Bab 12

555 143 49
                                    

Jisoo memilih duduk di bangku nya tepat di sebrang taehyung. "Kau tidak perlu khawatir, aku yang akan mengirim gugatan perceraian ke pengadilan, aku yang akan mengurus nya jadi kau tidak terganggu dengan pekerjaan mu."

Brakk

Taehyung menaruh gelas yang isi nya sudah di teguk habis dengan sedikit keras. Berusaha menahan emosinya ketika mendengar kata perceraian keluar dari mulut jisoo.

"Kau tidak mengingat perkataan ku semalam? Selesaikan masalahnya bukan hubungan nya."

"Tapi hubungan kita yang sudah bermasalah, kau mengharapkan apalagi padaku." Jisoo menunduk berusaha serileks mungkin sambil memakan rotinya.

"Kau mengandung anakku jika kau lupa."

"Masalah anak bisa kita fikirkan. Aku juga tidak akan melarang nya jika kau ingin bertemu dengan nya jika dia sudah lahir nanti."

Taehyung menghela nafasnya, "Cepat bersiap siap, aku harus ikut mengecek kandungan mu."

Perdebatan tidak akan selesai, jadi setelah kejadian ini. Siapa yang ingin meminta pisah akhirnya? Padahal taehyung adalah korban dari kebohongan.

***

"Tolong jaga kesehatan, jangan terlalu banyak fikiran. Karna itu juga dapat mempengaruhi janin dalam kandungan mu nyonya. Karna di usia itu rentan sekali keguguran. Aku akan resepkan obat vitamin nya." Ujar si dokter nya membuat jisoo mengganguk.

Dirinya keluar dari ruangan bersama taehyung setelah pemeriksaan nya.

"Aku akan menghampiri sooya, kau bisa pergi."

"Dimana ruangan nya?"

"Untuk apa? Kau akan menemui nya?" Jisoo menghentikan langkah nya.

"Hanya ingin menemui nya, cinta ku tetap masih pada mu, jisoo."

Ada rasa tertohok ketika mendengar namanya di sebut oleh taehyung. Ini kali pertama taehyung menyebut namanya, biasanya menyebutnya dengan panggilan sooya.

Setelah mengambil obat, jisoo akhirnya datang menjenguk sooya bersama dengan taehyung. Kondisinya masih lemah terlihat sooya berbaring dengan alat rumah sakit menempel pada tubuhnya. Dokter bilang, kesempatan sooya untuk bertahan hanya tipis karna kanker sudah mengerogoti seluruh tubuhnya.

Rambutnya pun sudah banyak yang rontok, bukan hal aneh untuk penyakit penderita kanker.

"Sooya, taehyung datang untuk menjenguk. Maaf, karna tidak membawa buah tangan. Dia sendiri yang ingin datang menjenguk mu."

Jisoo mengenggam jemari sooya dengan lembut, mencium nya sesekali karna perasaan sesak mulai terasa ketika melihat kondisi sooya yang sudah lemah. Padahal, teringat dirinya dan sooya sering sekali bertengkar karna masalah sepele. Mulai saat masih sekolah keduanya harus memiliki tas dan sepatu yang sama dan beli di waktu yang bertepatan, jika tidak salah satu nya harus merelakan barang baru mereka di rusak entah itu sooya atau jisoo. Keduanya mempunyai kelakuan yang sama.

Terlihat sooya membuka matanya, jisoo menghapus air mata nya dan tersenyum melihat sooya yang meremas tangan nya.

"Sooya, aku membawa taehyung datang."

"Kalian sudah berbaikan?" Tanya sooya lemah.

Jisoo mengganguk, "Ya, aku sudah berbaikan dengan taehyung. Kau tidak perlu khawatir." Ujar jisoo berbohong agar sooya tidak merasa khawatir pada hubungan keduanya. Padahal, belum ada kata damai dari mulut keduanya.

"Hm, aku bersyukur. Bukankah itu membuat ku merasa lega? Kau sudah menemukan bahagia mu."

Sesekali sooya terpejam dan membuka matanya, cara bicaranya pun sudah lemah sesekali menarik nafas.

Thank You For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang