Kakak galak

46 6 0
                                    

Hisyam telah diperbolehkan pulang pada hari ini dia tengah berjalan-jalan bersama Aira.

Aira sedang membeli eskrim disebuah kedai eskrim, Hisyam menunggu dengan sabar sembari melihat-lihat sekitar terasa menyegarkan. Ingatlah dia masih belum kembali kepribadian Naira masih ada dalam dirinya, setelah berjalan-jalan Aira berniat pergi ke psikiater atau kakak dari Darrel.

"Lama sekali," kaki Hisyam berjalan beberapa langkah saat didepan dia melihat seorang pemuda sedang kesusahan berniat membantu sedikit.

"Kakak biar Nana bantu," Hisyam membantu membereskan buku serta tas yang berserakan diaspal jalan.

"Makasih," ucap pemuda itu saat semua sudah beres. Mata Hisyam menyergap lucu namun malah mendapat tatapan tak suka, Hisyam bingung.

"Jauh-jauh lo dari gua. Gua ngga mau kena sial!"

"Kakak kenapa? Nana punya salah sama kakak, Nana minta maaf." Niskala kebingungan sebentar kenapa cara bicara Hisyam terlihat berbeda? Lebih mirip anak kecil, tunggu? Nana siapa dia nama itu terdengar asing.

"Ngga usah pura-pura bego! Lo emang pembawa sial!"

Mata Hisyam memburam saat ada setetes air mata terjatuh dia terisak kecil membuat pandangan semua orang tertuju pada mereka berdua. Niskala tentu tidak menduga kalau anak itu akan menangis, dia yakin orang-orang berpikir dia mengganggu Hisyam sebab pandangan berbeda telah dilayangkan.

"Hisyam,"

Hisyam tak menyahuti panggilan Aira dibelakang masih terus menangis.

"Hisyam kamu kenapa?" Aira tentu panik saat adiknya menangis, Niskala diam melihat interaksi dua adik kakak itu.

"Hisyam,"

"Ka–kakak berbicara sama siapa? Hisyam siapa? Aku Naira Aletta bukan Hisyam," Aira terkatup dia lupa kalau Hisyam adiknya masih belum kembali, astaga bisa-bisanya.

"Ma—maksud kakak Nana. Kamu kenapa nangis?" Dia menenangkan Hisyam masih menangis, tangan adiknya menunjuk satu pemuda berada didepan.

"Kakak galak, dia bilang kata jahat, aku bukan anak pembawa sial kan, kak? Aku bukan seperti itu ..." lirih Hisyam dengan pelan

Niskala merasa tertuduh merasa tak terima ingin membantah namun pelototan tajam Aira membuat urung.

"Lo bisa diam ngga kalo ngomong cuma bisa nyakitin perasaan orang lain. Perlu gua robek tuh mulut!"

Niskala merengut kesal kalau bukan ditempat umum dia pasti sudah menampar perempuan itu. "Emang bener tuh ucapan gua. Dia, dia anak pembawa sial kelahirannya aja hampir buat perusahaan Papa bangkrut dan dihari yang sama saudara gua meninggal? Jadi apa kalo bukan anak pembawa sial!"

Aira menutup telinga Hisyam supaya tidak mendengar ucapan Niskala begitu menyakitkan.

"Nana bisa tunggu kakak di kursi depan sana. Kakak ingin berbicara bentar sama kakak galak!" Hisyam mengangguk berlari kecil sambil memakan eskrim miliknya dengan senang.

"Jangan buat mental adik gua semakin buruk. Kalau lo cuma bisa bikin dia takut, mending jangan pernah temuin dia dimana pun."

Niskala tertawa menarik senyum miring. "Kaya anak itu udah mulai gila ya? Oh atau dia punya kepribadian ganda, aneh aja masa tiba-tiba kaya anak kecil. Bakal seru ngga sih kalau gua buat dia makin sakit?!"

PLAK!

Mulus sekali tamparan Aira pada pipinya membuat kebas.

"Lo manusia yang benar-benar udah ketutup mata hatinya. Jangan pernah ganggu Hisyam! Sekali gua tahu gua ngga akan segan buat lo menderita!"

My Guardian Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang