|| 07

1.3K 111 4
                                    

Selamat Membaca!
.
.
.
.
.

Evan mencari mamanya yang ternyata sedang mengobrol dengan manager butik ini.

"Ma, udah selesai pilih bajunya?" tanya Evan tersenyum.

"Udah. Kalian yang kelamaan di dalam mobil. Oh ya, Lyn tolong bawain yang tadi biar mereka coba dulu," ujar Cindy pada Lyn sebagai pemilik butik ini.

Lyn sedang menggantikan sekretarisnya, Eli, karena Eli sedang berhalangan hadir. Jadilah Lyn yang menyambut keluarga Abraham.

"Mama udah pilihin buat kita?"

"Iya sayang, sekarang kalian coba dulu"

Evan dan Shani masuk ke bilik masing-masing untuk mencoba baju yang dipilihkan oleh Cindy.

5 menit kemudian...

Evan keluar lebih dulu dan memperlihatkan baju yang dipakainya kepada mamanya. Cindy melihat putranya pun tersenyum, pilihannya tak pernah salah. Tuxedo navy itu sangat cocok dengan tubuh putranya yang gagah.

Tak berselang lama, Shani keluar dengan gaun navy yang melekat di tubuhnya. Seakan gaun itu dibuat khusus untuknya. Evan yang melihat Shani, matanya tak bisa berkedip. Evan mendekat dan memegang kedua tangannya. Ia terpaku dengan kecantikan perempuan itu.

(Ilustrasi jas dan dress yang dipakai Evan dan Shani) _Pinterest_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ilustrasi jas dan dress yang dipakai Evan dan Shani)
_Pinterest_

"Kamu sangat cantik baby, takkan kubiarkan orang lain memilikimu selain diriku"

Shani hanya bisa tersenyum dengan penuturan Evan. Sepertinya bukan senyum biasa, tapi senyum malu-malu. Baru kali ini Shani dibuat salting oleh seonggok pria yang tak sengaja bertabrakan di minimarket. Dan entah sejak kapan, ia mulai menerima Evan yang hadir di kehidupannya.

Skip malam hari...

Di rumah keluarga Abraham, Evan sedang berpamitan pada keempat orang tuanya.

"Ma pa, Reva berangkat duluan ya. Mau jemput Shani di rumahnya," pamit Evan lalu menyalami mereka.

"Iya hati-hati bawa calon menantu mama," jawab Cindy mengecup singkat kening putranya.

"Siap ibunda ratu," balas Evan sedikit membungkuk hormat.

Mereka terkekeh. Sudah lama rasanya tak melihatnya seantusias ini, apalagi berurusan dengan perempuan.
.
.
.
Evan yang baru sampai dihalaman rumah Shani, segera turun. Sebelum itu ia membawa bingkisan untuk orang tua Shani. Anggap saja, sogokan agar anaknya boleh ia pinjam, hehehe...

Tok tok tok...

Pintu terbuka, keluarlah pria paruh baya yang tak lain ialah bokapnya Shani.

"Malam Om," sapanya tersenyum lalu menyalami punggung tangannya.

"Malam, ini dengan Pak Evan ya, silahkan masuk dulu," balasnya mengajaknya ke dalam rumah.

"Terima kasih Om," sahutnya lalu duduk di sofa. "Maaf Om, kedatangan saya ke sini ingin mengajak Shani untuk menghadiri acara pernikahan kerabat saya. Apa boleh Shaninya saya pinjam sebentar?" ujar Evan dengan sopan.

Duda dan Keempat IstrinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang