Selamat Membaca!
.
.
.
.
.Kembali ke kamar...
Evan mendongak, tatapan keduanya bertemu. "Apa boleh?" ucapnya meminta izin.
Shani mengangguk lemah. Evan yang mendapat persetujuan, segera bangkit dan setengah menindih tubuh istrinya. Tangan Shani melingkar sempurna di leher Evan, pertanda ia sudah siap untuk melakukannya.
Evan tersenyum senang, ia memiringkan kepalanya. Namun sebelum bibir keduanya bersentuhan. Shani mendongak keatas dengan mata terpejam serta mulut yang sedikit terbuka.
"Nghh aahhh"
"Yang aku belum mulai loh, kok udah keenakan aja?" ucapnya kebingungan.
"Kamu sadar gak sih, bawah kamu dari tadi neken terus." Evan terkekeh, bahkan ia tidak sadar akan hal itu.
Shani menarik tengkuk leher suaminya agar mendekat lalu bibir itu bertemu. Saling melumat bertukar saliva. Lidah itu saling membelit didalam sana. Tak lama kemudian terlepas karena keduanya kehabisan nafas. Tangan Evan yang nganggur, membuka satu persatu kancing piyama Shani. Kemudian melepas semua pakaian yang mereka pakai dan melemparnya ke sembarang arah.
Matanya menatap berbinar pada saat memandang payudara berisi itu, seakan pas dengan tangannya. Shani sendiri tengah terperanjat saat melihat benda tegak, besar nan panjang itu. Dengan susah payah menelan salivanya sendiri sembari menutupi lubang surgawinya.
"Aku jadi takut, apa itu bakalan muat?" ucap Shani mencoba mundur menghindar.
"Muat sayang, kita coba pelan-pelan ya," ucap Evan menarik kaki istrinya agar mendekat dengan benda panjang itu.
Meski ada rasa takut pada diri Shani karena terus memikirkan itu. Hingga tak sadar bahwa bibirnya kembali dilumat lembut. Ciuman itu berlangsung lama. Puas dengan bibirnya, ia turun menjilat leher jenjang itu. Membuat tanda sebanyak-banyaknya. Tangannya juga mulai meraba dan meremas payudara menggantung yang sedari tadi ia abaikan.
Shani mulai melupakan ketakutannya. Rasa nikmat menjalar pada tubuhnya. Erangan demi erangan memenuhi kamar ini. Suasana menjadi panas, AC yang dingin itu seakan tidak berfungsi.
Mulutnya mengulum bukit kembar itu. Tangannya turun membelai selangkangan yang sudah sangat basah. Jari yang panjang dan kejar itu menusuk lubang surgawinya, membuat Shani bergerak tidak teratur. Badannya meliuk-liuk merasakan gairah yang memuncak. Jari yang bergerak keluar masuk menambah kesan nikmat yang tak dapat dijelaskan.
"Aahhh yang akuhh gak tahan mmhhh"
Shani mendapat orgasme pertamanya. Cairan yang meluber keluar itu, Evan tampung untuk melumasi batang penisnya agar bisa masuk dengan sangat mudah. Shani merasa ada sesuatu besar yang berusaha menerobos masuk ke dalam vaginanya. Evan terus mendorong dan hanya masuk setengahnya saja sampai membuat Shani menjerit kesakitan, barulah ia hentikan.
"Aaakhhhh sayang sa-sakithh hiks hiks.."
Evan yang merasa iba pun tak jadi melanjutkan. Ia menjatuhnya tubuhnya kesamping tanpa melepas penyatuan keduanya. Mendekap tubuh istrinya dan mengusap punggungnya agar tenang.
"Udah ya jangan nangis, kita bisa melakukan itu nanti kalo kamu udah siap. Masih sakit?"
"Iya tapi udah gak kayak tadi"
"Awal-awal memang gitu by, ya karna kamu masih perawan dan aku bersyukur akulah yang mendapatkan itu," ucap Evan sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga istrinya.
"Dan kamu yang ngambil keperjakaan ku," bisiknya.
Mata Shani membulat sempurna, apa ia tidak salah dengar? Evan menyadari keterkejutannya lalu tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/365291119-288-k220760.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda dan Keempat Istrinya
Teen FictionHafizhan Revan Adelio, seorang duda dengan paras tampan dengan kesuksesan diatas orang tuanya, harus merelakan istrinya pergi bertemu sang Pencipta. Umur pernikahan mereka hanya terhitung beberapa bulan. Sang istri meninggal karena penyakit yang mem...