part 20

277 2 0
                                    

Dua hari setelah penjebolan keperawanan Putri.

“Ibu-ibu masih mau pulang?” tanya Farhah kepada guru-guru lain yang masih berada di ruang guru.

“Aku laki-laki, Far.” jawab Gw sambil memakan pisang.

“Yeh, orang aku ngomongnya sama ibu-ibu. Bukan kamu.” jawab Farhah meledek.

“Tau nih, Jaka. Mulai kepedean sekarang yeuu.” ledek Muti.

“Kamu belum mau pulang, Mut?” tanya Farhah ke Muti.

“Ini aku mau beres-beres. Mau bareng gak, Far?” tanya Muti.

“Bolehh.” jawabnya.

“Ehh, masih rame yaa.” kata Bu Ros memasuki ruang guru.

“Tumben Bu baru naik.” ucap Muti.

“Bang Sani lagi sakit, jadi gak bisa nganter anak saya tuh. Makanya saya tungguin sampai ortunya jemput.” jelasnya.

“Ayok, Far.” ajak Muti.

“Duluan yaa Bu Lena, Jaka, Bu Nisa, Bu Nia Putri, Bu Ros. Assalamualaikum.” pamit Farhah kepada kami semua dengan menyebutkan nama kami semua.

“Lengkap banget, Far.” timpal Muti.

“Beda banget yaa Muti sama Farhah. Hahaha.” ucap Bu Nia.

“Biarin wleee.” ledek Muti dengan menjulurkan lidahnya.

Kami semua terdiam. Hening.

Bu Ros meninggalkan kami menuju ke pantry, mengecek keadaan smoking room. Lalu dia berjalan menuju tiap-tiap kelas, gudang, musholla dan ruang kepsek.

Setibanya Bu Ros kembali ke ruang guru. Dia mengedipkan mata kepada Bu Lena dan Bu Nisa. Lalu dia duduk di sebuah bangku di depan ruang guru.

Bu Lena meremas-remas kontol Gw dari luar celana. Lalu dibukanya resleting Gw dan dikeluarkannya kontol Gw yang sudah mengeras.

Dengan perlahan dia memasukkan kontol Gw ke dalam mulutnya. Terasa begitu basah dan hangat.

Kepalanya pun naik turun menyepong kontol Gw. Kadang dijilatinya menggunakan lidahnya lalu kembali memasukkan kontol Gw hingga mentok ke tenggorokannya.

Bu Nia yang berada di samping Putri hanya bisa tersenyum. Gw baru paham bahwa ini adalah rencana dari mereka semua. Ketika suasana sepi, mereka berencana membuat sedikit kejutan untuk Putri. Tapi sedari tadi, Putri tak acuh dengan keadaan sekitar dan hanya terpaku dengan buku nilai yang sedang diisinya.

Kini Bu Nisa memainkan perannya. Diraihnya pipi Gw lalu dengan ganasnya dia menciumi bibir Gw. Butuh beberapa saat untuk Gw bisa mengimbangi permainannya. Dan kini, Gw mendapatkan ciuman beserta sepongan secara sekaligus di ruang guru tempat Gw bekerja.

“Put.” panggil Bu Nia.

“Iya, kenapa?” tanya Putri.

“Liat Jaka deh.” ucap Bu Nia.

“ASTAGHFIRULLAH!!” kata Putri yang melotot kaget melihat kami bertiga.

💖Hasrat Di Sekolah💖 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang