Bab 185. Liburan

669 124 3
                                    

Fira tidak berhenti tersenyum saat melihat acara inti tujuh bulanan Rina. Ikut merasakan kebahagiaan keluarga Rina dan Dani. Rina menurutnya perempuan yang sangat beruntung dengan jalan hidup yang lurus, tanpa sedikitpun hambatan yang berarti. Terlebih, Rina adalah sahabat yang sangat pengertian dan tidak segan membantu, juga selalu mendukung Fira, meskipun belum lama saling mengenal dekat. Fira jadi mengingat pertemuan pertamanya dengan Rina di magang, dan Rina yang langsung menyambutnya dengan sikap baik. Tidak menyangka Rina yang berasal dari keluarga kaya itu mau berteman dekat dengannya tanpa sedikitpun menunjukkan segan.

"Fira. Aduh, cantiknya. Mana Liam?" tanya Dwita saat Fira datang kepadanya dan menyalami. Selama acara Dwita tampak duduk saja dan tidak berdiri lama. Sehingga Fira yang datang menghampiri.

"Sama papanya, Tante. Edwin lagi asyik ngobrol sama Dani di sana," jawab Fira sambil menunjuk ke tempat duduk tamu laki-laki. "Tante sehat?" tanya Fira hati-hati.

Dwita mengangguk lemah. "Sehat, Fira. Tante nggak bisa jalan dan berdiri lama. Hm ... sedang isi tiga bulan."

"Ha? Tante?" Fira langsung duduk di samping Dwita.

"Iya. Kemarin Tante pendarahan, tapi sedikit. Dokter menyarankan beristirahat."

"Tanteee. Aku senang banget. Haha, jadi Dahlia punya adik lagi." Fira memeluk Dwita dari samping.

"Doakan lancar ya, Fira. Tante bingung dan agak panik. Makanya Tante banyak diam tadi."

Fira mengangguk kuat. "Aku doakan, Tante. Aku yakin Tante pasti akan baik-baik saja."

"Anakmu perempuan, Fira?"

"Iya, Tante."

"Duh, senengnya dapat sepasang. Kayak Tante dulu, setelah lahir Dani, Tante hamil Dahlia. Dulu Tante sampai ikut program. Kalo yang sekarang, bebas mau apa saja—"

Dwita jadi berubah semangat selama Fira duduk di sampingnya dan mengajak berbincang. Saking serunya, Dwita sampai menyinggung Fira yang hampir jadi menantunya. Dia akhirnya mengakui bahwa Dani berubah jauh lebih baik sejak mengenal Fira dan Dani sendiri juga mengakuinya. Sebelumnya Dani dikenal bermulut pedas dan suka menyindir, tapi setelah mengenal Fira, kepribadiannya berubah lebih menyenangkan.

***

Dua tahun kemudian.

Akhirnya Edwin bisa menunaikan janjinya mengajak Fira berlibur ke Raja Ampat. Mereka bahkan mengajak sepasang anak mereka, Liam dan Lindsey. Kedua anak itu tinggal di rumah Frans di Merauke, sementara mereka pergi berdua bersenang-senang di Raja Ampat.

Dua tubuh polos sedang rebah berpelukan menghadap pemandangan laut lepas di depan pondok kayu yang terbuka. Saat itu sedang turun hujan, sehingga pemandangan menjadi lebih syahdu. Pasutri itu kelelahan karena semalaman letih bercinta. Fira tampak sangat nyaman didekap Edwin, pria yang telah memberinya kebahagiaan yang sempurna. Sekarang kehidupannya melebihi dari yang pernah dia impikan, tidak pernah kekurangan, berkumpul dengan orang-orang baik dan memberinya dukungan yang tulus, dan memiliki keluarga bahagia.

Edwin mengecup lembut pundak polos Fira. "Kenapa? Masih mikirin anak-anak?" tanya Edwin. Fira sempat mengeluh merindukan anak-anak mereka yang sekarang tinggal di rumah opa Frans.

"Nggak lagi, Ed. Aku yakin mereka sedang bersenang-senang. Tapi sekarang aku malah khawatir mereka nggak mau terpisah. Jadi kita sulit pulang."

Edwin terkekeh, "Ya nggak. Liam dan Lindsey gampang dibujuk, kalo alasan kita bisa diterima. Tinggal dijelaskan baik-baik. Yang kamu khawatirkan itu justru di Nabila dan Aqila. Jangan-jangan mereka sudah menabung banyak untuk bisa membeli Liam dan Lindsey."

Orang KetigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang