Bab 10

502 138 32
                                    

Selama perjalanan tidak henti hentinya taehyung tersenyum. Lelaki itu bertanya apa yang di mau jisoo untuk saat ini. Terkadang wanita hamil sering menginginkan sesuatu, tetapi jisoo belum ingin apapun.

Lagipula, keduanya belum mengetahui usia kandungan nya. Niatnya, jisoo akan pergi besok pagi di antar oleh taehyung. Lelaki itu akan bekerja sedikit siang.

"Aku penasaran bagaimana respon ibu dan ayah."

Entah bagaimana, tapi jisoo merasa dirinya tidak mengharapkan lagi sooya akan datang. Dalam lubuk hati nya yang terdalam, jisoo ingin jujur pada taehyung. Tapi ada rasa takut, bagaimana nanti jika perusahaan ayah nya terancam. Tapi, apa pantas jisoo mendapatkan perlakuan lelaki sebaik taehyung? Sedangkan dalam rumah tangga jisoo tidak jujur dari awal pada taehyung.

Jisoo juga berharap sooya tidak lagi muncul, memang terdengar jahat. Tapi, jisoo sudah nyaman pada kehidupan nya sekarang. Dirinya menikmati peran sebagai sooya.

Ngomong-ngomong tentang pesan tadi, jisoo memperlihatkan nya pada taehyung. Lelaki itu langsung menelfon nomor tidak di kenal itu namun tidak ada jawaban. Di telfon kembali sudah tidak aktif, taehyung bilang bisa jadi dia hanya orang jahil. Tapi, orang jahil mana yang mengetahui jika jisoo akan pergi ke rumah orang tua nya?

Kenapa orang itu tahu, jika malam ini tujuan nya ke rumah orang tua nya?

Tidak terasa, mobil taehyung terparkir di pekarangan rumah Keluarga Lee.

Jisoo berjalan bersama taehyung masuk ke dalam sana. Tiba tiba adiknya jay berlari menghampiri jisoo tepat di ruang tamu, memeluk perut jisoo karna batas tinggi jay hanya seperut jisoo.

"Jisoo noona." Panggil jay, membuat jisoo menegang seketika. Masalah nya itu di saksikan oleh para keluarga.

"J-jay, bagaimana kabarmu."

"Baik! Aku sudah lama tidak bertemu jisoo noona. Kenapa setelah di bawa taehyung hyung, noona jarang kesini?" Pekik girang jay membuat jisoo seketika gelisah.

"Siapa yang kau panggil jisoo noona, dia sooya noona." Ujar taehyung berjongkok dan mengacak acak sedikit rambut jay. Membuat si anak lelaki itu cemberut.

"Jay, pergi ke kamar mu." Ujar soo-hee.

"Ibuu, aku baru bertemu jisoo noona." Ujar jay sedikit manja sambil menarik narik tangan jisoo.

"JAY." Tegas soo-hee membuat anak kecil itu terdiam. Lantas, langsung pergi melepaskan genggaman nya dari tangan jisoo.

"J-jay memang sering memanggil ku sebutan jisoo. Karna aku mirip jisoo." Ujar jisoo sedikit malu karna kini dirinya jadi bahan perhatian. Wajah kedua orang tua nya seperti lesuh, ini ada apa?

"Benarkah? Kau mirip jisoo..atau memang jisoo?" Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan, su-ryeon bangkit dari duduknya berjalan mendekat jisoo. Seketika jisoo terdiam, ucapan su-ryeon bukan seperti bertanya.

"Ibu, ada apa?" Taehyung bingung pada sikap ibu nya yang biasa selalu lembut pada menantunya kini berbeda. Bahkan tatapan nya pun menusuk.

"Aku percaya, bahwa anak kecil tidak pernah bohong. Dan itu terbukti pada anak bungsu soo-hee."

Jisoo menarik nafas sejenak ketika su-ryeon mendorong nya, untung nya taehyung langsung menahan nya dengan merangkul pundak nya. Bisa berbahaya jika jisoo terjatuh.

"Ibu ada apa! Bisa ibu jangan bersikap kasar!"

"Kau tahu betul bukan jika ibu bersikap kasar berarti orang itu bermasalah?"

Su-ryeon mengambil berkas di meja dan melempar nya ke wajah jisoo. Sekilas wanita itu menutup mata nya ketika berkas kertas ith mengenai wajahnya hingga jatuh ke lantai.

Thank You For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang