Lelah

21 3 0
                                    

Aira berjalan letih masuk ke dalam rumah yang tidak seberapa besar itu dengan wajah lelah. Badannya terasa pegal sekali setelah menghabiskan harinya dengan bekerja, cafe hari ini sangat ramai jadi tidak ada waktu untuk sekedar beristirahat sebentar. Rumah keliatan sepi sebab Hisyam pergi kerja kelompok bersama Darrel dan Jourel, Arshaka? Pemuda itu entah pergi kemana ia tak tahu.

Duduk di sofa sambil memijat kaki yang terasa kaku setelah seharian berdiri.

Manik kecoklatan itu terpejam sesaat rasa lelah tidak bisa dihindari jadi ia tertidur di sofa.


Mata coklat perempuan memakai dress putih berkeliaran dimana dia sekarang berada di taman penuh sekali bunga. Wangi bunga menyeruak masuk dalam indra penciumannya sangat segar, perempuan itu memetik salah satu bunga lalu menggenggamnya.

"Aira," suara seseorang terdengar mendayu masuk ke telinganya dengan pelan. Aira melirik betapa terkejutnya saat wajah sudah lama dia tidak lihat hadir dalam pandangannya, seseorang itu tersenyum penuh ketulusan.

"Kakak," disitu Aira baru sadar kalau dia terlihat lebih kecil dari propsi badannya. Orang didepannya merentangkan tangan siap menerima pelukan si kecil.

"Kakak, Aira kangen sama kakak!" saking kangennya Aira sampai menitikan air mata dengan deras.

"Kakak lebih kangen sama kamu, kamu baik-baik saja kan?" Aira mengangguk menangkup wajahnya kakak sudah lama tidak bisa ia sentuh karena memang kakak yang satu ini telah pergi selamanya.

Dia pergi disaat masih usia empat tahun saat mendengar bahwa adiknya telah lahir dia bergegas pergi ingin menyusul ke rumah sakit. Namun nahas diperjalanan sang kakak malah kecelakaan dan meninggal di tempat.

"Kamu sudah besar sekarang, kakak bangga kamu tidak ikut membenci adek seperti yang lain. Makasih telah menjaga adek dengan baik, kakak bahagia kalian telah bebas dari tekanan mereka semua," pasti maksud kakak adalah keluarganya sendiri. Banyak tekanan Hisyam dapat saat berada di rumahnya, kekerasan juga tak luput dari kehidupannya.

"Kakak percayakan adek sama kamu, kamu kuat kamu bisa jaga adek dengan baik. Kakak tetap memantau kalian dari sini, disaat waktu tiba kakak akan menjemput kalian berdua!"

"Kamu jaga diri baik-baik, kakak pamit."

Aira bangun dari tidurnya melihat sekitar masih sama di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aira bangun dari tidurnya melihat sekitar masih sama di rumah. Astaga, tadi hanya mimpi kenapa terasa begitu nyata? Benarkah itu sang kakak telah lama meninggal, napas panjang itu kembali sedikit normal.

"Kakak ..." tubuhnya bangun saat melihat jam menunjukan pukul sembilan malam tapi Hisyam tak kunjung pulang. Dia mengambil handphone di kantong celana, mencari nomer adiknya.

"Tidak aktif," semakin dilanda cemas saat Hisyam tak juga menjawab telponnya. Dimana anak itu tidak mungkin kerja kelompok sampai malam seperti ini.

Terlihat nama Darrel benar pemuda itu kan yang jadi teman kerja kelompok adiknya.

Satu panggilan langsung terjawab.

"Halo kak kenapa? Tumben banget lo nelpon gua malam-malam gini,"

"Hisyam masih ada disana?"

Diseberang telpon Darrel mengerutkan dahi bingung.

"Hisyam udah pulang dari jam delapan kak, emang belum sampe kerumah?"

Perasaan Aira semakin tidak enak saat mengetahui kalau adiknya sudah pulang dari satu jam lalu.

"Belum, kamu tolong bantu cari ya. Dia belum sampe rumah,"

Aira bersiap ingin pergi keluar berhenti saat melihat Arshaka baru saja pulang. Pemuda itu melihat dengan heran saat kembarannya terlihat panik, dirinya tidak tahu apapun ingin bertanya langsung.

"Lo kenapa? Panik begitu ada masalah?"

"Hisyam hilang!"

Arshaka terkejut mendapati jawaban dari kembarannya. Tak peduli Aira langsung melesat keluar dengan sepedanya, mencari adiknya entah ada dimana sekarang.

Arshaka mengikuti dibelakang dengan motornya penuh khawatir. Beberapa kali juga Aira hampir terjatuh karena tidak fokus, pasti dia sangat cemas apalagi ini Hisyam adalah adik kesayangan perempuan itu.

Kayuhan sepeda Aira terhenti saat didepan ada ramai banyak orang berkerumun membuat ia penasaran. Sepeda dia taruh dekat pohon mangga lalu berlari membelah kerumunan itu sampai saat didepan ternyata ada korban tabrakan lari disana.

Kakinya langsung lemas saat melihat siapa korbannya. Hati dan pikiran dia terus menolak kalau bukan adiknya ada disana terbaring bersimbah darah, kaki Aira merangkak mendekati tubuh tak berdaya itu.

"Hisyam ..."

"Bangun, dek. Bangun Hisyam!"

"BANGUN KAKAK BILANG! JANGAN SEPERTI INI! KAKAK BILANG BANGUN!"

Aira mendekap erat tubuh adiknya tak mengindahkan kalau darah itu akan menempel pada tubuhnya juga. Semua orang yang melihat ikut merasakan sakit, teriakan kencang dari gadis itu sangat menyayat hati para warga kebetulan lewat.

Ambulans yang dipanggil salah satu warga datang Aira lemas mengikuti adiknya dan masuk ke dalam ambulans itu. Bahkan melupakan sepeda mungkin akan diambil orang, kepentingan sekarang adalah adiknya Hisyam harus segera ditangani dokter.

"Kakak mohon bertahan Hisyam, kita berdua saling membutuhkan satu sama lain. Dan kakak bertahan hidup selama ini juga demi kamu, kalau kamu pergi siapa yang kakak jadikan alasan lagi?"

"Bertahan sedikit lagi ...."

03-10-2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


03-10-2024

TBC.

My Guardian Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang