung lancar, dengan suara klakson dan keributan kota sebagai latar belakang percakapan mereka.
***
Sesampainya di sekolah, Nugraha langsung menghampiri temannya, Riki, yang sedang duduk di bangku depan kelas sambil bermain ponselnya.
"Lohh Nug, lu kenapa gak bawa motor? Motor lu kemana? Dijual?" Riki bertanya sambil tersenyum dan mengangkat alisnya.
"Sialan lu, motor gua gak bisa nyala. Nanti temenin gua ke bengkel ya habis pulang sekolah" ucap Nugraha dengan nada kesal, langsung duduk dan menidurkan kepalanya di meja, merasa lelah.
"Ohh, kasian sekali. Oke deh, sobat. Nanti aku akan menemanimu " jawab Riki.
"Ki, tadi gua ngeliat cewek cantik, putih, manis di angkutan umum. Namanya Hani, kelas 11 IPS 2. Kayaknya gua suka sama dia deh" Nugraha mendongak, membangunkan kepalanya dari meja, dan mulai berbicara serius dengan Riki.
"Oh, anak itu? Iya, dia emang cantik dan terkenal juga. Baru masuk minggu lalu, kan? Lu beneran suka?" tanya Riki, terlihat terkejut. Nugraha dikenal sebagai cowok yang cuek dan jarang menunjukkan ketertarikan pada perempuan.
"Lah, kok lu tau dia duluan daripada gua?" tanya Nugraha, sedikit kesal karena temannya lebih dulu tau tentang Hani daripada dirinya sendiri. "Hmm, mungkin"
"Tumben, seorang Nugraha menyukai perempuan terlebih dahulu. Gua udah tau dari anak-anak cewek juga, jadi gak ketinggalan zaman kaya lu. Hahahaha" Riki tertawa lebar, menikmati ledekan ringan kepada Nugraha.
"Halah, basi" jawab Nugraha sambil kembali menidurkan kepalanya di atas meja, merasa sedikit malu.
***
Hari berlalu dan pelajaran akhirnya selesai. Saat bel tanda pulang berbunyi, Nugraha segera mendekati Riki.
"Ayo, Ki, gua nebeng sama lu sekalian temenin gua ke bengkel" ujar Nugraha.
"Oke, siap, boss" jawab Riki sambil berdiri dan mengangkat tasnya.
Sesampainya di rumah, Nugraha langsung mengambil motor dan mendorongnya menuju bengkel, dengan bantuan Riki.
"Ada-ada aja, ini motor bagus gini bisa masuk bengkel" kata Riki, setengah bercanda.
"Berisik, lu bantuin aja. Cape ini" jawab Nugraha dengan nada terengah-engah, merasa lelah setelah berusaha mendorong motor yang mogok.
Setelah sampai di bengkel, mekanik mulai memeriksa motor Nugraha. Sambil menunggu, Nugraha memutuskan untuk membeli makanan. Kebetulan, di samping bengkel ada warung ketoprak yang tampak menggugah selera.
"Yaudah, ayo makan dulu. Sini, itung-itung lu udah bantuin gua" ajak Nugraha sambil menunjuk warung ketoprak.
"Widih, sering-sering dong kaya gini. Meskipun gua gak bantuin, tetep traktir" ledek Riki dengan senyum lebar, menikmati momen santai mereka.
"Dasar" balas Nugraha sambil menghela napas dan tersenyum, merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama teman baiknya.
Mereka duduk di warung ketoprak dan menikmati makanan. Nugraha memesan beberapa porsi ketoprak untuk mereka berdua. Selama makan, mereka berbincang ringan tentang berbagai hal, dari kejadian di sekolah hingga rencana akhir pekan.
Setelah selesai makan, Nugraha kembali ke bengkel untuk mengambil motornya. Motor sudah diperbaiki dan siap digunakan. Nugraha dan Riki berpisah, karena Riki harus pulang lebih awal untuk menghadiri acara di rumahnya.
"Yaudah, gua duluan yaa" kata Riki sambil bersiap untuk pergi.
"Iya, makasih banyak ya udah mau nemenin gua" jawab Nugraha, merasa berterima kasih.
"Iya, sama-sama" balas Riki sambil melambaikan tangan, sebelum akhirnya pergi menuju rumahnya.
Nugraha merasa puas karena motornya sudah diperbaiki dan bersyukur atas bantuan Riki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Merelakan
RomanceNugraha, mulai menjalin hubungan dengan seorang gadis bernama Hani. Dari pertemuan pertama yang tidak disengaja di angkutan umum hingga interaksi yang lebih intens lewat chat dan pertemuan tatap muka, hubungan mereka tumbuh secara perlahan namun pas...