Sekolah

117 7 0
                                    

Remaja perempuan sedang sibuk berada di dapur memegang berbagai alat masak untuk membuat sarapan pagi buat dirinya dan sang adik. Hanya masak nasi goreng telur dadar diatasnya, hanya ini saja tapi bisa membuat adiknya gembira menyambut makanan buatannya.

"Sudah rapih hm? Ini hari pertama kamu masuk sekolah menengah atas bukan? Apakah kamu merasa bahagia," Hisyam pemuda telah rapih dengan seragam sekolah mengangguk antusias. Dia tak sabar ingin bersekolah setidaknya disana dia akan memulai kehidupan dilingkungan sekolah baru, berharap semoga di hari pertama ada kesan baik datang.

"Aku tidak sabar ingin sekolah. Berharap aku akan dapat seorang teman," Aira tersenyum tipis dia juga punya harapan sama dengan adiknya. Aira cukup banyak memiliki teman disekolah, semoga saja adiknya juga sama tidak seperti disekolah sebelumnya dia tak memiliki satu orang teman pun. Sebab semua murid menjauhi Hisyam mereka beranggapan kalau adiknya adalah anak pembawa sial, rumor yang beredar pada penjuru sekolah membuat Hisyam tak ada yang ingin berdekatan dengan anak itu.

"Cepatlah dimakan. Kita akan berangkat naik bis, kalau lama nanti bisa telat."

*****

Hisyam berjalan seorang diri setelah terpisah dengan Aira yang menuju kelas 11 dilantai dua mereka berpisah hanya bertemu sampai gerbang sekolah saja. Hisyam masih belum mengetahui kelas berada dimana ingin bertanya tapi rasa malu malah datang.

Tatapan aneh dari murid-murid membuat dia tak nyaman. Mereka mungkin menyadari disaat dikedua telinganya terdapat sebuah alat bagi mereka penderita tuli sejak lahir.

Terus menunduk dia sampai tak menyadari ada orang lain didepan, keningnya bertabrakan dengan dada bidang pemuda lebih tinggi darinya.

"Dasar, jalan tuh lihat ke depan bukan ke lantai." sarkas seseorang yang ia tabrak.

"Maaf aku ngga sengaja,"

"Lo mau kemana? Gua dari tadi lihat lo dari ujung sana keliatan kaya orang kebingungan," ucap pemuda itu masih ingin berbicara padanya.

Hisyam melihat manik kecoklatan dengan binar. Selagi dia bertanya lebih dulu bukankah suatu hal bagus dia bisa menanyakan letak kelasnya.

"Aku lagi cari kelas 10F apa kamu tahu?"

Pemuda itu terlihat mengembangkan senyum Hisyam heran kenapa? Dia tak mungkin kesurupan pada pagi hari kan.

"Anjay, berarti kita sekelas. Yaudah ayok bareng gua aja ke kelasnya, kebetulan gua juga udah tahu!" tanpa menunggu persetujuan pemuda itu langsung menarik tangan Hisyam membuat pandangan aneh tertuju pada mereka berdua.

Ingin menolak tapi dia sendiri memang tak mengetahui letak kelasnya sendiri. Daripada nyari ribut mending ikut saja, lagipula ngga ada salahnya juga.

****

Hisyam berjalan berdua bersama teman barunya yang kebetulan bertemu secara tidak sengaja saat drama tabrakan tadi. Benar, selain menjadi teman mereka juga memilih lebih tepatnya pemuda disampingnya memilih untuk duduk sebangku.

Kesan pertama dapat Hisyam ambil saat pertama sekolah tidak bagus juga tidak buruk. Disaat berada dikelas dia sempat mendapatkan beberapa cibiran pedas dari teman sekelas, Hisyam merasa tidak nyaman hanya bisa diam tanpa mampu menjawab.

"Lihatlah di telinganya terdapat alat bantu dengar. Ternyata tampan-tampan tuli!"

"Bisakah kita menjadikan dia target untuk bahan bully-an?"

My Guardian Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang