part 9

410 5 0
                                    

“Rumah lu yang mana nih?” tanya Gw setelah sampai di wilayah rumahnya yang tadi selama di perjalanan diarahkan oleh Muti.

“Itu, yang halamannya luas.” tunjuknya.

“Widihh. Yang tingkat itu? Yang ada pohon kecapi?” tanya Gw memastikan.

“Iyaa yang itu. Parkir disitu aja.”

Takjub Gw dibuatnya melihat rumah sebesar itu. Dengan halaman luas yang kira-kira muat untuk parkir dua atau tiga mobil.

“Gede amat, Mut.” puji Gw.

“Ya jelas lahh. Kalo dibilang kecil sih kayaknya mata lu yang bermasalah, Jak. Hahaha.”

“Bakal mampir lama sih kayaknya ini.”

“Mampir lama dimana? Rumah Gw?” tanya Muti.

“Iyaa.”

“Selau aja sih gua mah. Asal jangan di rumah gede itu aja.” katanya sambil menyembunyikan tawanya.

“Lah? Emang?”

“Orang rumah gua ada dibelakangnya. HAHAHAHA.” katanya sambil berjalan menuju belakang rumah besar tersebut.

“Yaelah, Mut. Baru aja seneng mau mampir ke rumah gede.”

“Rumah Bu Lena noh gede. Maen aja kesana.”

“Mau si, tapi males kalo sendirian.”

Lalu Muti membuka pintu sambil mengucapkan salam. Mencari apakah ibunya berada di dalam atau tidak.

“Bu? Ibu?.” panggilnya.

“Masuk, Jak.” ajaknya menyuruh Gw masuk ke rumah yang tidak terlalu besar itu.

“Ibu gw lagi enggak ada, mau minum apa?” tanyanya.

“Jus Mangga ya, susunya yang banyak.” ucap Gw bercanda.

“Okee, sebentar ya. Mau ambil panci buat nimpuk lu.”

“Hahahaha. Bercanda, Muuttt. Teh ajaa udah.”

Lalu Muti pergi ke dapur untuk membuatkan teh. Gw hanya duduk diam di ruang tamunya melihat sekeliling rumahnya yang sepertinya kurang terawat dengan baik. Mungkin, karena Muti hanya tinggal berdua dengan ibunya jadi mereka kesulitan bila mengerjakan hal-hal yang berbau pertukangan seperti genteng bocor dan ubin retak.

“Mau pake es gak?” tanyanya sambil membawakan teh manisnya ke Gw.

“Boleh.”

“Tapi udah dibikin yang anget. Jadi gak usah lah ya.”

“Bodo ah, Mut.”

“Hahaha. Bercanda sih, Jak. Biar enggak tegang.”

“Ibu lu mana, Mut?” tanya Gw yang sedari tadi tidak melihat kehadiran ibunya

“Lagi kerja mungkin.”

“Kerja apa kalo boleh tau? Kok ampe jam segini belum pulang.”

“Keluarga Gw tuh kerja di rumah gede di depan itu. Dulu bokap Gw anak buah di kantor yang punya rumah, terus nyokap Gw di tawarin buat jadi baby sitter anak perempuannya yang seumuran Gw.” jelasnya.

“Terus setelah anak perempuannya udah gede, nyokap Gw bantu ibunya ngurusin rumah. Apalagi setelah bokap Gw enggak ada. Nyokap jadi lebih sibuk disana.” lanjutnya.

“Lu deket sama orang-orang di rumah itu?” tanya Gw.

“Deket. Bisa dibilang Gw udah di anggap keluarga. Jadi dulu kenapa nyokap Gw diangkat jadi baby sitter karena kan anak perempuannya seumuran sama Gw. Jadinya sekalian ngurusin Gw sama anaknya gitu.” jelasnya lagi.

💖Hasrat Di Sekolah💖 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang