HAPPY READING
NOVEL INI DIBUAT KARNA KEGABUTAN SEMATA, HARAP DIMAKLUMI ADA TYPO ATAUPUN KESALAHAN MENULIS LAINNYA
"Hormatilah bukan karena kekuatan, tapi karena keberanian untuk menolak kekerasan."
*
*
*Bab 19: Perubahan Sikap Siswa Lain
Pagi di sekolah terasa lebih sepi dari biasanya, meskipun siswa-siswa berjalan mondar-mandir dengan ritme yang biasa. Rayhan memasuki gerbang dengan pikiran yang dipenuhi kekhawatiran akan apa yang direncanakan Ardi. Setelah informasi yang disampaikan oleh Beni dan Nadia tentang "aksi terakhir" yang akan dilakukan oleh Ardi, Rayhan tahu bahwa konfrontasi besar sudah semakin dekat.
Ketika Rayhan memasuki kelas, ia merasakan tatapan siswa-siswa lain tertuju padanya. Bukan lagi tatapan penuh rasa hina seperti dulu, melainkan rasa hormat yang aneh, disertai sedikit ketakutan. Bisikan-bisikan terdengar di antara mereka, seolah-olah Rayhan kini menjadi pusat perhatian tanpa pernah menginginkannya.
Nadia dan Beni sudah duduk di meja mereka ketika Rayhan tiba. Nadia langsung menatapnya dengan ekspresi serius. "Ada yang berbeda pagi ini, Ray," katanya sambil menyandarkan dagu di tangannya. "Semua orang memperhatikan kamu."
Rayhan mengangguk pelan, menyadari hal yang sama. "Mungkin ini karena pertarungan kemarin," jawabnya sambil meletakkan tasnya di kursi.
Beni, yang biasanya gelisah, kali ini tampak lebih tenang. "Aku dengar beberapa anak bilang mereka mulai takut sama kamu. Setelah kamu ngalahin Faisal dan dua siswa luar itu, orang-orang jadi mikir kalau kamu...," Beni ragu sejenak sebelum melanjutkan, "kalau kamu orang yang kuat."
Rayhan tersenyum tipis, meski ada rasa tidak nyaman di hatinya. "Aku nggak mau mereka takut sama aku, Ben. Aku hanya ingin hidup damai di sekolah ini tanpa harus terlibat dalam masalah."
Nadia menatap Rayhan dengan penuh simpati. "Tapi sekarang semua sudah berubah, Ray. Kamu sudah dilihat berbeda. Bukan lagi sebagai 'kutu buku culun', tapi seseorang yang bisa melawan."
Rayhan menarik napas panjang, menatap ke arah luar jendela kelas. "Mungkin begitu. Tapi aku tetap nggak suka menjadi pusat perhatian seperti ini."
Nadia mengangguk setuju. "Aku paham, Ray. Tapi kamu harus terima bahwa sekarang semua mata tertuju padamu. Kalau kamu jatuh, mereka semua akan melihat."
Rayhan tahu bahwa Nadia benar. Sejak pertarungannya dengan Faisal dan kelompok Ardi, posisinya di sekolah telah berubah. Meski dia tidak pernah menginginkan ini, siswa-siswa lain kini melihatnya sebagai seseorang yang berbahaya—seseorang yang bisa melawan kekuatan yang selama ini mendominasi mereka. Namun, di balik rasa hormat yang baru ditemukan itu, Rayhan juga merasakan isolasi yang semakin mendalam.
***
Di jam istirahat, Rayhan berjalan menuju kantin dengan Nadia dan Beni. Kali ini, suasana di sekitar mereka terasa lebih tenang, meskipun masih ada beberapa tatapan aneh yang tertuju pada Rayhan. Beberapa siswa terlihat berbisik-bisik saat mereka lewat, dan bahkan ada yang menghindari tatapan langsung dengan Rayhan.
"Aku nggak suka ini," gumam Beni pelan sambil melirik ke arah beberapa siswa yang jelas-jelas sedang membicarakan mereka.
Rayhan tidak menanggapi, hanya menatap lurus ke depan, berusaha tidak mempedulikan bisikan-bisikan itu. Namun, ketika mereka memasuki kantin, hal yang tidak ia duga terjadi.
Salah satu siswa dari kelas lain, seorang anak laki-laki berpostur kecil bernama Doni, tiba-tiba menghampiri Rayhan. Wajahnya penuh kecemasan, dan dia terlihat ragu untuk berbicara. "Rayhan...," ucapnya dengan suara rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Wajah Reyhan
Ficção AdolescenteRayhan Devano Alvarendra, seorang siswa pindahan yang pendiam dan kutu buku, terjebak di sekolah baru yang dikuasai oleh kekuatan fisik dan status sosial. Di balik penampilannya yang culun, Rayhan sebenarnya adalah seorang atlet Muay Thai nasional y...