happy readingpagi pagi sekali tian dibangunkan oleh orangtuanya yang akan berpamitan untuk pulang ke kota
sekarang tian dan neneknya sedang mengantarkan orangtuanya ke halaman depan rumah neneknya
"ibu, amy titip tian ke ibu, kalau tian susah dibilangin, ibu jangan terlalu keras" ucap mama nya
"hmm, sudah sana kalian segera berangkat, nanti kena macet" balas neneknya
mama nya hanya menggeleng heran melihat ibunya menyuruhnya segera pergi. mama nya berada di hadapan tian sekarang
"kamu yang nurut sama nenek, jangan nakal, bantuin nenek ya?" ucap mama nya
"emang tian pernah nakal?"
mama yang mendengar itu hanya menatap anaknya malas
"ya sudah, mama tinggal ya, ibu amy pamit ya" setelah mengucapkan itu, mama mulai berjalan menjauh
saat sudah sampai didepan mobil, mama melambaikan tangannya sampai akhirnya masuk kedalam mobil
tian membalas lambaian tangan saat melihat mobil orangtuanya mulai menjauh dari pandangannya
nenek masuk kedalam rumah lebih dulu lalu disusul tian yang ikut masuk kedalam rumah
•••
"emang masih jaman yang namanya cowo cantik?" monolog tian yang melihat pesan dari temannya"ngapain kamu ngomong sendiri?"
suara itu membuat tian menoleh kebelakang dan mendapati neneknya yang menatap heran kearahnya
nenek menyerahkan selembar uang kepada tian, tian hanya menatap kearah uang tersebut dengan bingung
"buat tian nek?"
"belikan ikan dipasar sana, yang tenda warna biru, itu tempat langganan nenek, dia sudah tau nenek ingin beli ikan apa"
tian mengambil uang yang berada ditangan neneknya
"semua ikan sama aja kali nek, ga harus disana kan?"
"disana! sudah sana pergi" nenek hendak pergi sebelum tian bersuara kembali
"kunci motor?" tanya tian
"motor apa? tidak ada motor, jalan sana" suruh nenek
"jalan? panas nek, liat matahari berasa didepan muka tian" protes tian
"kalau tidak mau jalan, hanya ada sepeda di belakang rumah"
tian berdecak, dan segera berlari menuju kebelakang rumah untuk mengambil sepeda
daripada ia jalan ditengah panasnya matahari, lebih baik menggunakan sepeda ontel supaya lebih cepat sampai
•••
tian sudah sampai dipasar, untungnya ia melihat banyak sekali orang yang membawa tas belanja, jadi instingnya mengatakan bahwa mereka akan pergi ke pasar
tian mencari tempat penjual ikan yang bertenda biru sambil mendorong sepedanya
langkahnya terhenti saat melihat penjual ikan bertenda biru sesuai keinginan neneknya, wajah yang tadinya sumringah hilang dalam sekejap saat melihat antrian panjang dari tenda tersebut
"banyak banget anjingg.. kenapa orang-orang betah antri disana padahal matahari sepanas ini" monolog tian, dengan terpaksa ia berjalan ke tenda biru tersebut dengan lesu
saat sedang mengantri, banyak sekali mata yang menatap kearahnya, juga ia bisa melihat banyak wanita yang ikut mengantri di belakangnya
"warga baru ya?"
suara lembut tersebut mengalihkan atensi tian, ia menoleh kebelakang dan mendapati tiga wanita cantik dibelakangnya
tian merapikan rambutnya dan tersenyum yang membuat ketiga wanita tersebut saling menyenggol
"ah iya, gue baru disini" ucap tian
"kamu pasti pindahan dari kota" ucap salah satu dari ketiga wanita
"ahaha iya, gue cuma liburan disini" ucap tian
"saya alin" wanita yang berada ditengah mengulurkan tangannya
"bastian, salam kenal alin" ucap tian sambil mengedipkan matanya yang membuat alin tersipu
seperti baru sebentar berbincang, tian melihat orang didepannya sudah menghilang, itu berarti giliran dia untuk membeli
"pak, saya mau beli ikan yang biasa nenek asmi beli" ucap tian
penjual tersebut langsung membungkus ikan itu "cucu nenek asmi ya?" tanya penjual tersebut
tian hanya mengangguk dan mengambil plastik berisi ikan setelah membayar ikan tersebut
"ah gue ga bisa lama lama ngobrol sama kalian, gue duluan ya" ucap tian sambil mendorong sepeda ontelnya menjauhi tiga wanita tersebut
"GANTENG BANGETTT LINN" ucap kedua teman alin
"nduk, beli ikan ndak?" ucap penjual tersebut yang membuat ketiga wanita tersebut tersadar dari ketampanan tian
"eh iya pak" padahal niat awalnya mereka bertiga bukan ingin membeli ikan, tetapi karena melihat pria tampan membuat mereka terpaksa mengantri dipanasnya terik matahari
KAMU SEDANG MEMBACA
crumbs & crush
Mizahsepenggal cerita manis dari seorang pemuda pengangguran yang terpaksa pindah ke rumah neneknya yang berada di pedesaan, hari-harinya hanya diselingi gerutuan sampai akhirnya tukang roti cantik datang ke rumahnya