Lima tahun telah berlalu sejak pertemuan singkat Ophelia dengan pria berambut merah yang mengubah hidupnya.
Waktu seolah berjalan lambat di kediaman terpencil tempat Ophelia dikucilkan, namun ia telah belajar untuk menemukan kedamaian dalam rutinitasnya sehari-hari.
Meskipun jauh dari istana, ia tidak sepenuhnya sendirian.
Lima pelayan, termasuk pengasuhnya yang setia, dan seorang koki yang selalu memastikan Ophelia mendapatkan makanan terbaik, masih menemani kesehariannya dengan setia.
Di pagi yang cerah, Ophelia duduk santai di taman pribadinya, menikmati secangkir teh hangat.
Angin pantai yang lembut meniup rambut pirangnya yang bergelombang, seakan menari bersama sepoi-sepoi angin yang datang dari laut.
Mata birunya yang seindah lautan memandang jauh ke arah pantai, tempat di mana ia pernah bertemu dengan Shanks lima tahun yang lalu.
Kenangan tentang pria itu masih melekat erat dalam pikirannya, bagaikan ombak yang terus menerpa karang, tak pernah surut.
Di taman yang damai ini, Ophelia menemukan kenyamanan dalam kesendiriannya, meskipun hatinya masih menyimpan luka dari masa lalu.
Pandangannya terhenti saat melihat siluet kecil di kejauhan. Seorang anak laki-laki berlari mendekatinya, dengan senyum lebar dan semangat yang begitu hidup.
Ophelia tersenyum, mengangkat cangkir tehnya, mengamati anak itu yang kini sudah berada di hadapannya.
Anak itu adalah Cale, putranya yang berusia empat tahun. Cale adalah sosok yang tenang namun ceria, dengan rambut merah yang identik dan mata merah tua yang sama dengan Shanks.
Setiap kali Ophelia menatap Cale, ia seolah melihat bayangan Shanks dalam sosok putranya.
...
Cale adalah anak yang penuh rasa ingin tahu, dan selalu tampak bersemangat meski Ophelia mencoba menyembunyikan kisah masa lalu yang menyakitkan.
“Lihat, Ibu, aku menemukan kerang besar!” seru Cale dengan suara riangnya sambil menunjukkan kerang besar berwarna putih mutiara di tangannya.
Ophelia tersenyum lembut, menunduk untuk menyamakan tinggi dengan putranya.
“Itu indah sekali, Cale. Kau selalu pandai menemukan harta karun di pantai.”
Cale tertawa riang dan duduk di sebelah Ophelia, meletakkan kerang di pangkuannya.
Ia menatap ibunya dengan tatapan penuh harap.
“Ibu, kapan kita bisa berlayar melihat lautan yang besar?” Ophelia merasakan ketegangan dalam dadanya.
Cale seringkali bertanya tentang berlayar, sesuatu yang selalu menjadi bagian dari impian masa kecilnya.
Namun, Ophelia tidak pernah berjanji untuk pergi berlayar, sebaliknya, ia menunggu dengan penuh keyakinan bahwa Shanks suatu hari akan kembali.
“Untuk saat ini, mari kita nikmati hari kita di sini,” jawab Ophelia sambil menyentuh kepala anaknya dengan lembut.
“Aku punya firasat bahwa suatu hari nanti, kita akan mendapatkan kesempatan itu.”
Cale mengangguk dengan penuh keyakinan, tampak puas dengan jawaban ibunya.
Ia berbaring di rerumputan, menatap langit biru yang luas. “Aku ingin melihat bintang laut lagi malam ini,” katanya, mengingatkan Ophelia pada kenangan-kenangan manis yang mereka habiskan bersama, hanya berdua.
Ophelia menatap putranya, dan hatinya dipenuhi oleh perasaan campur aduk antara cinta, kehilangan, dan harapan.
Cale adalah pengingat yang hidup akan kisah cintanya dengan Shanks—kisah yang mungkin belum selesai.
Dalam hatinya, Ophelia percaya bahwa Shanks akan kembali suatu hari nanti, dan ia harus siap menghadapi apa pun yang datang.
Di bawah sinar matahari yang hangat, Ophelia dan Cale menikmati kebersamaan mereka.
Ophelia menyadari bahwa meskipun ia masih terkurung di tempat yang sama, kehidupan terus berjalan.
Dengan Cale di sisinya, Ophelia menemukan kekuatan baru untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.
Ia tidak perlu membuat janji untuk berlayar, tetapi keyakinan dalam hatinya membuatnya terus berharap.
Di kejauhan, ombak laut terus bergulung, seakan memanggil Ophelia untuk kembali ke petualangan yang belum selesai.
Dan meskipun ia masih menunggu, Ophelia tahu bahwa suatu hari nanti, baik ia maupun Cale akan menemukan jawaban yang selama ini mereka cari.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanks x Princess Reader
FanfictionDi suatu perairan luas Grand Line, terdapat sebuah kekaisaran di pulau yang besar. Di sebelah pantai utara, tinggal lah seorang Putri Pertama bernama Ophelia. Dia dikucilkan karena keluarga nya menganggap dia sebagai Putri jahat kepada adik angkatny...