SW | 08

18 2 0
                                    




بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sebelum mulai sholawat dulu Yup

Sebagaimana pada sabda Nabi Muhammad SAW:

"Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah
orang yang paling banyak bershalawat kepadaku."
(HR. Tirmidzi)
_______


Dari kejauhan, Luna melangkah dengan santai ke arah Yasinta yang sedang sibuk merapikan peralatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












Dari kejauhan, Luna melangkah dengan santai ke arah Yasinta yang sedang sibuk merapikan peralatan. Sorot mata Luna tampak penuh kemenangan, dan senyum di bibirnya seolah menandakan sesuatu yang lebih dari sekadar kebahagiaan biasa.

"Girl, akhirnya lo menang! Gila, nominalnya gede, sih?" ujar Luna penuh antusias, suaranya riang namun ada nada licik yang tersirat.

Yasinta menoleh sekilas, tersenyum tipis namun tak terlalu menanggapi. "Thanks," jawabnya singkat, lebih fokus pada alat-alat di depannya.

"Eh, minum dulu deh, lo pasti capek banget, kan?" Luna menyodorkan sebuah gelas yang tampak berembun, dingin seolah baru diambil dari kulkas.

Yasinta meliriknya sekilas, lalu tanpa banyak berpikir mengambil gelas itu. "Thanks," katanya lagi, sambil meneguk minuman tersebut.

Namun tiba-tiba, terdengar langkah kaki yang berat dan tergesa. Bima muncul dari arah belakang dengan napas terengah-engah, langsung merampas gelas dari tangan Yasinta dan melemparnya ke lantai. Suara pecahan kaca terdengar nyaring, mengundang perhatian semua orang di sekitar.

"Apaan sih, Bim?! Lo gila?!" Yasinta tersentak, matanya melebar antara kaget dan marah.

"Lo minum apa, Yasinta?" suara Bima keras dan penuh amarah, tapi di balik itu terlihat jelas rasa khawatir yang besar. Matanya yang biasanya tenang sekarang penuh dengan kecurigaan, menatap Yasinta lekat-lekat.

"Hah?!" Yasinta tampak bingung, otaknya seolah lambat merespon. Suasana mulai terasa semakin tegang, orang-orang yang tadi hanya sekilas melihat kini mulai berkumpul, memperhatikan dari jauh dengan tatapan penasaran.

Yasinta berdiri mematung, matanya tertuju pada pecahan gelas di tanah. Di dalam dirinya, amarah dan kebingungan bercampur aduk. Bima di sebelahnya tampak tegang, rahangnya mengatup, sementara Luna hanya menyeringai kecil, terlihat tidak terpengaruh oleh apa yang terjadi.

"Lo minum apaan, Yasinta?" tanya Bima lagi, kali ini dengan suara yang sedikit lebih tenang, namun masih penuh tekanan. Pandangannya berpindah dari Yasinta ke Luna yang hanya menyeringai, seolah menikmati pertunjukan ini.

"Gue... gue gak tau, gue dikasih Luna," jawab Yasinta, suaranya mulai gemetar. Tiba-tiba, ia merasakan denyutan hebat di kepalanya, seolah ada palu yang memukul dari dalam. "Pusing banget, nih," lanjutnya sambil memijat pelipisnya.

SEWINDU | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang