Bab 182. Bukan Kejutan

632 120 1
                                    

"Kamu hamil lagi, Fira?" tanya Nia yang terlihat lebih segar setelah puas liburan bersama keluarga kecilnya.

Fira mengangguk semangat, dan Nia kembali memeluknya lebih erat. Setelahnya, barulah Edwin memeluknya dan mengucapkan selamat datang dan kembali bekerja.

"Wow. Ini adalah liburan terpanjang saya dan saya merasa sangat bosan, Pak Edwin, bukan saya saja tapi juga anak dan suami saya. Ternyata kehidupan nyata lebih menyenangkan," ungkap Nia seraya meletakkan tumpukan dokumen yang harus Edwin baca dan tandatangani pagi itu.

"Liburan juga kehidupan nyata, Nia."

Nia menggeleng dengan bibir mencebik. "Bekerja adalah hidup saya, dan bukan liburan."

Edwin tergelak, "Kamu memang aneh. Semua menginginkan liburan panjang, tapi kamu malah bekerja."

"Apa Bapak juga menginginkan liburan panjang?"

Edwin tersentak, menyadari dirinya yang gila kerja sedari awal bekerja. Dia jarang sekali mengambil liburan. "Ya, kamu benar, Nia. Kita sama anehnya. Lebih suka bekerja daripada berlibur."

"Ya, sampai tidak sempat berbulan madu," sindir Nia sambil melirik Fira.

"Tapi kita tetap merencanakannya," kilah Edwin sambil mendekap bahu Fira erat-erat. Ada perasaan bersalah mendera dirinya, tapi dia yakin istrinya sangat memahami keadaan.

Nia tersenyum mengangguk sebelum pamit ke luar kantor.

Edwin memutar tubuh Fira sambil mendekap pinggangnya. "Aku ... ingin sekali pergi berlibur berdua saja denganmu."

"Aku tahu, Ed. Tapi kita tetap harus memikirkan Liam dan adiknya." Fira mengusap-usap perutnya.

"Aku telah menyusahkan kamu."

"Kamu berlebihan. Semua ini adalah keinginanku, menikah dengan laki-laki sempurna, dan punya anak-anak. Apalagi?"

"Ah, Fira." Edwin terenyuh mendengar kata-kata Fira yang menenangkan. Dia tahu Fira tidak pernah mempersoalkan jika ada rencana yang tertunda.

***

Usia kehamilan Rina sudah memasuki bulan kelima dan perutnya semakin membuncit. Malam ini, Rina dan Dani akan berkunjung ke rumah orang tua Rina karena mereka mengundang makan malam keluarga. Dani dan Rina sudah mempersiapkan kejutan, Rina yang sedang hamil dan jenis kelamin bayi mereka adalah laki-laki. Rina yakin keduaorangtuanya pasti sangat terkejut dan senang dengan kabar ini.

"Siap?" tanya Dani saat mobil yang dikendarainya berhenti tepat di depan kediaman mertuanya.

"Ya," jawab Rina, tapi wajahnya sedikit murung.

"Ada apa, Rin?"

"Aku rasa mereka nggak terkejut. Hm ... tapi marah."

"Ya, kita harus siap, ini juga keinginan kamu, dan aku juga mendukung."

Perasaan Rina jadi tenang setelah mendengar kata-kata Dani yang menenangkan.

Mama dan papa Rina juga hadir di pesta pernikahan mama Dani, dan mereka saling bertemu tapi tidak lama. Karena perut Rina kecil dan tidak terlihat sedang mengandung, mereka sepertinya masih mengira Rina yang belum hamil.

Dani dan Rina sudah berdiri di depan pintu yang terbuka, mereka disambut Ella dan Sutan yang sudah berpakaian rapi kompak berwarna biru muda.

"Rinaaa! Ya Tuhaaan. Aduh senang banget!" Ella memeluk Rina erat-erat sambil mengelus perutnya.

Bukannya terkejut, Ella justru menangis tersedu-sedu.

Dani tampaknya menyadari ada yang salah dengan pertemuan ini. Dia melirik ke papa mertuanya yang mengedipkan mata ke arahnya.

"Selamat, Sayang," ucap Ella sambil memejamkan matanya.

Rina menarik diri dari pelukan mamanya. Dia yang justru terkejut. "Jadi Mama tahu aku hamil?" tanyanya.

Ella mengangguk tersenyum, dan memeluk Rina lagi, kemudian dia membimbing Rina masuk ke dalam ruang tamu yang sudah didekorasi sedemikian rupa, bahkan ada balon-balon yang didominasi warna biru muda dan putih.

"Mama juga tahu anakku laki-laki?"

"Iya, Sayang."

Dani duduk di samping Sutan, dan dia tampak bingung.

"Dani. Kamu yang kasih tahu?" tuduh Rina.

Dani menggeleng.

"Bukan Dani, Sayang. Hei, nggak apa-apa, Rina," tegur Ella menenangkan anaknya yang agak kecewa karena rencananya gagal total, kedua orangtuanya sama sekali tidak terkejut, tapi sangat bahagia.

"Hei, Mama dan papa tahu kamu ingin kasih kejutan. Mama terkejut sebenarnya, lihat perut kamu. Ya Tuhaaan." Ella mendekap erat bahu Rina erat-erat. "Dan kamu mengandung bayi laki-laki. Dan itu yang memang Mama dan papa harapkan."

Rina masih tampak kecewa. Dia menoleh ke Dani yang juga terlihat kecewa dan tidak berdaya. "Siapa yang kasih tahu Mama?" tanyanya ingin tahu.

"Mama Dwita."

Dani memukul jidatnya, menyesalkan "perbuatan" mamanya yang sekarang justru sedang bersenang-senang di Dubia. Padahal dia sudah mengingatkan mamanya untuk tidak memberitahu perihal kehamilan Rina ke mertuanya, karena Rina yang ingin memberi kabar kejutan.

"Mama Dwita ngaku keceplosan, tapi jadi keterusan," ujar Ella dengan senyum simpulnya.

"Dan mama Dwita juga bilang kalo aku yang sebenarnya ingin memberi Mama kejutan ini?"

"Ya."

"Ck, Mamaaa."

Ella mencubit gemas pipi Rina. Anak kesayangannya belum berubah dan memang sangat manja. Tapi Rina sebenarnya adalah sosok yang sangat mandiri dan cerdas.

"Hei, Mama kaget lo, apalagi melihat kamu begini, dan ... perut kamu sudah gede begini."

Rina menoleh ke Dani yang wajahnya berubah tidak semangat, tampaknya suaminya ikut merasa bersalah. "Nggak apa-apa," ujarnya ke Dani dan dia tersenyum hangat.

Papa Rina bersorak, dia memang sengaja menunggu sikap Rina yang berubah lebih dewasa, tidak harus terus berharap keinginannya selalu terwujud. "Ayo, kita makan!" ajaknya semangat.

Suasana pun jadi ceria karena ada banyak yang terhidang di atas meja makan, dan semuanya adalah menu kesukaan Rina.

"Mau tahu satu kejutan lagi, Rina?" tanya Ella berseru.

"Apa, Ma?"

"Mama dan papa yang masak semua ini, khusus untuk kamu dan Dani."

Rina menganga lebar, dan matanya melotot, dia terkejut mendengar pengakuan mamanya. Mereka sangat jarang sekali masak dan lebih memilih membayar catering selama ini.

"Coba pindang ikan ini, Rina. Pasti kamu suka," ujar Sutan setelah mengambilkan satu mangkuk kecil berisi sup pindang. Rina langsung mencobanya, dan dia memejamkan matanya sambil menggeleng.

"Enak sekali, Papa. Ya ampun. Enak sekali, Papa."

Sutan tertawa, bahagia sekali mendengar pujian Rina.

Suasana makan malam di rumah Ella dan Sutan berubah hangat dan penuh canda. Ada banyak yang mereka bicarakan malam itu, tentang bulan madu Dwita dan Akmal, kehamilan Fira yang kedua, dan tentang pekerjaan Rina dan Dani di kantor. Sutan juga tidak ketinggalan menceritakan tentang pekerjaannya sebagai pilot, juga Ella yang menceritakan tentang usaha dan bisnisnya.

Bersambung 

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang