Chapter 19

377 46 2
                                    

Di tengah malam yang sunyi, rencana Shanks akhirnya dimulai.

Dengan penuh kehati-hatian, ia membawa Ophelia, Cale, dan para pelayan menuju pelabuhan.

Di sana, dua kapal telah menanti—satu kapal milik bawahan Shanks dan yang lainnya adalah kapal legendaris Red Force.

Martha, Alden, dan pelayan lainnya berpamitan dengan Ophelia dan Cale, mengucapkan doa terbaik sebelum mereka berlayar lebih dulu.

Ophelia, dengan tudung yang menutupi wajahnya, melambaikan tangan sambil memeluk Cale erat.

Setelah mereka naik ke Red Force, suasana di dek berubah menjadi hangat dan riang.

Para kru menyambut kedatangan Ophelia dan Cale dengan antusias.

Benn Beckman menyapa lebih dulu, "Selamat datang di kapal, Putri Ophelia, Cale."

Lucky Roux menambahkan dengan senyum lebarnya, "Kami sudah lama mendengar tentangmu, Putri. Tapi Cale... dia benar-benar tampan!"

Yasopp yang sejak tadi menatap Cale dengan penuh kekaguman akhirnya bersuara, "Kapten, kau tidak bilang kalau kau bisa membuat anak setampan ini! Apa ini berkat kecantikan Putri Ophelia?"

Shanks hanya menggerutu sambil cemberut, memeluk Ophelia yang tertawa kecil di sampingnya.

"Hei, aku punya gen yang bagus juga, tahu!" ucapnya, mencoba membela diri.

Para kru tertawa. Rockstar berkomentar, "Semoga kebodohan kapten kita tidak menurun ke Cale. Kita butuh kru yang pintar!"

Shanks semakin cemberut, membuat seluruh kru tertawa lebih keras.

"Cukup sudah!" serunya, tetapi malah makin membuat suasana semakin riuh.

Ophelia tersenyum melihat interaksi itu, sementara Cale hanya memiringkan kepalanya dengan imut, bingung dengan semua canda yang beredar di sekitarnya.

"Apa yang mereka maksud, Ayah?" tanya Cale polos.

Shanks mengusap kepala Cale sambil tertawa kecil.

"Tidak apa-apa, mereka hanya bercanda, Nak."

Benn Beckman tersenyum dan berkata, "Kau akan cepat terbiasa dengan ini, Cale. Selamat datang di keluarga Red Force."

...

Ketika Red Force mulai berlayar menjauh dari pelabuhan, suasana di atas kapal terasa penuh ketegangan meskipun wajah para kru tetap tenang.

Yasopp, yang sudah bersiap di posisinya, menunggu aba-aba dari Shanks.

Angin malam yang sejuk menyelimuti kapal, sementara Ophelia dan Cale berdiri di samping Shanks, melihat pemandangan pantai yang semakin jauh.

Shanks memandang Yasopp, lalu dengan suara tenang tapi penuh kewaspadaan, ia berkata, "Sekarang."

Yasopp tanpa ragu menekan tombol detonator yang sudah ia siapkan.

Dalam hitungan detik, sebuah ledakan besar mengguncang kediaman Ophelia.

Ledakan itu sangat kuat hingga getarannya terasa hingga kota dan istana yang berada di kejauhan.

Api berkobar dengan dahsyat, menciptakan pemandangan menakutkan di langit malam.

Benn Beckman menghela napas panjang sambil menyulut rokoknya, "Semoga itu cukup untuk menutupi jejak kita."

Ophelia, yang menyaksikan kediamannya terbakar hebat, merasa campuran emosi antara sedih dan lega.

"Kediamanku…" gumamnya pelan, namun kemudian ia menggenggam tangan Shanks erat, mencari kenyamanan.

Shanks menoleh dan berkata lembut, "Itu perlu dilakukan, Ophelia. Kita tak bisa membiarkan mereka mencurigai apa yang sebenarnya terjadi."

Di kota dan istana, suasana berubah panik. Ledakan besar itu membangunkan semua orang.

Lampu-lampu di seluruh kota dan istana segera menyala, menyoroti langit yang merah membara oleh kobaran api dari pantai utara.

Seorang penjaga istana berlari terburu-buru dan melapor, "Yang Mulia! Ledakan besar terjadi di pantai utara—kediaman Putri Ophelia meledak!"

Kaisar yang sedang duduk dengan Putra Mahkota dan Pangeran Kedua, terkejut dan segera bangkit.

"Apa?! Cepat kirim pasukan untuk memadamkan api!" perintahnya dengan wajah pucat.

Permaisuri menutup mulutnya dengan kedua tangan, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Ophelia..." bisiknya penuh kepanikan.

Di sisi lain, Putri Kedua berdiri di sudut ruangan, wajahnya perlahan berubah menjadi seringai lebar.

Ia tertawa pelan, lalu semakin keras hingga terdengar seperti orang yang kehilangan akal.

"Kihihihuahaha... akhirnya, kediaman sempurna Putri Ophelia itu hancur! Sudah waktunya bagi dunia untuk melihat siapa yang sebenarnya lebih berharga di sini!"

Kaisar dan Permaisuri menoleh ke arah tawa gila Putri Kedua, namun tak ada kata yang bisa keluar dari mulut mereka.

Mereka hanya bisa terdiam, menyaksikan api yang membumbung tinggi di kejauhan, membawa serta kenyataan bahwa putri mereka, Ophelia, mungkin telah hilang untuk selamanya.

To be continued...

Shanks x Princess ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang