Selamat Membaca!
.
.
.
.
."Maaf om, tadi Shani nya pergi sebentar sama saya. Sekali lagi saya minta maaf kalau pulangnya agak kemalaman," ucap Evan tidak enak hati.
"Kamu siapanya anak saya?" ucapnya menatap Evan tajam.
"Saya temennya om," ucapnya menunduk. "Kalau gitu saya pamit ya om, nggak enak kalau dilihat tetangga," ucapnya lagi dan menyalami pria itu.
Evan langsung pergi dari rumah itu dan pulang ke rumahnya. Ia bernafas lega, ternyata bokapnya Shani rada galak. Semakin sulit untuk mendekati perempuan itu.
30 menit kemudian...
Evan berjalan memasuki rumah dan duduk di sebelah mamanya. Ia bersandar di pundak mamanya lalu memejamkan matanya.
"Tumben kenapa nih?" tanya Cindy heran.
"Bokapnya Shani rada galak," ucapnya mengadu.
"Galakan mana sama papa Mirza?" tanya Kenzie menimpali.
"Jelas lebih galak papa Mirza dong, pa," jawabnya cepat dan langsung menegakkan tubuhnya, lalu berpikir sejenak.
"Udah tau jawabannya kan?" tanya Kenzie.
"Iya pa, do'ain ya semoga berhasil. Oh ya tadi aku juga udah minta izin sama mama dan papa, tadi mampir sebentar kesana," ucap Evan.
"Bagus dong, gimana tanggapan mereka?" tanya Cindy penasaran.
"Tentunya mereka support sih ma, besok pagi aku mau anterin mama Sisca ke makam. Kalian mau ikut nggak?" ujar Evan.
"Pastinya, mending sekarang kita tidur. Besok setelah ke makam pasti kalian tetap ke kantor kan," ucap Cindy dan diangguki keduanya.
.
.
.
Di sisi lain rumah Shani, ia tengah diinterogasi oleh ayahnya. Keduanya tengah duduk di ruang santai, sembari menunggu sang bunda kembali dari dapur."Kenapa bisa pulang sampai larut, tadi pagi kamu izinnya cari kerja loh Shan," ucap Liam sang ayah.
"Bener kok, cari kerja dan langsung diterima. Terus salahnya dimana?" ucap Shani kebingungan.
"Ya kamu nggak izin kalau pulangnya sampai semalam ini," ucap Liam menghela nafas.
"Gini deh Shani jelasin. Tadi pagi aku pergi ke perusahaan H'RA karena disana sedang mencari sekertaris baru dan yang dicari itu perempuan. Singkat cerita Shani langsung diterima bahkan langsung kerja hari ini. Karena siangnya ada meeting, Shani dan Roland yang mewakili Evan saat itu, karena beliau tengah tertidur. Meeting berjalan dengan lancar dan kita diajak makan siang bersama, Shani terima dan nggak enak kalau nolak, masalahnya itu orang tua dari Evan sendiri yang ngajakin makan..." (Pokoknya gitu lah ya, nanti kepanjangan)
"Kenapa mau mauan diajak ke rumahnya sih?" tanya Liam.
"Ya nggak enak nolaknya lah pa, papa gimana sih," jawab Shani cemberut.
"Ceo perusahaan H'RA itu yang mana sih?" tanya Liam penasaran.
"Lah bukannya tadi papa udah ketemu," balas Shani mengerutkan keningnya, apa papanya tidak melihat cowo yang mengantarnya tadi?
"Kapan? Perasaan gak pernah tuh papa ketemu sama dia," ucap Liam berpikir.
"Yang nganterin Shani pulang tadi, ya itu dia ceo nya," ucap Shani tak habis pikir.
"Hah! Yang bener aja Shan, duh gawat ini," ucapnya kalang kabut. "Kenapa kamu nggak bilang sih tadi, papa baru kirim kontrak kerja sama dengan dia. Nanti kalau ditolak gimana, mana tadi papa kesan pertamanya buruk banget lagi," ucap Liam lagi gelisah.
"Yaudah sii.. Lagian posesif banget, Shani dianterin pulang sama cowo tatapannya pasti kayak tadi, giliran udah gini aja panik huu..."
"Bantuin dong Shan," ucap Liam memohon.
"Ga mauu, usaha sendiri lah," ucapnya lalu beranjak pergi ke kamar.
"Kalian ribut mulu kerjaannya, kali ini apa lagi?" tanya Melody mendekat ke arah suaminya sembari membawa segelas kopi.
"Shani pulang dianterin sama cowo, ternyata cowo itu ceo perusahaan H'RA. Aku bingung kalau kontrak kerjasama ditolak gimana? Perusahaan kita perlu suntikan dana, biar nggak gulung tikar," keluhnya pada sang istri.
"Makanya jangan terlalu posesif, kalau anakmu itu dianterin ama cowo ya biasa aja lihatinnya, terus sekarang gimana coba?" tanya Melody menghela nafas.
"Bantuin bujuk Shani ya, buat ngomong sama bosnya," ucap Liam memohon.
"Ya nanti aku bantu," balas Melody.
Melody pergi ke atas menuju kamar putri semata wayangnya. Mengetuknya perlahan, setelah mendapat sahutan dari dalam barulah ia masuk.
"Sayang, kamu lagi ngapain?" tanya Melody duduk di tepi kasur.
"Lagi ngerjain tugas kantor, ini dikit lagi selesai. Bunda mau ngapain nyamperin Shani ke kamar?" tanyanya lantas menoleh pada sang bunda dan kembali fokus pada pekerjaannya.
"Kamu selesaiin dulu aja, bunda tungguin," ucap Melody memperhatikan anaknya.
"Shani udah selesai, bunda mau ngomong apa?" ujarnya membereskan berkas-berkas kantor.
"Kamu beneran udah dapet kerja?" tanya Melody ingin berbasa-basi, namun udah ketebak oleh putrinya.
"Oh Shani paham, bunda mau ikutan bujuk gitu biar bantuin ayah?" ucapnya lalu duduk disamping bundanya.
"Kamu udah tau kan niat bunda apa. Tolongin ayah kamu, kasihan para karyawan belum digaji, sementara perusahaan sedang dilanda masalah," ucap Melody membujuk anaknya.
Shani menghela nafas sejenak. "Yaudah nanti aku bantu bilang ke Evan, semoga dia mau ya bun."
"Bun.."
"Iya kenapa? Kamu lagi ada masalah?" tanya Melody, melihat putrinya terdiam membuatnya bingung.
"Aku bingung, dia mau nikahin aku bun"
"Dia siapa?" tanya Melody bingung. Pasalnya putrinya sedang tidak dekat dengan siapapun, tiba-tiba diajakin nikah. Kan jadi shik shak shok...
"Bos aku, gimana dong? Shani nggak mau.."
"Bentar deh, kalian kan baru ketemu hari ini kok udah mau diajakin nikah aja. Kalian nggak habis ngelakuin sesuatu kan?"
"Ya enggak lah bun, bunda mikirnya kejauhan banget," ucap Shani cemberut. "Kita nggak sengaja ketemu di minimarket dan dia nolongin aku waktu gak bawa dompet. Disitulah awal mula kita ketemu."
"Kalau orangnya baik, ya kenapa gak coba kamu terima aja," ucap Melody menatap mata putrinya.
"Masalahnya tuh dia mau punya istri banyak bun, mana duda lagii," kesalnya.
"Tunggu duda? Jangan bilang yang istrinya pemilik perusahaan terbesar di Filipina itu," ucap Melody heboh. "Padahal di media masa terlihat baik-baik aja dan harmonis, kok jadi duda?"
"Bunda kenal sama mereka? Kok kayak heboh banget bahas mereka?" tanya Shani bingung.
"Sempat seliweran di TV atau majalah, sekarang kok jadi duda?" tanya Melody.
"Istrinya meninggal karena sakit," jawab Shani.
"Innalillahi wainnailaihi roji'un"
Melody langsung membekap mulutnya, terkejut. Pantas saja, setelah beberapa bulan pernikahan mereka terekspos, tidak ada lagi berita kelanjutan tentang keduanya. Seakan lenyap begitu saja.
TBC.
Ada yang nyangka nggak kalo mantan istrinya itu Amy?
Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda dan Keempat Istrinya
Teen FictionHafizhan Revan Adelio, seorang duda dengan paras tampan dengan kesuksesan diatas orang tuanya, harus merelakan istrinya pergi bertemu sang Pencipta. Umur pernikahan mereka hanya terhitung beberapa bulan. Sang istri meninggal karena penyakit yang mem...