Selamat Membaca!
.
.
.
.
.Keesokan harinya, di rumah keluarga Abraham, mereka sedang melaksanakan sarapan bersama. Menikmati hidangan yang selalu menggugah selera makan mereka.
Usai makan, mereka senantiasa menunggu mertuanya untuk datang. Dari rumah Abraham ke pemakaman itu jauh lebih dekat. Jadi, hanya tinggal menunggu sembari ngobrol.
"Rev, nanti pulangnya jangan sore-sore ya, temenin mama ke butik," ucap Cindy.
"Okey, ma. Reva boleh bawa Shani kan?" tanyanya.
"Boleh dong, pasti lagi cari baju buat acara nanti malam," ucap Cindy menebak."Iya, masa Reva nggak datang ke pesta sahabatnya Amy," balasnya.
"Kamu bawa Shani biar ada pasangannya," ujar Kenzie memberi usulan.
"Ya kalau dia mau sih pa," jawab Evan seadanya.
Tok tok tok..
"Itu pasti mereka, ayo langsung kedepan aja," ujar Kenzie dan diangguki anak dan istrinya.
Ceklek..
Saat pintu dibuka dan benar yang datang itu besannya, para orang tua saling berpelukan, melepas rindu. Meskipun mereka jarang bertemu, komunikasi mereka masih tetap lancar. Kesibukan masing-masing membuat pertemuan mereka terbatas.
"Langsung berangkat saja, ini para laki-laki pada mau ke kantor, nanti kesiangan lagi," ujar Cindy.
"Yaudah ayo, oh ya nanti malam pada hadir kan? Berangkat bareng saja gimana?" ucap Sisca.
"Ide bagus tuh. Reva, kamu pakai mobil sendiri ya. Kamu kan mau ajak si itu," ucap Cindy dan menatap putranya.
"Itu siapa? Jangan-jangan perempuan semalam ya Rev," sahut Sisca sambil berjalan ke mobil.
"Hehehe, iya ma. Kalau mau si dianya," balas Evan nyengir.Skip kantor H'RA
Evan yang baru saja sampai di kantor, langsung disuguhkan dengan beberapa tumpukan berkas yang perlu ditanda tangani. Sebelum itu, ia meminta salah satu OB untuk membuatkannya minuman, untuk dirinya dan Shani. Meskipun perempuan itu tidak memintanya, Evan berinisiatif untuk melakukannya. Anggap saja ini sebagai awal permulaan perjuangannya untuk mendapatkan perempuan itu.
Sebuah ketukan terdengar di pintu. Ia segera mempersilahkan orang itu masuk. Ternyata itu OB yang membuatkan pesanannya.
"Silahkan ini kopi bapak, yang satunya buat siapa ya?" tanya OB tersebut.
"Antar ke ruangan Shani," balas Evan menunjuk ruangan sebelah.
"Baik pak, kalau gitu saya permisi," ucap si OB.
Tok tok tok...
"Masuk"
"Permisi bu, ini saya mau mengantar minuman," ujar si OB.
"Minuman, saya tidak minta dibuatkan. Kamu salah orang kali," ucap Shani memperhatikan minuman tersebut.
"Bu Shani memang tidak memesannya, tapi Pak Evan lah yang menyuruh saya," jawab OB itu dan meletakkan segelas minuman di mejanya. "Kalau gitu saya permisi," ucapnya lagi, hanya dibalas anggukan oleh Shani.
"Oh, sudah datang dia. Gua harus ngomong masalah yang kemarin," monolognya dan membawa satu berkas yang masih ia tahan.
Shani keluar dari ruangannya dan menemui Evan yang menghadap ke belakang. Entah apa yang sedang dia lakukan.
"Pak.."
Tidak ada sahutan darinya. Shani mengernyitkan keningnya, bingung. Dengan berani, ia memutar kursinya dan menatap atasannya itu tengah melamun sembari memegang sebuah foto.
"Dia lagi galauin mantan istrinya. Kasihan juga," ucap Shani di dalam hati."Pak Evan," panggilnya menepuk bahu pria yang ada di hadapannya.
"Eh Shan, sejak kapan kamu berdiri disini?" tanyanya setelah sadar dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda dan Keempat Istrinya
Fiksi RemajaHafizhan Revan Adelio, seorang duda dengan paras tampan dengan kesuksesan diatas orang tuanya, harus merelakan istrinya pergi bertemu sang Pencipta. Umur pernikahan mereka hanya terhitung beberapa bulan. Sang istri meninggal karena penyakit yang mem...