Bagian 6

11 2 0
                                        

Sesampainya di Timezone, Nugraha langsung mengajak Hani mencoba berbagai permainan. Mereka mulai dengan balap mobil virtual, beradu kecepatan di trek yang berliku-liku. Nugraha sesekali melirik Hani yang fokus di permainan, ekspresinya yang serius membuat Nugraha tersenyum sendiri.

Setelah puas balapan, mereka berpindah ke permainan tembak-tembakan. Hani tampak sangat menikmati permainan, bahkan lebih baik dari Nugraha dalam menembak target-target yang muncul di layar. Nugraha sempat bercanda, "Wah, kamu jago banget nih! Jangan-jangan selama ini sering main game tembak-tembakan ya?"

Hani tertawa kecil, "Iya dong, jangan remehkan cewek!" balasnya penuh percaya diri.

Mereka terus mencoba berbagai permainan lain, dari bola basket hingga mesin capit boneka. Saat mencoba menangkap boneka, Hani hampir saja berhasil mengambil boneka beruang besar, namun terjatuh sebelum sampai ke kotak. Melihat ekspresi kecewa Hani, Nugraha berusaha keras untuk memenangkan satu boneka untuknya. Pada percobaan ketujuh, akhirnya Nugraha berhasil menangkap boneka yang lebih kecil, namun tetap membuat Hani tersenyum lebar.

"Ini buat kamu" ucap Nugraha sambil menyerahkan boneka.

"Serius, Kak?" Hani terlihat senang menerima hadiah.

 "Makasih ya!" tambahnya sambil memeluk boneka itu erat.

Setelah mencoba hampir semua permainan yang tersedia, Nugraha mulai merasa kelelahan. Ia duduk di bangku dekat salah satu permainan, sambil mengusap keningnya. "Aku capek, istirahat dulu ya" katanya sambil menghela napas.

"Ihh, masa gitu aja capek?" Hani menggoda Nugraha sambil tertawa kecil. Namun akhirnya, ia ikut duduk di sebelah Nugraha, membiarkan suasana santai meliputi mereka berdua. "Seru ya, Kak, hari ini?" tanya Hani dengan senyum manis yang masih terpancar di wajahnya.

Nugraha menatap Hani sebentar, merasakan kehangatan yang terpancar dari pertemanan mereka yang semakin dekat. "Iya, seru banget. Aku gak nyangka kita bisa have fun kaya gini" jawabnya sambil tersenyum.

Namun tiba-tiba, Hani dengan mata berbinar berkata, "Tapi ada satu permainan lagi yang belum kita coba"

Nugraha mengerutkan dahi, penasaran. "Permainan apa?" tanyanya, setengah bingung, setengah penasaran.

Hani tersenyum lebih lebar, lalu menjawab dengan santai, "Photobooth"

Mendengar jawaban itu, seketika Nugraha terdiam. Photobooth? Ada rasa gugup yang tiba-tiba menyelinap di hatinya, tapi Nugraha cepat-cepat mengusir rasa canggung itu dan tanpa banyak berpikir, ia bangkit berdiri. "Oke, yuk!" ucapnya, langsung menuju ke arah photobooth tanpa menunggu tanggapan lebih lanjut dari Hani.

Hani mengekor di belakang Nugraha, sedikit tertawa melihat ekspresi Nugraha yang tampak bersemangat namun agak canggung.

Di depan photobooth, Nugraha membuka tirainya. "Yuk, masuk" ajaknya. Hani dengan riang masuk ke bilik kecil itu. Mereka berdiri bersampingan, ruangnya cukup sempit sehingga bahu mereka bersentuhan. Nugraha bisa merasakan kehangatan Hani di sampingnya, membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.

"Pose gimana nih, Kak?" tanya Hani sambil tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.

Nugraha menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Terserah aja deh" jawabnya dengan senyum canggung.

Lampu kilat dari kamera mulai berkedip. Mereka mulai dengan pose normal, tersenyum ke arah kamera. Di sesi kedua, Hani tiba-tiba melakukan pose lucu dengan menunjukkan dua jari di depan wajah, yang diikuti Nugraha dengan tertawa. Sesi berikutnya, mereka saling menatap, lalu Hani memberikan pose "peace" lagi, sementara Nugraha hanya bisa tersenyum lebar.

Tentang MerelakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang