Chapter 10 - 12

74 10 0
                                    

Chapter 10

Hari-hari berlalu, matahari musim panas terus bergerak melintasi langit, membentuk bayangan yang melukis halaman rumah John, sang pedagang.

Peter semakin cemas karena Alice tidak muncul di hutan belakang rumahnya. Ia mulai khawatir, apakah sesuatu terjadi padanya atau mungkin Alice telah berubah pikiran tentang pertemanan rahasia mereka. Untuk menenangkan hatinya, Peter merancang alasan yang masuk akal untuk berkunjung ke rumah Alice. Ia membuat cerita tentang pembahasan perdagangan potensial dengan John.

Dengan tekad untuk melihat Alice dan memastikan keadaannya baik-baik saja, Peter tiba di rumah John. Sambil berbicara dengan John dan kakak Alice, Henry, Peter menyusun percakapan yang menarik perhatian mereka.

Dengan nada meyakinkan, Peter berkata, "John, aku mendengar ada rumor tentang perluasan perdagangan wol. Aku pikir akan bijaksana untuk membahas prospek ini dan mungkin bekerja sama dalam mendapatkan wol berkualitas darimu."

John, tertarik dengan peluang usaha yang menguntungkan, menjawab, "Ah, wol, komoditas yang sangat dicari. Henry, bagaimana menurutmu tentang kerja sama ini?"

Henry, terjebak dalam percakapan Peter, mengangguk setuju. "Kedengarannya menjanjikan. Jika itu menguntungkan bisnis keluarga, kita harus mempertimbangkannya."

Dengan perhatian mereka teralihkan, dan John serta Henry sibuk berdiskusi tentang potensi kerja sama perdagangan, Peter pun melihat kesempatan untuk menyelinap menjelajahi rumah itu dengan diam-diam. Melangkah dengan hati-hati melalui lorong-lorong dan sudut-sudut tersembunyi, ia mencari tanda keberadaan Alice.

Saat Peter bergerak di dalam rumah, langkah kakinya senyap di atas lantai kayu tua, hingga akhirnya ia menemukan Alice di sudut sebuah kamar. Alice sedang asyik membaca buku di bawah selimut yang hangat. Terkejut, Alice hampir berteriak, tapi Peter dengan cepat menutup mulutnya dengan tangan, dan mata mereka bertemu dalam momen kejutan yang sama-sama dirasakan.

Dengan berbisik, Alice bertanya, "Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"

Peter, sambil melirik sekeliling, menjelaskan rencana tipu muslihatnya dan menyatakan kekhawatirannya dengan tulus. "Aku khawatir sekali tentangmu, Alice. Kau tidak muncul di taman belakangan ini, dan aku takut sesuatu terjadi padamu."

Alice, tersentuh oleh perhatian Peter, tersenyum malu-malu. "Aku menghargai perhatianmu, Peter, tapi seharusnya kau tidak menyelinap ke rumah orang, apalagi kamar seorang perempuan."

Saat Peter hendak menjawab, mata Alice tiba-tiba membesar saat ia melihat pakaiannya yang tergantung di dekat jendela, masih setengah basah. Merah padam, ia berbisik, "Kau harus pergi dulu."

Bingung, Peter bertanya, "Kenapa?"

Dengan campuran keluguan dan humor, Alice menjawab, "Karena aku tidak memakai apa-apa di bawah selimut ini." Sambil menunjuk pakaian setengah keringnya, suasana berubah menjadi canggung namun penuh canda.

Peter, terkejut, tergagap, "Oh, eh, baiklah. Aku akan pergi, tapi janji kau akan kembali ke taman kita secepatnya."

Alice mengangguk. Saat percakapan dengan John dan Henry hampir selesai, Peter merasakan waktu yang tepat untuk pergi. Sebelum pergi, ia menatap Alice sejenak, lalu dengan lembut mencium keningnya—sebuah gestur lembut yang membuat Alice tertegun sejenak.

Mata mereka bertemu, sebuah komunikasi tanpa kata dalam lingkaran emosi yang rumit. Peter kemudian menyelinap pergi dengan hati-hati, meninggalkan Alice yang masih merasakan degup jantungnya di sudut rumah yang tenang itu.

Chapter 11

Saat Peter terlelap dalam tidur, jalanan bermandikan cahaya bulan memanggilnya dalam sebuah odise malam. Kuda khayalannya membawanya melintasi jalan-jalan berbatu yang terbalut cahaya dunia lain.

Under a Dimmed Sun - Bahasa Indonesia [R15]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang