Chapter 1

257 55 26
                                    

Solar benar-benar menepati janjinya. Sesuai perkataannya, Solar benar-benar tak menyentuh (Nama), walaupun mereka berdua tidur di atas satu ranjang.

Terhitung, sudah 2 bulan lamanya sejak keduanya terikat pernikahan. Dan selama itu pula, Solar selalu memegang teguh perkataannya. Yang membuat (Nama) berucap syukur dalam diam.

(Nama) tahu. Sejak dulu, Soar sudah hidup dengan bergelimang harta. Seluruh masa depannya sudah tertata rapi 'bak rangkaian hidup yang benar-benar terstruktur. Maka dari itu, Solar sama sekali tak mengetahui makna dari sepeser uang. Betapa berharganya tiap nominal, tak peduli sekecil apapun. Hal itulah yang membuat (Nama) jengkel. (Nama) hidup serba berkekurangan. Ibunya hilang entah kemana, tahu-tahu ibunya sudah meninggal saat ditemukan tahun lalu. Ayahnya sendiri ialah mantan kriminal, seorang pencuri yang telah dikenal oleh orang-orang setempat. Tak seorangpun ingin memperkerjakan seorang pencuri, yang membuat ekonomi keluarga (Nama) semakin merosot.

Sesuai permintaan (Nama), mereka berdua sepakat untuk tidur di satu kamar. Karena (Nama) amat menyayangkan pemborosan hanya untuk membeli hal yang tak dibutuhkan.

Ping! Ping!

Notifikasi pesan masuk.

(Nama) memberhentikan aktifitasnya, yang tak lain tak bukan mengepel seisi rumah. Tipikal pekerjaan seorang ibu rumah tangga, karena (Nama) menolak keras disaat Solar hendak menyewa seorang asisten rumah tangga. (Nama) tidak lumpuh. (Nama) sehat wal a fiat. Masa iya hal sepele seperti membereskan rumah saja memerlukan bantuan orang lain? Sebenarnya sih, (Nama) menyayangkan uangnya. Mencari uang itu tidak mudah. Siapa tahu Solar tiba-tiba bangkrut dan mereka mendadak jadi miskin, setidaknya (Nama) memiliki tabungan darurat yang bisa dipergunakan jika keadaan terdesak.

Oh iya. Karena sibuk memikirkan perkara Solar bangkrut, (Nama) jadi lupa mengecek notifikasi pada gawai miliknya.

Solar

Jelek |
Gua kayanya bakal lembur |
Pintunya dikunci aja, |
Gua bawa kunci |

| Ok

Jangan kangen ya |

| (Stiker)

| (Stiker)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wkwkwk |

Seen

(Nama) mendengus kesal. Solar ini selalu saja berhasil membuatnya naik darah. Yah, walaupun sedari dulu (Nama) memang tipikal orang yang gampang marah. Genetik turun temurun dari ayahnya.

"Bajingan," gerutunya.

Benar-benar aneh rasanya bagi (Nama) untuk berleha-leha selama ini. Waktu masih gadis dulu, jadwal (Nama) selalu padat dengan kerjaan-kerjaan serabutan. Di pagi harinya, (Nama) akan memasak kue untuk dititipkan di kantin sekolahan di sekitar rumahnya. Lalu setelahnya, (Nama) harus berjalan kaki sekitaran 2 kilometer ke supermarket daerah kota sebagai pegawai kontrak. Sepulangnya dari shift di supermarket, (Nama) harus balik ke rumah buat masak makan malam untuk Sang Ayah. Lalu setelahnya, (Nama) harus balik lagi ke warung makan pinggir jalan untuk bekerja. Pekerjaannya selesai pada waktu petang, (Nama) biasanya akan pergi ke sekolahan untuk mengambil hasil dari penjualan titipannya dan melengos pulang ke rumah. Saat di rumah pun, (Nama) masih bekerja. (Nama) mengedit foto wisudawan anak-anak TK dengan perangkat elektronik seadanya. Barulah saat fajar menjemput, (Nama) akan pergi ke pasar untuk berbelanja.

Hatred Towards You | Solar x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang