Chapter 21. Di comblangi

29 10 9
                                    

"Sebuah keberuntungan bisa memiliki teman yang mengerti akan isi hati kita"-Ara Sheana Maharani-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebuah keberuntungan bisa memiliki teman yang mengerti akan isi hati kita"
-Ara Sheana Maharani-

“Untuk kelompok tiga boleh maju presentasi kan tugasnya,” ucap ibu Lista selaku guru geografi.

Hari ini sudah saatnya mempresentasikan tugas kelompok yang sudah diberikan di  tiga hari yang lalu. kelompok tiga yang terdiri dari Ara,Naya,Malik,Riko dan Wahyu itu pun maju membawa bukunya masing-masing dan memulai mempresentasikan tugasnya.

Saat presentasi posisi Wahyu dan Ara begitu dekat. Kianapun berinisiatif untuk mengabadikan momen ini dengan mengambil foto mereka berdua secara diam-diam.

“Giliran lo lagi yu presentasikan,” ucap Malik yang langsung di angguki oleh Wahyu.

Wahyu memulai mempresentasikan,melihat Wahyu yang fokus mempresentasikan itu Ara tertegun. “Ternyata lo ganteng apa lagi saat lo serius kayak gini,tapi setiap kali bicara sama gue kenapa selalu bikin kesel. duh mana dia sebelahan sama gue lagi,”

“Ra,” panggil Wahyu seraya menunjukkan bukunya pada Ara. “Ini gimana?”

Ara membuka bukunya.“Yaudah sini mana buku lo samain sama punya gue. biar gue aja yang lanjut menjelaskan,”

Mereka berdua terlihat sangat dekat,terlihat Ara yang melihat buku Wahyu secara bergantian melihat ke bukunya dan sebaliknya Wahyu yang melihat buku Ara menyamakannya dengan isi buku yang ia tulis,semua kelas yang melihat ke dekatan mereka pun membuka suara.

“Ekhem,dekat amat,”

“Cie,”

“Ara Wahyu,”

Ara dan Wahyu yang merasa terpanggil pun menoleh ke arah sumber suara memperhatikan temannya yang menyebutkan nama mereka.

“Cie.. Ara,” ucap Via pelan sembari tersenyum menggoda Ara.

Ara yang merasa dicomblangi itu pun sedikit menjaga jarak dari Wahyu. “Udah Ra nggak usah ngejauh kan kita sekelompok, jadi wajar,” ucap Wahyu.

“Lo nggak mau dicomblangi sama gue?” Tanya nya lagi seraya menaikkan sebelah alisnya pertanda meminta jawaban.

“Ada apa?” bukan Ara yang menjawab melainkan ibu Lista sembari melihat ke arah depan.

“Ara sama Wahyu bu saling suka tapi gengsi,” Fauzi membuka suara.

Ibu Lista pun beralih memperhatikan mereka. “Benar begitu nak? kalian kalau saling suka ungkapin,” ucap ibu Lista.

“Hah? nggak bu,” elak Ara cepat.

“Jujur aja sama ibu,ibu juga pernah muda,” ibu Lista menggoda Ara seraya tersenyum. “Ibu tahu kamu gengsi,”

“Cie.. Ara,”
“Ekhem ekhem,”
“Gas lah yu,ibu Lista aja ngedukung,”
“Keburu diambil orang nanti,”

Sementara itu pipi Ara bersemu merah tanda malu. sorakan itu masih terdengar dari semua murid yang ada didalam kelas IPS Berryl. sementara Kiana masih sibuk mengambil foto Ara dan Wahyu secara diam-diam untuk mengabadikan momen itu.

“Sudah-sudah,” ucap ibu Lista memperhatikan ke arah depan menghentikan kebisingan pada kelas IPS Berryl. “Lanjut presentasikan tugasnya,” ibu Lista menatap Ara dan Wahyu secara bergantian.

Usai mempresentasikan,kelompok tiga pun kembali pada bangkunya masing-masing. “Ra,lihat nih,” Kiana menunjukkan sebuah foto yang sudah dia ambil secara diam-diam.

Ara sedikit terkejut melihat sebuah foto yang menampilkan ia dan Wahyu begitu sangat dekat ia sama sekali tak menyadari bahwa ia dan Wahyu tadi sangat lah dekat. “Hapus gak Ki,” ucap Ara seraya meraih ponsel Kia berniat menghapus foto itu.

“Kalian dekat banget. cocok banget sumpah,gue nggak mau ngehapus nih foto gue pengen moment ini diabadikan,” ucap Kia seraya menjauhkan ponselnya dari Ara.

“Nggak ada yang cocok,hapus nggak Ki,” ucap Ara lagi berusaha meraih ponsel itu.

“Nggak mau,gue tunjukkin ke dia ya,” Kia menampilkan senyum menggodanya pada Ara.

“Lo temen gue nggak sih ki?” ucap Ara merasa kesal.

“Ya teman lo lah,sebagai teman yang baik gue peka sama perasaan lo Ra,kalau lo jatuh cinta sama tuh cowok. itu kenapa gue pengen lo bisa jadian sama dia,” balas Kia penuh keyakinan.

“Nggak,gue nggak punya perasaan sama dia Ki,cepat hapus nggak,” Ara masih berusaha mengambil ponsel itu pada tangan Kia.

“Kalau lo emang gak punya perasaan sama dia nggak masalah kan gue tunjukkin fotonya? gue tunjukkin ah,” goda Kiana berlari ke arah Wahyu.

Ara sontak mengejar Kiana. “Ki, iya-iya. plis jangan,” 

Kiana berhenti sejenak. “Apanya iya?” 

“Iya,gu-gue suka sama dia,plis Ki gue-,” ucapan Ara terhenti kala Kiana memotong ucapannya. “Tuh kan apa yang udah gue tebak selama ini benar,lo tenang aja Ra gak usah takut kalau gue bakal nyebarin tentang perasaan lo. gue cuma pengen pengakuan dari lo dan gue akan bantu buat lo sama dia jadian,” ucap Kiana seraya mengirimkan foto  yang sudah ia ambil tadi pada Ara.

“Tuh fotonya udah gue kirim ke lo Ra,gue tahu lo pasti pengen punya foto bareng kan? nanti kalau lo nggak bisa tidur bisa dong lihatin foto dia sama lo malam-malam,” ucap Kia menggoda Ara.

“Ih apa sih Ki,” gerutu Ara tersenyum malu.

Kiana mencolek dagu Ara.  “Cie..,” 

“Anak-anak jam pelajaran ibu telah selesai,untuk tugas kelompoknya dikumpulkan di ruangan guru diatas meja ibu ya,” ucap ibu Lista.

“Baik bu,” ucap semuanya serempak.

Ara memperhatikan foto yang telah Kiana kirim kan padanya,tanpa sadar sudut bibirnya ke atas ia tersenyum senang melihat foto di ponselnya itu. “Tau aja lo Ki, wish list gue pengen foto bareng berdua sama dia akhirnya terpenuhi berkat lo. meskipun foto ini diambil secara tidak sadar setidaknya foto ini benar-benar bermakna buat gue,makasih ya Ki. jujur gue gengsi buat akui perasaan gue.” batin Ara.

” batin Ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OUR STORY IN THE WHITE GRAY [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang