05. Cultural Clash and Sweet Surprises

3 0 0
                                    

happy reading

🥐🥐🥐

Setelah beberapa minggu menghabiskan waktu di toko roti Isabelle, Ethan merasa semakin nyaman dengan bahasa Prancis dan kebiasaan lokal. Namun, hari itu, suasana di toko roti Isabelle terasa berbeda. Ada kerumunan pelanggan yang tidak biasa, dan Isabelle tampak stres saat berlari-lari mengatur semua barang.

“Ethan!” Isabelle memanggil saat melihat Ethan memasuki toko. “Maaf, hari ini agak kacau. Kami sedang menyiapkan pesta kue untuk acara perayaan lokal. Bisa bantu kami sebentar?”

Ethan mengernyit, bingung. “Pesta kue? Aku tidak tahu apa-apa tentang itu.”

Isabelle tersenyum lelah. “Tidak masalah. Kami akan mengajarkanmu. Ini adalah kesempatan bagus untuk melihat lebih dekat budaya lokal.”

Ethan setuju dengan antusias, merasa ini adalah cara yang baik untuk lebih memahami budaya Prancis. Isabelle membawanya ke belakang toko, di mana dapur penuh dengan bahan-bahan kue, adonan, dan berbagai macam alat.

“Pertama, kita harus membuat adonan untuk kue tradisional ini,” Isabelle menjelaskan sambil menunjukkan berbagai bahan. “Ini adalah resep turun-temurun keluarga kami.”

Isabelle dan Ethan mulai bekerja sama, mencampurkan bahan-bahan sambil tertawa-tawa. Isabelle menunjukkan cara yang benar untuk mengaduk adonan, sementara Ethan berusaha keras untuk mengikuti dengan benar. Selama proses ini, mereka terus bercanda dan berbicara tentang berbagai hal, termasuk rencana acara lokal yang mereka persiapkan.

Namun, suasana menjadi tegang ketika Ethan salah mengukur bahan dan kue mulai menempel di cetakan. Isabelle mencoba tetap tenang, tetapi jelas terlihat frustrasi.

“Maaf, Isabelle. Aku tampaknya membuat kekacauan,” kata Ethan dengan malu.

“Tidak apa-apa,” jawab Isabelle dengan sabar. “Kita bisa memperbaikinya. Tapi mungkin kamu bisa mengajari aku tentang makanan dari tempat asalmu. Aku penasaran bagaimana makanan di sana.”

Ethan tersenyum, merasa lebih baik. “Tentu. Aku bisa mengajari kamu membuat burger Amerika atau pizza.”

Isabelle tertawa. “Pizza? Aku nggak sabar untuk mencobanya.”

Saat mereka melanjutkan bekerja, Ethan memperhatikan bagaimana Isabelle dengan cermat mengatur setiap detail dari pesta.

Ternyata, acara itu adalah perayaan tahunan untuk menghormati hasil panen lokal, dan toko roti Isabelle berperan penting dalam menyajikan makanan untuk acara tersebut.

🥐🥐🥐

Ketika malam tiba, Ethan dan Isabelle menghadiri acara perayaan yang meriah di taman kota. Seluruh alun-alun dihiasi dengan lampu berwarna-warni dan stand makanan.

Ada musik tradisional dan orang-orang yang mengenakan pakaian khas daerah. Ethan merasa terpesona oleh suasana yang ceria dan penuh warna.

Isabelle membawanya ke stand kue yang mereka buat bersama. “Inilah kue yang kamu bantu buat. Coba lihat bagaimana orang-orang menyukainya,” katanya bangga.

Ethan merasa senang melihat banyak orang menikmati kue yang mereka buat. Sementara mereka berbicara dan menikmati suasana, Isabelle memperkenalkan Ethan kepada teman-teman dan keluarganya. Ethan merasa diterima dan mulai merasa lebih seperti di rumah di Paris.

Namun, ketika Isabelle menerima panggilan telepon mendadak dari keluarga, Ethan tiba-tiba merasa terasing lagi. Dia menyadari bahwa meskipun dia mulai memahami budaya lokal, dia masih sering merasa terpisah dari kehidupan sehari-hari orang Prancis.

•••

Setelah pesta, Isabelle dan Ethan duduk di sebuah bangku di tepi taman, menikmati sisa-sisa makanan. Isabelle terlihat sedikit lelah setelah acara.

“Aku ingin mengucapkan terima kasih, Ethan. Kamu telah membantu banyak hari ini,” kata Isabelle dengan tulus.

“Tidak masalah. Aku senang bisa membantu. Tapi, aku merasa seperti… aku nggak benar-benar bisa masuk ke dalam budaya ini sepenuhnya,” Ethan mengungkapkan perasaannya.

Isabelle memandangnya dengan penuh perhatian. “Apa maksudmu?”

“Kadang-kadang, aku merasa terasing. Aku tahu lebih banyak tentang bahasa dan tradisi, tapi aku masih merasa tidak sepenuhnya terhubung,” Ethan menjelaskan.

Isabelle berpikir sejenak sebelum menjawab. “Pahami bahwa beradaptasi dengan budaya baru itu memerlukan waktu. Tidak perlu terburu-buru. Kamu sudah membuat banyak kemajuan dan kami semua menghargai usaha yang kamu lakukan.”

Ethan mengangguk, merasa lebih baik setelah mendengar kata-kata Isabelle. “Terima kasih, Isabelle. Itu berarti banyak bagiku.”

Isabelle tersenyum. “Kamu telah membuat kemajuan besar. Dan kita masih bisa belajar satu sama lain. Mungkin kamu bisa menunjukkan lebih banyak tentang budaya asalmu, dan aku akan terus membagikan tentang budaya Prancis.”

Mereka melanjutkan percakapan mereka, dengan Isabelle berbagi cerita tentang masa kecilnya dan Ethan berbicara tentang tradisi di Amerika. Momen ini membantu mereka lebih memahami satu sama lain, dan Ethan merasa semakin dekat dengan Isabelle  dan komunitas di sekelilingnya.

🥐🥐🥐

Hari itu berakhir dengan Ethan dan Isabelle berjalan pulang ke toko roti. Meskipun mereka masih menghadapi tantangan, mereka merasa lebih terhubung dan saling mendukung.

Ethan menyadari bahwa meskipun adaptasi ke budaya baru tidak mudah, dia tidak sendirian dalam perjalanan ini, dan hubungan dengan Isabelle memberinya kekuatan untuk terus maju.

Dengan tawa dan cerita yang dibagikan, mereka berdua merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan mendatang, dan Ethan merasa lebih diterima dan diberdayakan oleh hubungan yang semakin berkembang dengan Isabelle.




Dengan tawa dan cerita yang dibagikan, mereka berdua merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan mendatang, dan Ethan merasa lebih diterima dan diberdayakan oleh hubungan yang semakin berkembang dengan Isabelle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Parisian Encounter | ANTON RIIZE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang