Yibo mendapatkan makan siangnya, Jim sangat perhatian menuangkan minuman dan merapikan beberapa buku pelajaran yang jatuh, mendapat kesempatan Yibo mengambil tongkat bisbol dan memukul tepat di belakang kepala hingga Jim jatuh tak sadarkan diri.
Yibo merapikan beberapa potong baju memasukkannya ke tas, dengan tergesa-gesa tanpa perhitungan dia berlari, melewati kamar Zhan yang sontak Zhan sadari, perbincangan menyedihkan membuat kehebohan saat Zhan bangkit sempoyongan untuk mengejar Yibo, Yibo menjadi panik dan berlari berantakan, kenyataan menyedihkan tak dapat dia pungkiri, ini apartemen Zhan, pintu utama terkunci.
Zhan melihat Yibo dengan tatapan kecewa dan marah, "Lari kemana?!"
Yibo mencoba knop pintu berkali-kali hingga dia menangis ketakutan, sedangkan Zhan berdiri dengan wajah pucat melihat usaha Yibo yang begitu gigih untuk pergi.
Zhan melihat raut ketakutan dan wajah menangis itu, dia tidak suka, sangat tidak suka namun tangisan itu tertuju padanya, tangisan dimana takut ketika melihat kehadirannya. Zhan mengira cintanya selama ini sudah cukup baik hingga membuat Yibo mau tinggal bersamanya.
"Kembali ke kamar!"perintah Zhan, namun Yibo menggeleng berusaha mendobrak pintu hingga tangannya terluka yang membuat Zhan menghampirinya langsung membuat Yibo meringsut ketakutan."Tanganmu terluka, ayo akan aku obati."ucap Zhan, wajahnya datar tak memiliki ekspresi seolah tak memiliki emosi apa pun. Walau perintahnya lembut, namun Zhan memilih menyeret Yibo dan memaksanya duduk dengan baik. Zhan membuka lemari di dekat ruang tamu, peralatannya banyak jatuh karna sakit kepalanya.
"Uhuk!!" Zhan memegang dinding untuk menjaga kesadarannya.Harapan terakhirnya hanya Yibo, dia tidak memiliki alasan lain lagi jika bukan karna Yibo yang menurutnya sangat membutuhkannya.
Zhan membersihkan luka goresan dari gagang pintu dengan telaten, matanya menjatuhkan air, sebuah emosi yang dipendam hampir meledak dia tidak bisa mengeluarkan, dia tidak mengerti bagaimana mengungkapkan sebuah emosi sedih dan rasa takut kehilangannya.
"Tahan sebentar."Yibo berusaha terus menerus agar Zhan tidak terlalu menyentuh tangannya, Zhan yang geram memakai sarung tangan dengan gemetar.
"Ingin makan siang apa?"tanyanya.Merasa tak ada jawaban, Zhan memilih menawarkan favorit Yibo, "Bagaimana dengan soup tofu? Soup tofu dengan rumput laut? aku rasa masih ada sisa sebungkus udang di freezer."
Yibo tak menjawab apa pun, dia hanya berpikir untuk pergi dari pria menyedihkan ini, awalnya dia merasa santai saja dan hidup dengan harta milik Zhan, namun sekarang seharusnya sudah cukup, dia tidak ingin menjadi budak seks pria ini selamanya. Nyatanya memang tak ada cinta yang tumbuh untuk pria gila ini.
"Apa kamu ingin hotpot? aku bisa membuat pedas seperti yang kamu inginkan."
Zhan tertawa kecil, bibirnya sangat pucat tak bisa di pungkiri dia berusaha terlihat baik-baik saja.
Yibo memberontak ketika Zhan mengikat tangannya dengan dasi yang dia tinggalkan di ruang tamu, dia bahkan mengusir ayahnya sendiri untuk pergi, pikirannya sedang kacau dia mual melihat ayahnya sendiri.
Zhan mulai berkutik ke dapur, dia ingin melakukan segalanya walau itu menyakiti dirinya sendiri demi Yibo agar tetap di sampingnya. Tangannya sangat gemetar juga tak mengurangi keinginan agar Yibo bisa makan siang, bahkan ketika Yibo mengumpat untuknya juga Zhan tidak mempermasalahkannya."Dasar pria gila! Keparat Xiao Zhan."
Zhan beberapa kali melenguh sakit dan muntah karena sakit kepala hebat yang menggerogoti kepalanya, lehernya juga panas dan nafasnya tak beraturan.
Ketika Zhan ingin menyuapi Yibo, dengan kasar Yibo meludahinya dan mengumpat kasar yang tak di gubris Zhan.
"Berhenti bicara, makan sedikit dan istirahat, Yibo.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Harga Sebuah Cinta ( Zhanyi Yizhan)
FanfictionPria yang lebih tua memiliki keluarga yang tidak harmonis dengan status dirinya adalah anak hubungan gelap, dia jatuh cinta dengan anak sekolahan yang bahkan hanya mengerti sebuah uang dan pria yang lebih tua rela membayar anak sekolahan itu untuk t...