#1. Pulang

496 24 6
                                    

"Mas, nanti sampai Jakarta jam berapa?" Mama jemput yah?"

Sebuah pesan masuk ke ponsel Damar, dari wanita yang ia panggil Mamah, meski tak pernah melahirkannya. Sosok wanita yang sangat Damar hormati sejak ibu kandungnya pergi meninggalkan dunia ini, dan ia sayangi meski perasaan tidak percaya diri sering menghantuinya saat bersama wanita yang lemah lembut itu.

"Sekitar jam 5 sore Mah"
"Mamah darimana? Gak kejauhan jemput ke bandara. Damar masih harus balik ke kantor nanti dari airport. Gak langsung pulang. Kasihan Mamah, cuma jemput aku aja. Nanti aja ketemu di rumah."

"Gpp, nanti kita early-dinner dulu yah. Mamah kangen, abis ditinggal 2 bulan sama anak lanang. Ngobrol2 dulu sebentar."

"Iya Mah, Damar kangen banget Pagi-Sore. Yuk mah?"

"Kok bukannya kangen Mamah sendiri, malah Pagi-Sore.. Ngambek lah!"

"Hahaha,, makan yang banyak yah nanti. Yawes Mama siap-siap dulu yah. Ayah gak bisa ikut jemput ya.  Tadi juga Tammy kesini, tapi buru-buru ada kelas pilates sore."

"Gpp Mah, besok pagi kan juga ketemu Ayah. Kak  Tammy juga tadi udah pagi vid-call  aku."

"Yawes kmu hati2 yah Nak, jangan mepet2 ke bandara."

Damar mengakhiri percakapannya dengan mengirim sticker bertuliskan "SIAPP KETUA" lengkap dengan gambar animasi seorang tentara. Ia melanjutkan packing segala pakaian dan dokumen-dokumen yang harus ia bawa kembali ke Jakarta.

Selesai sudah urusannya, hampir dua bulan Damar tugas di Banjarmasin, menyelesaikan masalah perusahaan ayahnya. Laki-laki yang mengangkatnya sebagai anak ketika usianya masih 15 tahun, yang menyematkan nama Mardani di belakang namanya.

Mardani, sudah 21 tahun ia memakai nama belakang itu. Nama belakang yang membuat ia dihormati, hal yang dalam sekejap ia dapatkan setelah surat putusan pengadilan atas pengangkatan dan perubahan namanya diterima. Pandita Damar Mardani, anak dari Baskoro Mardani dan istrinya, Mouly

Damar kini memegang jabatan penting di perusahaan ayahnya, PT. Harsa Grahita Tbk, sebuah holding company yang bergerak di bidang agrobisnis dan energi. Jabatan Executive Director - Group Legal Counsel and Company Secretary adalah amanah yang diberikan ayahnya sejak 2 tahun yang lalu.

🎀  -----------  🎀


Setelah membereskan kopernya, Damar langsung check-out dan menunggu supir kantornya di lobby. Sang supir mengabarkan bahwa ia akan terlambat 15 menit.

Lamunan Damar, saat menunggu, membawanya kepada ingatan pada saat usianya 8 tahun, saat pertama kali ia datang ke rumah megah di Jl. Brawijaya, Jakarta Selatan. Ibunya bekerja di rumah ini, mengurus berbagai keperluan rumah tangga tuan dan nyonya pemilik rumah ini.

Ibu kandung Damar bekerja di Jakarta, ayah kandungnya bertani di kampung sambil merawat Damar. Namun setelah ayahnya meninggal karena kecelakaan, sang ibu mengajaknya ikut ke Jakarta untuk tinggal bersama, setelah diizinkan sang empunya rumah.

Linda, nama ibu Damar, wanita pekerja keras yang dipercaya mengurus segala kebutuhan rumah dengan asisten rumah tangga lainnya. Ibunya adalah kesayangan nyonya rumah. Segala yang dibutuhkan nyonya, Ibu siap.

Maklum saja, pada masa itu sang nyonya rumah adalah istri dari petinggi di negara ini. Setiap pagi Ibu akan sibuk mengurusi baju yang akan dikenakan nyonya rumah, membantunya menata rambutnya. Tidak boleh orang lain selain Ibu. Tuan rumah juga hanya ingin kopi buatan Ibu di pagi hari. Anak-anak mereka pun sebagian besar diurus oleh Ibu. Seluruh anggota keluarga ini memang sudah menganggap Ibu seperti keluarga mereka sendiri.

🎀 ----------- 🎀


"Selamat Sore penumpang Garuda Indonesia GA 537, sebentar lagi kita akan mendarat di Bandara International Soekarno Hatta. Saya Captain Nico dan seluruh awak kapal mengucapkan banyak terima kasih atas kepercayaannya menggunakakan Garuda Indonesia. Have a good day, salam hangat untuk keluarga!"

Damar segera merapihkan selimut yang ia pakai selama perjalanan ini, entah kenapa badannya tiba-tiba terasa tidak nyaman. Apa karena ingin bertemu Mamah, tiba-tiba badannya menjadi tegang, batin Damar

Pesawat Boeing 737-800 itu sudah mendarat dengan selamat, Damar sudah melewati garbarata dan disambut oleh sosok yang ia kenal. Bagas, sekretarisnya.

"Izin Bang, Bu Mouly sudah menunggu. Nanti koper biar saya yang urus," jelas Bagas yang hanya disambut anggukan oleh Damar.

Ia bergegas melangkah ke area penjemputan VIP, dari kejauhan terlihat mobil yang sering digunakan oleh Mamahnya. Dan kaca mobil terbuka, disertai seruan"Damar...." Damar segera masuk ke mobil dan disambut pelukan Mouly. Hangat sekali rasanya tapi tetap ketegangan itu tidak serta merta sirna dari dirinya.

"Gimana business tripnya Mas?" tanya Mouly sambil mengelus pundak anak lanangnya yang paling kecil.

"Capek banget Mah, tegang banget selama disana. Banyak banget oknum provokator yang manfaatin ketidaktahuan warga. Oknum-oknum disana parah banget, bilangnya demi kesejahteraan padahal cuma gendutin perut mereka sendiri," keluh Damar sambil membayangkan beban kerjanya selama beberapa bulan terakhir.

Tak lama Mouly segera membawa kepala anak laki-lakinya bersandar ke bahu, sambil membelai halus rambut hitam anaknya itu.

"Tapi kamu hebat Mas, Bang Adnan sudah minta kamu segera balik ke Jakarta. Takut kamu kenapa-napa. Tapi Ayah bilang kamu pasti bisa nyeleseinnya. Ayah yakin banget. Mamah sampe capek denger mereka berantem terus." Mendengarnya Damar hanya bisa tersenyum.

"Besok2 biar tim kamu ajalah, Mamah deg2an setengah mati tiap hari. Nunggu kabar kamu.... Yah?" pinta Mamah dengan terlihat sendu dan air mata yang tertahan.

"Tenang aja Mah, berkat ajaran Mamah yang selalu ingatin untuk memperlakukan manusia seperti manusia. Harus lemah lembut, makanya Damar berhasil bujuk warga disana," jelasnya berusaha menghilangan kekhawatiran yang masih tampak jelas di wajah Mouly.

"Mas, yang ini jangan dibantah. Tolong!" tatap Mouly dengan tajam.

"Iya Mah, Damar usahakan," balas Damar yang disambut dengan belaian lembut Mouly pada punggung tangannya. Lembut dan hangat.

Mobil mereka melaju pesat menembus kemacetan jalanan Jakarta disaat rush hour, sementara Ibu dan anak di dalam mobil sibuk bertukar cerita dan berandai-andai menu apa yang akan mereka pesan nanti.

City of EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang