Bab 4: Lila dan Suaminya

6 2 0
                                    

Malam jatuh pelan di atas Crescent Hills, seperti tirai beludru yang menutup lembut hari yang tampaknya sempurna. Bintang-bintang mulai muncul satu per satu di langit gelap, tetapi di dalam rumah megah milik Lila dan Ethan, tidak ada keindahan yang terpancar. Pintu-pintu kaca yang biasanya memantulkan cahaya kehangatan kini terasa dingin, seolah menahan napas di tengah ketegangan yang tak terlihat dari luar.

Lila berdiri di depan jendela besar di ruang tamu, memandangi kegelapan di luar dengan tatapan yang hampa. Gaun sutranya terjatuh ringan di pundaknya, tetapi beban di dadanya terasa berat, terlalu berat untuk diabaikan. Di belakangnya, suara langkah Ethan terdengar pelan, seperti langkah hantu di atas lantai kayu. Dia bisa merasakan kehadirannya tanpa harus menoleh.

"Lila," suara Ethan memecah keheningan, terdengar datar namun tegang. "Kita perlu bicara."

Lila tetap memunggungi suaminya, bibirnya mengejang sedikit sebelum akhirnya ia berbicara, suaranya nyaris tak terdengar. "Bicara tentang apa, Ethan? Tentang semua hal yang tidak kau katakan padaku?"

Ethan terdiam sejenak, seolah sedang menimbang jawabannya, tetapi Lila tidak memberinya kesempatan. Dia berbalik, menatapnya dengan mata yang penuh dengan pertanyaan yang telah lama ia pendam. "Aku tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan. Aku bisa merasakannya."

Ethan menghela napas panjang, lalu mendekat, tangannya terangkat seolah ingin meraih Lila, tetapi dia menghentikan dirinya di tengah jalan. "Kau terlalu banyak berpikir, Lila. Aku sibuk, itu saja. Kau tahu bagaimana pekerjaan ini, kan?" jawabnya dengan nada yang terdengar terlalu lancar, seperti jawaban yang sudah dia latih.

Lila tertawa kecil, tetapi bukan tawa bahagia. Tawa itu lebih mirip dengan sesuatu yang pahit, sesuatu yang patah di dalam dirinya. "Oh, Ethan, jangan bodohi aku. Aku mungkin terlihat seperti istrimu yang sempurna, tapi aku tahu. Aku selalu tahu."

Suasana di antara mereka semakin berat, udara di ruangan terasa lebih tebal, menekan. Ethan melangkah mundur, pandangannya berubah, seolah dia menyadari bahwa kali ini Lila tidak akan menyerah begitu saja.

"Apa yang kau maksud, Lila?" Ethan berkata pelan, nada suaranya mulai meninggi, meskipun dia berusaha keras menahannya.

Lila menatap suaminya tajam, hatinya bergetar dengan kemarahan yang selama ini ia tahan. "Kau bilang pekerjaan, tapi kau bahkan tidak memberitahuku di mana kau berada setiap malam. Kau tidak lagi berbicara padaku, kau tidak lagi... di sini. Hanya tubuhmu yang ada, Ethan, tapi kau pergi jauh sebelum aku menyadarinya."

Ethan terdiam, tatapannya dingin namun tidak bereaksi. Lila tahu bahwa pertahanannya sudah mulai runtuh. Dia melangkah maju, mendekati suaminya, menatapnya tepat di mata.

"Siapa dia, Ethan?" tanya Lila, suaranya kini lebih lembut, tetapi di balik kelembutan itu, ada keteguhan yang tidak bisa dipatahkan. "Apakah ada wanita lain?"

Ethan terdiam lebih lama kali ini, napasnya terdengar berat. Dia membuang pandangan ke samping, menghindari tatapan Lila, dan saat itulah Lila tahu jawabannya. Tentu saja, dia sudah tahu. Selama berbulan-bulan, tanda-tanda itu sudah ada—panggilan telepon yang berakhir tiba-tiba, senyuman samar yang hilang dari wajah suaminya, malam-malam panjang yang dihabiskan di luar rumah tanpa penjelasan.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan," gumam Ethan akhirnya, tapi suaranya terdengar jauh, seperti seseorang yang tahu dia sudah kalah.

Di sudut ruangan, Emma berdiri diam di balik pintu setengah terbuka. Dia datang untuk mengembalikan sesuatu kepada Lila, tetapi tidak pernah bermaksud mendengar percakapan ini. Namun, ketika suaranya mulai meninggi, Emma tak bisa menahan diri. Sekarang, dia terjebak di sana, di antara perasaan bersalah karena menguping dan rasa takut terhadap apa yang mungkin akan ia dengar.

Dari posisinya, Emma bisa melihat bayangan Lila yang tegap, tubuhnya gemetar sedikit, tetapi suaranya tetap stabil. "Tidak seperti yang kupikirkan? Lalu bagaimana, Ethan? Jelaskan padaku bagaimana seorang suami bisa menghilang begitu saja dan istrinya tidak pernah tahu di mana dia berada?"

Ethan mendesah, meletakkan tangannya di wajahnya, menutupi mata. "Aku... aku tak ingin melukaimu, Lila."

"Tapi kau sudah melukaiku," bisik Lila, suaranya pecah di tengah-tengah kalimat. "Dengan kebohonganmu, dengan semua yang kau sembunyikan dariku. Aku bisa menangani apa pun, Ethan, tapi bukan kebohongan. Bukan pengkhianatan."

Sebuah keheningan panjang menggantung di udara. Ethan tidak menjawab, dan Lila tidak menunggu jawaban. Dia melangkah mundur, tubuhnya terasa lebih ringan, namun hatinya tenggelam dalam lautan kepahitan. Ini bukan pertama kalinya dia merasakan kekosongan ini, tetapi malam ini, segalanya terasa lebih nyata. Lebih tak terhindarkan.

Emma, yang masih berdiri di tempatnya, menarik napas dalam-dalam. Dia ingin keluar dari tempat itu, ingin memalingkan wajah dari kepedihan yang ia saksikan, tetapi sesuatu di dalam dirinya menahannya. Ini bukan pertama kalinya Emma melihat bagaimana cinta berubah menjadi sesuatu yang retak, tetapi menyaksikan Lila—sahabatnya—terjebak dalam kebohongan suaminya membuat perutnya terasa melilit.

Ketika Lila berbalik dan berjalan keluar dari ruangan, Ethan tetap di tempatnya, terpaku dalam diam yang menyakitkan. Di saat itu, Emma merasakan bahwa sesuatu di antara mereka telah runtuh, sesuatu yang mungkin tidak akan bisa diperbaiki lagi.

Di luar, angin malam berembus pelan, seperti berbisik kepada bintang-bintang di langit yang jauh. Rumah-rumah di Crescent Hills berdiri megah, tetapi di balik dinding-dindingnya, ada ketegangan, kepahitan, dan cinta yang retak perlahan. Lila tahu malam ini adalah awal dari akhir—akhir dari kebohongan, dan mungkin, akhir dari pernikahannya.

Di balik setiap senyuman yang tampak sempurna, ada kebenaran yang lebih sulit untuk dihadapi.

Hidden ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang