Chapter 5

217 48 37
                                    

Setelah melakukan rutinitas kesehariannya, (Nama) lantas memasuki kamar dengan niat ingin membereskan tempat tidurnya. Tapi betapa terkejutnya (Nama) saat mendapati Solar yang masih terlelap dengan nyaman sambil memeluk guling milik (Nama). Rasa-rasanya, tadi (Nama) sudah membangunkan Solar, bahkan (Nama) sudah memergoki Solar yang memasuki kamar mandi. Lah terus kenapa Solar masih tiduran di kasurnya?

(Nama) menoleh pada jam weker yang ada di nakasnya Solar. Di kamar ini, diletakkan dua meja nakas oleh Solar, satu di sebelah kanan ranjang, dan satunya di sebelah kiri. Meja nakas (Nama) memang kosong melompong, karena (Nama) tak tau mau meletakkan apa disitu. Palingan, hanya ponselnya (Nama). Sedangkan, di meja nakasnya Solar terdapat lampu tidur, jam weker, laptopnya Solar, powerbank Solar, dan ponselnya Solar. Jam wekernya kembali berbunyi dan waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi! Astaga, Solar tak akan sempat pergi kerja.

"Solar!! Bangun, yaampun! Udah jam berapa ini?! Tadi udah gua bangunin kenapa malah tidur lagi sih?" (Nama) mendecakkan lidahnya selagi menggoncang tubuhnya Solar.

Erangan malas terdengar, Solar menggeliat tak nyaman dengan kondisi mata yang masih terpejam.

"Mh.. Gua enggak kerja hari ini..." Ucapnya dengan suara yang sedikit serak. Biasalah, efek baru bangun tidur. Solar mengeratkan pelukannya pada guling (Nama). Padahal, Solar punya gulingnya sendiri.

"Hah?! Masa bisa suka-suka begitu kerjanya?" (Nama) memekik heran. (Nama) bahkan mengecek kalender, tuh tanggal hari ini bukanlah tanggal merah. Bukan hari libur juga.

"Gua bosnya," cetusnya.

Oke. Baik. (Nama) melupakan hal itu. Pantas saja uangnya banyak walaupun kerjanya niat enggak niat.

(Nama) benar-benar tak mengerti maksud dari sikap anehnya Solar. Sudah tiga kali Solar bolak-balik di hadapan (Nama) yang sedang bersantai di ruang tamu. Belum lagi, Solar selalu menanyakan (Nama) letak dari barang-barangnya. Kurang lebih begini,

"Handuk gua mana?"

"Duh, parfum gua yang varian mint dimana??"

"Kemeja gua yang warna krem lu letak dimana?"

"Hair vitamin gua enggak ada."

(Nama) tentunya heran. Solar ini padahal udah tinggal bareng (Nama) udah berbulan-bulan loh. Masa yang begituan juga masih perlu nanya (Nama)? (Nama) tak habis pikir.

Ya sudahlah. Solar kan, jarang-jarang libur kerja. Jadi (Nama) memaklumi. Solar itu orang sibuk, yang kerjaannya cuma duduk diam memandangi monitor. Bisa saja Solar lupa karena efek radiasi. (Nama) curiga Solar juga bakalan lupa caranya berjalan kalau begini terus.

(Nama) entah kenapa merasa tatapan yang menusuknya, ia lantas mengangkat wajah. Dan benar saja, ternyata sedari tadi, Solar memandanginya. (Nama) mengerutkan dahi.

"Apa?" Tanya (Nama). Soalnya, dari tadi Solar asik, asik sendiri.

"Yaelah. Gua udah rapi begini, masa elu cuma make kaos begitu? Yang bener aja lah." Solar mendesah panjang.

"Apaan sih?" (Nama) rasa, otaknya Solar ini sedang konslet. Makanya tingkah lakunya enggak nyambung.

"Duh, bener-bener deh. Sana siap-siap, kita pergi kencan." Tangannya Solar mendarat pada pucuk kepalanya (Nama), lalu dengan mudahnya mengacak-acak rambut (Nama) yang sudah tertata rapi.

Jangan tanyakan kondisi (Nama) sekarang ini. Sedari tadi, gadis itu hanya terduduk diam di mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun. Otaknya masih loading. Maklum lah, (Nama) enggak tamat SMA.

Hatred Towards You | Solar x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang