Chapter 43 - 44

73 10 0
                                    

Chapter 43

Alice, yang telah melewati masa-masa berat demam nifas, akhirnya dipersatukan kembali dengan bayinya yang baru lahir, Isabel, di dalam kamarnya. Cateline dan pelayan Nyonya Mohn tetap menjadi pendamping setia dalam momen penuh kelembutan ini.

Dengan insting keibuan yang berkobar, Alice menegaskan keinginannya untuk menggendong Isabel sepanjang malam dan menyusuinya dengan ASI-nya sendiri. Pernyataan ini menentang kebiasaan, karena kalangan aristokrasi sering menyerahkan perawatan bayi mereka kepada ibu susu.

Cateline: "Sungguh melegakan melihatmu pulih, Alice. Dan Isabel kecil akhirnya berada di pelukanmu, tempat yang seharusnya."

Pelayan: "Benar, Selir Alice, ini adalah momen yang menggembirakan. Tapi tentu saja kau akan mempertimbangkan ibu susu untuk merawat Isabel?"

Alice: "Tidak, aku harus menyusui Isabel sendiri. Ini adalah tanggung jawab dan kehormatanku sebagai ibunya."

Cateline, yang mengenali keteguhan hati Alice, mendukung keputusan tak lazim ini. Namun, pelayan Nyonya Mohn menyuarakan ketidaksetujuannya, mengutip pentingnya tradisi dan kemungkinan ketidaksetujuan sang matriark.

Cateline: "Aku rasa tidak ada masalah, Nyonya Mohn pasti mengerti."

Pelayan: "Tapi ini melawan tradisi keluarga Mohn! Ibu susu seharusnya merawat bayi, bukan ibunya."

Alice: "Aku ingin terikat dengan putriku. Itu penting bagiku."

Cateline: "Dia benar. Alice seharusnya punya kesempatan untuk merawat Isabel sendiri."

Pelayan Nyonya Mohn: "Tapi bagaimana jika Nyonya Mohn tidak setuju?"

Cateline: "Kita akan menghadapi itu nanti. Untuk saat ini, biarkan Alice menikmati momen ini bersama putrinya."

Alice: "Terima kasih, Cateline. Aku akan menghargai setiap momen bersama Isabel."

Tuan Richaud dari Mohn, ditemani oleh Edward dan Albert, tiba-tiba masuk ke dalam ruangan, membuat Alice dan Albert saling bertukar pandangan yang dipenuhi ketegangan yang tak terucapkan. Upaya Albert untuk menyembunyikan rasa geli membuat Alice bingung.

Pelayan Nyonya Mohn memberi hormat kepada para pria, membuat Alice mengikuti gerakan tersebut dengan anggukan sopan: "Tuan."

Tuan Richaud, dengan sikap kebapakan, menyapa Alice: "Tidak perlu bangkit, Elizabeth sayang. Apakah kesehatanmu sudah baik?"

Edward menyela dengan koreksi: "Ayah, namanya Alice."

Tuan Richaud, sejenak bingung, meminta maaf dengan anggun: "Maafkan aku, Alice sayang."

Keheningan menyelimuti ruangan, hanya dipecahkan oleh tawa tertahan yang datang dari Albert.

Tuan Richaud, sambil memperhatikan Alice dan bayinya, berkata dengan nada menenangkan: "Tampaknya ibu dan anak sama-sama sehat. Tidak perlu khawatir, sayang. Ingatlah, kau selalu bisa mencoba lagi untuk mendapatkan seorang putra. Bayi yang sehat, terlepas dari jenis kelaminnya, adalah berkah. Itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali." Tatapannya beralih ke Cateline, yang berusaha menyembunyikan rasa kesalnya.

Tuan Richaud memberi isyarat kepada Cateline, memberikan perintah: "Panggil si gadis berambut merah itu ke kamarku malam ini. Dia bisa berkontribusi pada rumah tangga ini dengan caranya sendiri."

Pelayan Nyonya Mohn mengangguk: "Ya, tuan."

Cateline, mengumpulkan keberaniannya, menyela dengan alasan yang masuk akal: "Tapi, tuan, aku harus merawat Alice dan Isabel. Mereka berdua masih memerlukan perhatianku, terutama karena Alice masih dalam pemulihan."

Under a Dimmed Sun - Bahasa Indonesia [R15]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang