SW| 01

82 26 9
                                    





بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sebelum mulai sholawat dulu Yup

Sebagaimana pada sabda Nabi Muhammad SAW:

"Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah
orang yang paling banyak bershalawat kepadaku."
(HR. Tirmidzi)
_______




Gadis berhijab putih dengan seragam putih abu-abu berlari kecil, tampak terburu-buru menuju rumah pohon yang sudah lama menjadi tempat pelariannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Gadis berhijab putih dengan seragam putih abu-abu berlari kecil, tampak terburu-buru menuju rumah pohon yang sudah lama menjadi tempat pelariannya. Yasinta mempercepat langkahnya, menaiki anak tangga dengan penuh semangat dan sedikit terengah-engah.

Setiap sore, setelah pulang dari sekolah, Yasinta selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah pohon ini—sebuah tempat istimewa di mana dia merasa nyaman dan damai. "Kalau mereka berdua ada di sini, pasti bakal seru. Jadi kangen masa-masa itu," gumam Yasinta sambil mencari posisi nyaman di sudut rumah pohon yang sudah akrab baginya.

Rasa nyaman dan aman ketika berada di sini membuat Yasinta seringkali enggan pulang ke rumah. Sambil mencopot surat-surat yang sudah menempel di dinding, ia berkata, "Surat yang gue tulis, kayaknya udah makin numpuk. Udah kotor juga. Nanti deh gue kesini lagi buat beresin sekaligus cat ulang."

Matahari mulai tenggelam, memancarkan warna merah ke langit. Yasinta menghela napas panjang, enggan meninggalkan tempat yang memberinya ketenangan. Seperti biasa, ia menulis surat dengan harapan dan perasaan mendalam sebelum mencopot surat yang sudah luntur terkena hujan. "Harapan gue masih sama seperti dulu, nunggu lo balik," tulisnya.

Tiba-tiba, nada dering teleponnya memecah keheningan. Yasinta segera mengangkat telepon dengan hati yang berdebar.

"Mas Ziyad tumben!!"ujarnya lalu ia segera mengangkat telpon tersebut.

Mas Ziyad;
"De, kamu di mana?" suara panik terdengar dari telepon.

Yasinta;
"Kenapa, ada apa?" Yasinta bertanya, mulai merasa khawatir.

Mas Ziyad;
"CEPAT PULANG! ABI DIBAWA KE RUMAH SAKIT!"

Yasinta;
"ASTAGHFIRULLAH!" teriak Yasinta, hampir tidak percaya dengan berita yang baru saja diterimanya.

Tin...tin..

Tanpa berpikir panjang, Yasinta bergegas turun dari rumah pohon, berlari dengan pikiran yang kacau dan hati yang gelisah. Di tengah perjalanan, kakinya terpeleset dahan pohon besar yang sudah tumbang, membuat lututnya berdarah. Namun, dia tetap bangkit dan terus berlari tanpa menghiraukan rasa sakitnya.

"Abi harus sehat lagi," bisiknya dengan penuh harapan, meskipun air mata mulai membasahi wajahnya.

Sesampainya di rumah, Yasinta merasa suasana sepi dan tegang. "Assalamualaikum," lirihnya saat membuka pintu.

"Waalaikumsalam," jawab seorang wanita paruh baya yang langsung memeluk Yasinta. "Neng Tata, sing kuat ya. Doain Abi semoga bisa sehat kembali," ucapnya dengan penuh empati. Yasinta terisak dalam pelukannya, merasakan dukungan dan cinta.

"Tadi Mas sudah bibi kabarin dan beliau hari ini akan pulang."

"Tata mau lihat Abi," kata Yasinta, masih terisak, dengan rasa cemas.

"Tata mau ketemu Abi," lanjutnya dengan penuh kekhawatiran, berharap segala sesuatu akan baik-baik saja.





Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap chapter ya bebs.
Votenya jangan pelit ya, gratis kok tidak berbayar.
Biar aku semangat buat nulisnya.

SEWINDU | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang