Ophelia melangkah keluar dari kamar bersama Cale, dan langsung disambut oleh pemandangan di dek.
Shanks, dengan semangat tinggi, sedang menguji lengan kirinya yang baru saja pulih. Dia berlatih dengan beberapa kru, melempar pukulan cepat dan kuat.
Setiap kali lengan kirinya bergerak, terlihat bahwa dia sedang mencoba merasakan kekuatan barunya.
Ophelia menghela napas panjang sambil menggelengkan kepalanya.
“Dia benar-benar keras kepala,” gumamnya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.
Cale, yang berdiri di sampingnya, menatap ayahnya dengan kagum.
“Ayah memang hebat,” katanya penuh semangat.
Ophelia tersenyum tipis, meski ada sedikit keprihatinan di wajahnya.
“Lengan kirinya baru saja pulih, dan bukannya istirahat, dia malah langsung berlatih seperti ini,” keluhnya sambil terus memperhatikan Shanks yang tampak penuh semangat.
Dari kejauhan, Benn memperhatikan Ophelia dan Cale yang keluar dari kamar. Dia berjalan mendekat dan bergabung dengan mereka.
“Dia memang tidak bisa diam, kan? Lengan baru atau tidak, Shanks tetap Shanks,” kata Benn sambil tersenyum simpul.
Ophelia mendesah lagi, kali ini lebih dalam.
“Aku seharusnya tahu dia tidak akan mendengarkan jika aku menyuruhnya istirahat lebih lama,” balas Ophelia, matanya masih tertuju pada Shanks yang tertawa saat mengayunkan lengan kirinya dengan percaya diri.
“Ayahmu memang keras kepala, Cale,” tambah Benn sambil menepuk kepala Cale dengan lembut.
Cale hanya tertawa kecil, setuju dengan pernyataan itu. Tak lama, Shanks memperhatikan bahwa Ophelia sedang melihatnya dari kejauhan.
Dengan senyum lebar, dia melambai kepada Ophelia, seakan menantang.
“Lihat, Ophelia! Lengan ini sudah seperti baru! Kau memang hebat!” Ophelia hanya mengangkat alisnya, lalu melipat tangan di depan dada.
“Aku tidak tahu apakah aku harus senang atau kesal melihatmu tidak memedulikan kondisimu sendiri,” jawabnya dengan nada bercanda, namun tetap ada sedikit nada khawatir dalam suaranya.
Shanks hanya tertawa, seperti biasa, membuat suasana di dek terasa lebih ringan.
“Jangan khawatir, aku merasa lebih kuat dari sebelumnya. Lagipula, aku punya dirimu untuk menjagaku, kan?” katanya dengan nada menggoda.
Ophelia hanya menggelengkan kepalanya lagi, namun kali ini dia tersenyum lebih lebar dengan aura gelap.
"Pastikan saja kau tidak merusak lengan barumu sebelum benar-benar sembuh, Shanks."
...
Beberapa hari telah berlalu sejak Shanks mendapatkan kembali lengan kirinya, dan kini ia benar-benar pulih sempurna.
Lebih kuat dari sebelumnya, Shanks mampu bertarung dengan intensitas yang lebih besar, membuat para kru kewalahan setiap kali mereka berduel dengannya.
Namun, dampak dari latihan itu juga membuat kru Red Force menjadi lebih tangguh.
Suatu pagi, Shanks memutuskan untuk menguji kekuatan penuh pedang Gryphon dengan haki menggunakan lengan kirinya.
“Mari kita lihat seberapa kuat lengan kiri ini sekarang,” ucap Shanks dengan senyum penuh percaya diri.
Dia mengangkat Gryphon, menyalurkan haki dengan kekuatan penuh ke dalam pedang, dan dengan satu ayunan, kekuatan besar terpancar dari Gryphon.
Secara tak terduga, perairan di sekitar kapal bergetar hebat. Ombak menggulung, dan dek kapal Red Force berderak keras sebelum akhirnya…
*brak!*
Dek kapal pun hancur lebur, kayu-kayu terbelah, namun beruntung kapal itu tidak tenggelam.
Shanks terdiam, memandang kehancuran di depannya dengan mata terbelalak, sementara para kru terpaku menatap kapten mereka.
Ophelia, yang berdiri tidak jauh, hanya memejamkan mata dan menghela napas panjang, seperti sudah menduga hal ini akan terjadi.
Perlahan, ia berjalan mendekati Shanks yang masih tertegun, lalu menjewer telinganya dengan keras.
“Aduh! Ophelia, apa-apaan ini?” seru Shanks, terkejut dengan reaksi Ophelia.
“Kau tahu ini akan terjadi, Shanks! Kau tidak bisa seenaknya menghancurkan kapal hanya karena kau ingin tes kekuatan,” jawab Ophelia yang tersenyum dengan nada kesal, namun ada kekhawatiran dalam suaranya.
Shanks tertawa gugup.
“Aku hanya ingin memastikan lengan kiriku benar-benar pulih!”
Ophelia menjewer lebih keras.
“Tentu saja kuat, karena ada aliran Mana milikku yang mengalir di dalamnya. Tapi bukan berarti kau bisa menghancurkan segalanya!” katanya sambil melepaskan jewerannya.
Sementara itu, Cale duduk di dekat dek yang hancur, mengamati seluruh kejadian dengan wajah datar.
Dalam diam, ia menikmati pemandangan lucu itu, menahan tawa saat melihat ayahnya dijewer oleh ibunya.
Kru Red Force hanya bisa saling bertukar pandang, mencoba menahan tawa mereka saat melihat kapten mereka yang kuat dan karismatik dimarahi oleh Ophelia.
“Aku akan lebih hati-hati lain kali,” janji Shanks sambil memegang telinganya yang sakit, meskipun masih tersenyum lebar.
Ophelia mendesah lagi, “Kau benar-benar merepotkan.”
Shanks, seperti biasa, hanya tertawa riang, dan dengan suasana hati yang lebih ringan, para kru akhirnya tertawa bersama-sama, melupakan sejenak kekacauan yang baru saja terjadi.
...
Shanks mengusap kupingnya yang masih memerah setelah dijewer Ophelia.
Dengan wajah sedikit malu, dia mengumumkan kepada kru, “Tujuan kita berikutnya... Water Seven! Kita perlu memperbaiki Red Force sebelum terjadi kerusakan lebih parah.”
Setelah perjalanan yang panjang dan penuh petualangan, mereka akhirnya melihat tanda-tanda kota Water Seven.
Cale, yang sedang duduk di pinggir dek, tiba-tiba melihat sesuatu yang membuatnya kebingungan.
“Ayah, ada rel kereta di air? Bagaimana bisa?” Shanks tertawa,
“Itu adalah Puffing Tom, kereta lautan pertama di dunia. Hanya ada di Water Seven. Kereta itu melintasi jalur yang menghubungkan kota Water Seven, St. Poplar, San Faldo, Pucci, hingga ke Enies Lobby, pulau pengadilan.”
Mata Cale berbinar saat mendengar cerita Shanks.
“Kereta yang melintasi lautan... Di dunia sebelumnya, kereta hanya ada di daratan.” Cale bergumam dalam hati, kagum pada teknologi di dunia baru ini.
Shanks melanjutkan, “Orang yang menciptakan Puffing Tom adalah Tom, sang pembuat kapal legendaris. Dia juga yang membuat kapal Oro Jackson, kapal yang ayah gunakan saat masih menjadi kru Captain Roger.”
Mendengar itu, mata Cale semakin bersinar. Kisah tentang Oro Jackson dan Raja Bajak Laut selalu memikatnya.
Ophelia tertawa kecil sambil mengusap kepala Cale dengan lembut.
“Aku bisa membuat ruangan yang lebih besar seperti kotak spasial milik Cale kalau kalian mau.”
Mendengar hal itu, seketika suasana dek menjadi ramai.
Kru mulai berceloteh, saling menyela dengan permintaan mereka.
Limejuice bahkan mulai mencatat siapa saja yang ingin ruangannya diperbesar, termasuk dirinya sendiri.
“Aku juga mau ruangan yang lebih luas!” serunya.
Shanks hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat tingkah laku kru yang ribut dengan permintaan masing-masing.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanks x Princess Reader
FanfikceDi suatu perairan luas Grand Line, terdapat sebuah kekaisaran di pulau yang besar. Di sebelah pantai utara, tinggal lah seorang Putri Pertama bernama Ophelia. Dia dikucilkan karena keluarga nya menganggap dia sebagai Putri jahat kepada adik angkatny...