Sadar

22 4 0
                                    

Hisyam membuka matanya setelah hampir dua minggu dia koma baru hari ini dia tersadar. Mencoba membiarkan cahaya masuk dalam ratena matanya menyesuaikan diri, melihat sekeliling ternyata ia hanya seorang diri? Tidak ada siapapun disini, hanya sendirian ditemani keheningan.

Matanya bergeliya disaat seorang suster bersama dokter masuk, mereka terkejut saat pasien telah lama koma sudah sadar.

"Tolong bilang kalau ada sesuatu yang sakit. Biar kami obati," ucap suster itu sambil memeriksa kondisi tubuh Hisyam.

"Su–ster apa kakak ku ada?" suster itu terlihat kebingungan untuk menjawab.

"Seminggu lebih tidak ada siapapun datang untuk menjenguk kamu, waktu itu masih ada seorang remaja perempuan tapi tidak kulihat lagi setelah satu minggu tak terlihat!" Hisyam hanya mengangguk samar, terlihat sekali kalau dia bersedih.

Aira tidak ada? Dia menghilang, kemana kakaknya apakah kondisi baik-baik saja.

"Jangan banyak pikiran ya, kondisi kamu masih belum sepenuhnya pulih." patuh adalah jalan ninja nya, Hisyam kembali memejamkan mata siapa tahu saat terbangun nanti Aira sudah ada disampingnya.

****

Jourel bersenandung ria sambil meminum susu kotak rasa coklat kesukaannya. Tanpa sengaja pula bertemu Aira, benar ia belum tahu kondisi Hisyam bagaimana? Jadi bisa langsung bertanya saja pada Aira selaku kakak pemuda itu.

"Kak, gua mau tanya dong! Hisyam kondisi gimana? Udah membaik?" Jourel menyerngit bingung, dia salah bicara kah? Kok raut wajah perempuan itu terlihat sangat tidak suka saat ia bertanya.

"Dia bukan urusan gua! Pergi jauh-jauh! Jangan ganggu gua lagi!" tekan perempuan itu sembari menunjuk wajah Jourel dengan penuh ancaman.

"Hah? Dia kenapa sih! Pms kali ya, sensi banget perasaan!" mungkin saja Aira sedang dalam mood buruk, mungkin juga dia banyak masalah jadi gampang marah begitu.

Dughh!

"Bajingan," umpat Jourel saat kepalanya digeplak seseorang dari belakang.

"Ngedumel sendiri dari tadi, kenapa? Simulasi jadi gila lo!" Jevin lah pelakunya saat ditatap malah nyengir kek ngga ada rasa bersalah sama sekali.

"Lo sini gua bawa ke RSJ!"

"Bingung gua, tadi kan ketemu Kak Aira gua mau nanyain kondisi Hisyam lah, Malah dimarahi salah gua apa coba?"

Jevin tertawa mengejek Jourel tampak memasang wajah masam. "Muka lo ngeselin, pengen banget nonjok kalo dilihat! Lagi banyak masalah kali dia!" Jourel sempat berpikir begitu tapi masa sih sampe sedrastis itu perubahan sikapnya.

"Tapi tatapan dia beda banget, ngga kaya biasanya. Gua berasa kenal orang lain," gumam Jourel

Jevin jadi penasaran kenapa Aira berubah menjadi dingin seperti itu. "Dan asal lo tahu dia bilang, kalau Hisyam bukan urusan dia lagi? Lo yakin dia ngga kenapa-kenapa?"

Darrel dibelakang malah ikut mikir benarkah? Seorang Aira terlihat sangat menyayangi adiknya berbicara ketus begitu? Sampai dibilang Hisyam bukan lagi urusannya.

Sangat mustahil, Darrel melihat Aira begitu tulus menyayangi pemuda itu.

"Positif thinking aja mungkin emang lagi banyak masalah," celetuk Jevin berniat menenangkan para sahabatnya.

Ketiga langsung pergi ke kelas karena sebentar lagi akan masuk ke pelajaran berikutnya.

****

Dalam diam Hisyam menatap orang berlalu lalang di taman rumah sakit, ada sedikit harapan salah satu orangnya adalah kakaknya telah ia tunggu kedatangannya sejak tadi.

Aira sulit sekali dihubungi, terkadang aktif tapi tidak pernah diangkat sama perempuan itu.

"Jangan bengong mau kesambet penunggu rumah sakit!" Hisyam terkejut saat ada seorang pemuda datang menepuk pundak lumayan kencang.

"Kamu siapa?"

"Lo lupa? Gua orang yang lo halangi pas mau bunuh diri waktu itu," Hisyam mencoba mengingat siapa, memang ada sih tapi Hisyam tak terlalu ingat bahkan lupa namanya siapa.

Terkadang Hisyam suka melupakan sesuatu hal kecil, banyak hal dia lupakan termasuk masa kecilnya, yang ia ingat hanyalah saat disiksa Faisal saja selain itu tidak ada lagi.

"Sekarang ngga ada niatan kaya gitu lagi kan?"

Pemuda itu tersenyum sembari menatap wajah sayu milik Hisyam. Dapat ia rasakan ada suatu kesedihan mendalam dimatanya, sama seperti miliknya.

"Gua Jazli kita belum sempat kenalan kan? Ngomong-ngomong lo baik-baik aja?"

Tanpa izin air mata Hisyam mengalir keadaan tidak sebaik yang orang lain lihat. Tapi ternyata pemuda yang baru saja dia kenal menyadari hal itu, jika ditanya seperti itu malah membuat Hisyam semakin sedih.

"Ngga ada orang yang baik-baik saja saat semua orang membencinya. Sekarang aku beneran sendirian? Keluarga ku juga tidak bisa menjadi tempat pulang lagi, aku sendirian ..." lirih Hisyam bahkan Aira selama ini menjadi tempat terbaik dia pulang mulai tidak perduli.

Apakah akan ada saatnya semua orang akan ikut membenci dan menghakimi Hisyam tidak punya siapapun.

"Kemarin aku masih punya kakak sebagai tumpuan aku disaat lelah. Sekarang tidak lagi? Sepertinya dia juga mulai membenci aku seperti yang lain,"

Jazli tak mampu berucap disaat pemuda disampingnya memiliki nasib tak jauh berbeda dengannya. Jazli juga tidak punya siapapun, Bunda dan Ayah sama-sama tidak peduli, mereka melupakan Jazli lebih memperhatikan keluarga barunya.

"Terkadang kata semangat juga ngga bisa buat hati seseorang yang sedang diambang keputusasaan tenang. Jadi gua cuma mau bilang tolong bertahan, jangan menyerah. Tunjukin gimana kuatnya lo dihadapan mereka,"

"Kalo ngga punya teman, gua bisa jadi teman lo. Mulai sekarang kita teman!" Hisyam mengalihkan pandangan menjadi menatap lekat wajah Jazli tengah tersenyum.

"Teman?"

Jazli mengangguk tanpa ragu. "Benar, kita menjadi teman mulai hari ini." Hisyam tertawa sembari menghapus sisa air mata.

"Makasih,"

Lalu keduanya menghabiskan waktu bersantai ditaman rumah sakit sampai lupa kalau Hisyam harus kembali ke dalam untuk beristirahat. Dia masih masa pemulihan, jadi tidak boleh terlalu lama berada diluar.

11-10-2025

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


11-10-2025

TBC.

Masih ada banyak kesakitan lainnya, tenang aja 🔥.

My Guardian Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang