Liburan

11 3 0
                                    

Liburan yang akan dilaksanakan akhirnya tiba semua orang tampak bahagia dengan senyum yang slalu terukir indah dibelahan bibirnya.

Termasuk Hisyam, tak henti dia tersenyum apalagi melihat keantusian Darrel begitu sibuk sejak pagi-pagi sekali. Katanya, ini liburan pertamanya bersama ayah dan kedua kakaknya tentu dia sangat menanti hari ini datang.

"Lo kenapa ngga keliatan semangat? Ayolah jarang-jarang kita liburan gini, apalagi bareng semua keluarga!"

Bukan, bukan ia tidak bahagia tapi Hisyam merasa akan ada kejadian besar akan terjadi. Mungkin hanya perasaannya, entah kenapa merasa tidak enak.

"Lo ada masalah?" Darrel rasa perubahan raut wajah Hisyam begitu kontras, tadi ia tak henti tersenyum kenapa sekarang malah terlihat khawatir.

"Aku mau minta maaf,"

"Untuk apa? Lo ngga buat salah?" bingung Darrel saat Hisyam tidak nyambung apa yang ia tanyakan dan dia malah menjawab tidak jelas.

"Aku cuma ingin minta maaf aja, takut ngga sempat. Kamu lanjut ya beres-beres aku ingin keluar menemui yang lain,"

Darrel memperhatikan punggung Hisyam semakin jauh dari pandangannya.

"Lo bilang kaya gitu, malah bikin gua takut. Liburannya bukan jadi hari terakhir momen kita kan?"

Ucapan Hisyam seperti kata-kata terakhir anak itu berada di dunia ini.

"Mungkin cuma perasaan gua aja,"

****

Perjalanan menuju tempat berlibur cukup jauh memakan waktu dua jam untuk sampai. Mereka telah sampai pada tujuan, liburan mereka dilakukan di villa dekat dengan laut dan di sekeliling juga terdapat pohon besar yang menghiasi.

"Tempatnya sebagus ini, emang ngga salah pilihan lo!" ujar Jevin masih sibuk mengagumi keindahan villa tempat menginap selama beberapa hari ke depan.

"Pasti dong, gua juga ngga sengaja lihat pas lagi cari lokasi liburan. Ternyata emang sebagus ini," balas Darrel sembari membawa beberapa barang ke dalam villa.

"Sekarang kalian beristirahat dulu, nanti saat makan siang kita panggilkan!" ucap Jenita ibu Jevin

Pembagian kamar cukup adil. Hisyam, Jevin, Darrel mereka bertiga sekamar lebih tepatnya kedua pemuda itu yang menginginkan satu kamar. Harshil, Niskala bersama Arshaka juga satu kamar, sejak bertemu tak henti Niskala berseteru dengan adiknya karena hal sepele.

Aira dia memilih tidur seorang diri, memang tidak anak perempuan lagi selain dia. Dan untuk yang lain memang bersama pasangan masing-masing.

"Tempatnya bagus ya? Tahu gini kita dari lama kesini," kata Jevin sambil melihat pemandangan siang diluar begitu asri menyegarkan.

"Kapan-kapan kita liburan bareng Jourel juga, pasti tuh anak bakal seneng banget!"

"Iya ntar kita berempat foto bareng, terus jalan-jalan keliling cari tempat bagus." sahut Jevin semangat sekali. Membayangkan mereka berempat bakal berlibur berempat melihat atau membuat momen menyenangkan untuk dikenang pasti akan seru.

"Semoga saja bisa terkabul, aku harap sampai waktu itu tiba kita masih dalam formasi lengkap!" lirih Hisyam ketakutannya semakin mendesak, ia semakin takut untuk yang namanya kematian. Sejak semalam sangat tidak bisa tenang memikirkan perasaan yang belum pasti.

"Maksud lo apaan? pembicaraan lo kok jadi ngelantur kaya mau pergi aja!" ketus Darrel sungguh ia masih memikirkan ucapan Hisyam padanya sebelum pergi.

Apalagi sekarang gelagat Hisyam semakin aneh, menjadi sangat pendiam. Ya, Darrel tahu anak ini memang pendiam tapi bukan begitu dia lebih diam dan banyak sekali melamun, sepanjang jalan saja diajak ngobrol jawabannya slalu tidak tepat.

"Jangan terlalu banyak pikiran buruk, bisa ganggu ketenangan lo sendiri!"

"Oh ya gua mau ke dapur dulu, kalian berdua disini aja, kalo mau keluar ya silahkan!" Jevin beranjak keluar ingin minum tiba-tiba saja tenggorokan terasa kering.

"Mau kemana?" Darrel bertanya Hisyam ikut berdiri mungkin ingin keluar.

"Mau cari angin segar diluar," jawabnya sangat singkat.

§§§§

"MAMA!"

Teriakan Jevin terdengar sampai keluar saking kencangnya. Jevin menutup mulut saat melihat banyak darah mengalir dari kepala ibunya, tadi disaat ia selesai minum di dapur sempat melihat sosok yang mendekati Mama lalu mendorong hingga terjatuh membentur tembok dengan keras.

Jevin melihat orang itu memakai Hoodie ada gambar harimau di punggung nya. Benar, jika tak salah ingat memang ada gambar tersebut di Hoodie orang yang melukai Mama.

"Astaga! Apa yang terjadi!" Faisal berlari terburu-buru mendengar teriakan Jevin. Semakin panik melihat istrinya terkulai lemah berlumuran darah di lantai.

"Cepat bawa ke rumah sakit!"

Mereka semua pergi memasuki mobil masing-masing, Darrel melihat sekitar dimana Hisyam keadaan sedang genting seperti ini pemuda itu malah tidak terlihat dimana pun.

Baru ingin berangkat Hisyam keluar berjalan terseok menuju villa. Darrel berlari menarik pemuda itu sampai ia terkejut, belum sempat mengerti Darrel menyuruh nya masuk ke dalam mobil.

19-10-2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19-10-2024

TBC.

My Guardian Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang