Mare berhasil dipindahkan ke rumah sakit Maden, tanpa kendala apapun, keadaan Mare juga stabil, Rossa bersyukur Mare kuat, hari ini hari ke-5 Mare, bertepatan dengan operasi yang akan dilakukan Mare, sebelumnya sudah dilakukan rapat darurat untuk membahas hal ini bersama sang dokter, Book dan dokter ini yang akan mengoperasi Mare mereka berharap Mare dapat bertahan sampai operasi selesai. Night menyerahkan semuanya pada dokter, saat ini dia sangat tegar, sangat pasrah dengan Kemungkinan apa yang akan terjadi, sekali lagi dia harus menunggu di depan pintu operasi, kali ini keluarga Night ikut serta menunggu, Rossa tak berkomentar banyak dia hanya diam dengan hati yang terus gusar dia mengkhawatirkan Mare, keinginannya hidup bertambah kuat saat Night meyakinkannya, ditambah teman-teman Mare yang mendukung Mare untuk terus positif, karena hal yang negatif selalu berakibat buruk untuk tubuh.
Di dalam ruang operasi Book sedang membedah kepala Mare, sel kanker benar-benar memenuhi otaknya, ini bukan lagi otak melainkan tumpukan sel hidup yang menggerogoti otak, Book tak bisa mengatakan jika operasi ini berjalan lancar mustahil mengganti otak seseorang walaupun sudah menemukan pendonornya pikir Book, dari awal Book tak yakin jika operasi ini berhasil, namun ia tetap berusaha melakukan apa yang dia bisa. Dokter dari Maden memotong beberapa bagian dari otak Mare, yang menurut nya sudah tak berfungsi lagi, bagian tak terpakai itu dikeluarkan dari kepala Mare, dalam proses ini Mare kehilangan kesadaran, tumbuhnya melemah, tekanan jantungnya turun ke titik terendah, semua panik bahkan perawat sempat keluar untuk mengambil defibrillator, melihat perawat yang keluar dengan lumuran darah, berlari kencang membuat mereka menjadi semakin panik, Night sampai tak bisa diam dan tenang saat melihat Defibrillator melewati nya.
Jantung Mare semakin melemah semakin kecil harapan untuk berjuang, sampai pada akhirnya tanda garis lurus dan bunyi panjang muncul pada monitor holter, tidak ada yang bisa melawan Tuhan, jika Tuhan ingin mengambil Mare maka dia akan mengambilnya, perawatan menggunakan defibrillator dengan joule 120 namun tak ada tanda jantung Mare kembali berdetak padahal sudah tiga kali percobaan, lalu perawatan menaikan pada 200 joule dan masih tak ada hasil, pada akhirnya Book menghentikan perawat dan meminta perawat untuk menyerah, dokter menjahit kembali area yang terbuka pada kepala Maret, perawat melepas satu persatu alat yang berada di tubuh marekoma kini kegiatan mereka telah berhenti saatnya pengumuman kematian.
"Selas 18 September 2024, jam 01:20, pasien dinyatakan meninggal"
Dokter keluar lebih dulu, disambut oleh keluarga Mare dengan juga yang lain, mereka kebingungan karena operasi hanya bersalah satu jam lebih, sedangkan estimasi bisa jadi lima atau delapan jam.
"Dokter ada apa?" tanya Night cepat
"Mohon maaf, kami sudah melakukan sebisa mungkin, tapi pasien tak bisa bertahan, pada pukul 01:20 pasien telah meninggal" jelas Dokter
"APA... HAH... GAK... GAK... gak mungkin" ucap Night tak percaya
"Dokter jangan bercanda, anda bilang, anda bisa menolong anak ku" Rossa menarik baju sang dokter
"Maaf, maafkan kami" ucap Book
"APA GUNANYA DUA DOKTER KALAU TIDAK BISA MENOLONG" amuk Rossa
"Maafkan kami" hanya kata maaf yang bisa Book ucapkan
Ini bukan masalah berapa banyak dokter yang membantu proses operasi, masalahnya ada pada tubuh Mare, tubuhnya tak lagi kuat, ia tak bisa menahan lebih banyak lagi rasa sakit yang di timbulkan oleh penyakit.
"Gak.. Gak mungkin"
"Night tenang sayang" Viola mencoba menenangkan Night
"Mare" panggil Night lirih
"Mare.. Gak mungkin.. Mare.. Heh.. Mare.. "
Perawat membawa tubuh Mare keluar, Mare telah memucat, ia tampak tersenyum, Night terus memanggil nama kekasihnya, ia tak bisa menerima ini, kenyataan ini terlalu tidak bisa ia terima, dia kehilangan Mare selamanya, dia tak akan bisa melihat senyum cantik Mare lagi, dia tak akan bisa menjahilinya lagi, dia akan rindu aroma tubuh Mare.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHTMARE |PERTHCHIMON |END
FanfictionJika aku memiliki masa yang panjang aku ingin kita hidup di cerita yang berbeda, tak perlu bertemu dengan kesalahpahaman, tak perlu berdebat siapa yang duluan memulai perkelahian, tak perlu merasakan sakit, tak perlu membuat alasan untuk tidak berte...