|| 10

824 110 9
                                    

Selamat Membaca!
.
.
.
.
.

Kini rombongan Evan telah tiba di kediaman keluarga Liam. Untuk seserahannya ada berbagai barang mewah yang telah disiapkan dan dimasukkan ke dalam rumah, tentunya oleh orang-orang dari Kenzie.

"Pak Liam dan bu Melody mungkin kalian sudah menerka-nerka akan kedatangan kami sekeluarga. Ada hal yang ingin disampaikan oleh putra saya, ayo Reva sampaikan niat baikmu," ujar Kenzie tersenyum sambil menatap putranya.

"Ekhem.. Om dan tante seperti yang sudah saya sampaikan kemarin malam, saya ingin melamar Shani untuk menjadi istri saya," ucap Evan langsung pada intinya.

"Kamu juga sudah tau jawaban dari kami, sekarang biarkan putri saya yang menjawab. Gimana Shani kamu mau menerima pinangannya?" tanya Liam menatap putrinya.

Shani menghembuskan nafasnya pelan. "Iya, Shani terima yah," balasnya dan tersenyum.

"Alhamdulillah," seru semuanya kompak.

"Oh ya sayang mana cincin tunangannya katanya tadi mau sekalian," ujar Cindy mengingatkan.

"Ah iya hampir lupa"

Evan berdiri dan berlutut di hadapan Shani sembari mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. Memandangi wajah merah calon istrinya lalu membuka kotak tersebut. Sepasang cincin yang sangat cantik. Shani menutup mulutnya dengan tangan, ini terlalu mewah itulah yang dia pikirkan.

"Shan, cincin ini hanya sebagai simbol dan kalau kamu mau yang lebih dari ini, bilang saja nanti akan aku usahakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shan, cincin ini hanya sebagai simbol dan kalau kamu mau yang lebih dari ini, bilang saja nanti akan aku usahakan. Boleh aku menyematkan cincinnya di jari manismu?"

Shani mengangguk. Evan tersenyum lalu meraih tangannya dan memasangkan cincin itu di jari manisnya. Shani juga melakukan sebaliknya. Setelah itu, Evan memandangi wajah Shani dengan senyum yang tak luntur. Ia mengecup singkat punggung tangan Shani dan tangan kanannya terulur untuk membelai lembut pipi Shani. Mereka yang menyaksikan ikut tersenyum bahagia.

"Untuk pernikahannya dilaksanakan besok, nanti akan ada yang menjemput kalian," ujar Kenzie dan itu berhasil membuat Liam dan Melodi terkejut.

"Apa tidak terlalu cepat pak?" tanya Liam.

"Tidak, semuanya sudah saya siapkan. Kalian sekeluarga tinggal datang, masalah biaya tidak perlu dipikirin, sudah ditanggung oleh putra saya," ucap Kenzie menangkap keterkejutan calon besannya.

"Jangan begitulah pak, kami jadi tidak enak," ucap Liam tidak setuju.

"Tidak usah merasa tidak enak pak, dulu kami juga tidak keluar sepeserpun karena putra saya ini tidak mau membebani keluarga perempuan," ucap Mirza menimpali.

"Yang di bilang papa Mirza itu benar om, bukannya kita sudah saling menguntungkan," sahut Evan, kemudian duduk disebelah Shani dengan tangan saling menggenggam.

"Maksudnya?" tanya Melodi bingung.

"Perusahaan kalian kan saling bekerja sama nantinya, itulah yang dimaksud saling menguntungkan," jawab Deva.

Duda dan Keempat IstrinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang