Dendam Kelompok Siswa Berkuasa

3 2 0
                                    

HAPPY READING

NOVEL INI DIBUAT KARNA KEGABUTAN SEMATA, HARAP DIMAKLUMI ADA TYPO ATAUPUN KESALAHAN MENULIS LAINNYA

"Kekuasaan yang goyah sering kali memicu tindakan yang lebih kejam, namun kebenaran selalu teguh."

*
*
*

Bab 20: Dendam Kelompok Siswa Berkuasa

Esok harinya, suasana di sekolah terasa lebih dingin dan tegang. Seolah-olah seluruh sekolah sedang menunggu sesuatu terjadi, dan Rayhan bisa merasakan itu. Kabar tentang konfrontasinya dengan Ardi semakin menyebar, dan siswa-siswa di sekolah mulai terbagi menjadi dua kubu: mereka yang mendukung Ardi dan yang mendukung Rayhan. Meskipun Rayhan tidak pernah bermaksud memecah belah sekolah, kenyataannya situasi itu kini terjadi di luar kendalinya.

Saat Rayhan memasuki kelas, Nadia langsung mendekatinya. Wajahnya penuh kekhawatiran. "Ray, aku dengar sesuatu lagi," katanya pelan namun penuh tekanan.

Rayhan berhenti, merasakan bahwa berita kali ini akan lebih buruk dari sebelumnya. "Apa lagi yang terjadi, Nad?"

Nadia menelan ludah, menatap mata Rayhan dengan serius. "Ardi dan kelompoknya tidak akan menyerah. Mereka merencanakan sesuatu yang lebih besar—mungkin perkelahian terakhir, di luar sekolah."

Rayhan menarik napas panjang, menenangkan dirinya. Ia sudah tahu bahwa ini akan datang, tapi mendengarnya dari Nadia membuat situasinya terasa lebih nyata. "Apa kamu tahu kapan dan di mana?"

Nadia mengangguk pelan. "Aku dengar dari beberapa anak kalau mereka akan menunggu kamu di taman belakang sekolah, setelah jam pulang. Faisal bilang ini akan jadi 'penyelesaian terakhir'."

Rayhan terdiam sejenak, merasakan ketegangan di dadanya semakin mengeras. "Mereka benar-benar ingin ini selesai dengan kekerasan."

Nadia menggenggam tangan Rayhan dengan lembut, suaranya penuh harap. "Ray, kamu nggak perlu melakukan ini. Kita bisa bicara pada guru, atau mungkin cari cara lain."

Rayhan menatap Nadia dalam-dalam, mencoba menenangkan kekhawatiran yang tampak jelas di matanya. "Aku tahu kamu khawatir, Nad. Tapi aku nggak bisa lari selamanya. Mereka nggak akan berhenti sampai mereka merasa sudah menang. Ini satu-satunya cara."

Nadia menunduk, masih tampak ragu. "Tapi, Ray... Kalau kamu menghadapi mereka sendirian, apa yang akan terjadi? Kamu bisa terluka."

Rayhan tersenyum tipis, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka. "Aku sudah memikirkan semuanya, Nad. Aku nggak akan cari masalah, tapi kalau mereka memaksaku... aku harus siap."

Setelah mendengar itu, Nadia hanya bisa mengangguk, meski rasa khawatir di matanya tak berkurang. "Janji, Ray. Jangan hadapi mereka sendirian."

Rayhan menepuk pundaknya lembut. "Aku janji. Kita akan hadapi ini bersama."

***

Sepanjang hari, Rayhan tidak bisa fokus pada pelajaran. Pikiran tentang pertemuan dengan Ardi dan kelompoknya terus mengganggu pikirannya. Dia tahu bahwa ini adalah akhir dari konflik panjang mereka, tapi dia tidak yakin apakah akhirnya akan seperti yang dia harapkan.

Setelah bel pulang berbunyi, Rayhan berjalan keluar dari kelas dengan perasaan berat. Nadia dan Beni sudah menunggunya di gerbang sekolah, wajah mereka penuh dengan kecemasan. "Kamu yakin mau melakukan ini, Ray?" tanya Beni dengan nada yang sedikit gemetar.

Rayhan mengangguk, meskipun perasaan tegang masih menyelimuti hatinya. "Aku nggak punya pilihan, Ben. Ini harus diselesaikan."

Nadia menatap Rayhan dengan tatapan tajam. "Kita akan ikut. Kita nggak bisa biarkan kamu menghadapi mereka sendiri."

Dua Wajah Reyhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang