Ibu mana yang tak panik melihat anaknya pingsan tepat di depan matanya, inilah buah dari hasil keegoisan yang dilakukan Rossa selama ini, Tuhan membalasnya dengan cara seperti ini, Rossa pikir dia sudah mengambil keputusan yang benar selama ini, ia terus mengintropeksi dirinya tapi nyatanya tak ada yang berubah, rasa takutnya membuat ia semakin posesif padahal Nanon seringkali mengingatkan Rossa untuk tidak selalu menekan Mare, Mare memang berbeda dari segi kesehatan tapi bukan berarti dia harus diperlakukan dengan cara yang berlebihan, Mare paham dan dia tak menyukai cara mamynya, anehnya Mare tetap melakukan apa yang mamynya mau tanpa mengatakan apa yang dia inginkan
"Mare.. " panggil Rossa, mencoba menyadarkan anaknya
"Kak Mare" ohm
"Mare" Satang sudah merasa tak sanggup jika harus melihat keadaan Mare lebih parah dari ini
Dokter meminta mereka untuk tidak masuk ke ruangan UGD, saat ini upaya penolongan sedang dilakukan oleh tenaga medis, tiba-tiba saja mereka berpikir bagaimana jika masa hidup yang seminggu itu menjadi hari ini, bagaimana jika Mare tidak diberi kesempatan hidup sampai hari ketujuh, pikiran mereka melalang buana, apalagi Rossa dia tak berhenti menyalakan dirinya sendiri ia menangis jadi-jadinya, Nanon memeluk tubuh rapuh Rossa, bagaimanapun dia juga merasa bersalah pada Mare, hanya ini yang bisa dia lakukan untuk memberi Mare kebebasan, siapa bilang Nanon sudah siap kehilangan Mare, dialah yang paling serakah jika mengenai Mare, Ia terus menempatkan orang-orangnya di dekat Mare, memata-matai apa yang Mare lakukan, apa yang Mare sembunyikan, Nanon tahu itu, Nanon tahu selama satu kali seminggu Mare akan ke toko dessert untuk memakan makanan manis yang jelas-jelas dilarang oleh dokter, Nanon juga tahu adiknya itu seringkali bolos pengobatan, awalnya Nanon ingin memarahi Mare tapi saat melihat apa yang dilakukan setelahnya, membuat Nanon tak ingin memarahi adik kecilnya itu, karena adiknya ingin melakukan apa yang dia sukai, lambat laun Nanon sadar ada yang berubah dari dirinya, waktunya yang hampir tak ada untuk sekedar berbicara dengan sang adik, ditambah dia yang overprotektif karena penyakit sang adik, ia berpikir tak ingin menyia-nyiakan waktu lagi, setelah dia tahu Mare berada di stadium akhir, ia berulang kali mengatakan Mare bisa kembali baik, tak ada yang terlambat, tak ada yang pergi itu katanya, tapi hati dan pikirannya mengatakan sebaliknya pikirannya berulang kali menyadarkan dia agar tidak bersikap egois, Mare sejauh ini tak pernah mengatakan keinginannya, kenapa tidak memberikan ia peluang hanya untuk sekedar mengungkapkan apa yang Mare inginkan, bukan berarti menyerah, Nanon tak menyerah ia masih berusaha untuk kesehatan Mare tapi jika Mare lelah ia harus belajar untuk melepaskan Mare, ia tak boleh egois lagi atau Mare tidak akan merasa bahagia.
Nanon saat ini tak bisa menahan rasa sedihnya, air matanya terus mengalir, jika dia ingat masa kecilnya, dia sangat bahagia saat Mare dilahirkan, ia mengatakan jika dia dewasa nanti ialah yang akan melindungi Mare, tapi bukannya melindungi dia malah menekan Mare dengan kemauannya pikirannya.
"Maafkan mamy... Huh... Ini... Ini semua salah mamy" ucap Rossa terisak
"Nanon juga bersalah My" peluk Nanon
Suasana begitu menegang, hanya suara tangis yang bisa mereka buat saat ini, mereka semua tengah rapuh, mereka harus saling berpegangan agar tak ada yang merasa jatuh.
"Tenang ya, Mare pasti baik baik aja" kata Winny pada Satang, tapi Satang tak bisa berhenti menangis, Ia juga ingin egois seperti Rossa yang ingin Mare sembuh tapi jika keadaan Mare seperti itu siapa yang tega
"Kak.. Hiks.. Kak" Ohm menangis di dalam pelukan Night, Night berusaha untuk tegar, tak menangis dan menenangkan Ohm
Keen dia sudah menangis sedari pagi, ia hanya berhenti saat memarahi Night lalu menangis lagi saat di rumah Mare, ia menangis dengan ditemani oleh Sea, mereka tak saling berkata hanya saling menyalurkan rasa duka.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHTMARE |PERTHCHIMON |END
Fiksi PenggemarJika aku memiliki masa yang panjang aku ingin kita hidup di cerita yang berbeda, tak perlu bertemu dengan kesalahpahaman, tak perlu berdebat siapa yang duluan memulai perkelahian, tak perlu merasakan sakit, tak perlu membuat alasan untuk tidak berte...