Bab 13: Pertengkaran Besar

2 2 0
                                    

Malam di Crescent Hills turun dengan perlahan, seperti tirai tebal yang menutupi semua rahasia di balik dinding rumah-rumah mewah yang berjajar rapi. Hujan gerimis membasahi jalanan, menciptakan suara lembut di atas atap dan daun-daun pohon. Namun, di dalam hati mereka yang hidup di balik jendela-jendela berkilau itu, badai sedang berkumpul, lebih gelap dan lebih dahsyat dari hujan yang turun di luar.

Rachel duduk di ruang tamu rumahnya, merasakan keheningan yang tidak biasa. Suaminya, Daniel, masuk dengan langkah berat. Setiap gerakan Daniel selalu menggetarkan ruangan, seolah kekuatan fisiknya membebani udara di sekelilingnya. Malam ini, ada ketegangan di antara mereka yang tak bisa dihindari. Rachel tahu, sejak ia menemukan catatan Lila, segalanya berubah—termasuk perasaannya terhadap Daniel. Ia tak bisa lagi melihatnya dengan cara yang sama.

"Ada yang ingin kau bicarakan, Rachel?" suara Daniel tiba-tiba memecah keheningan. Nada suaranya datar, tapi penuh dengan ketegangan yang terpendam.

Rachel mengangkat tatapannya dengan ragu, lalu berkata, "Kita tidak bisa terus begini, Daniel. Ada sesuatu yang salah antara kita. Aku tidak bisa lagi berpura-pura."

Daniel berdiri diam, matanya menyipit sedikit. "Pura-pura? Pura-pura apa, Rachel? Aku suamimu. Aku di sini setiap hari untukmu. Apa lagi yang kau butuhkan?"

Rachel berdiri, merasa amarahnya yang selama ini terkubur perlahan-lahan muncul ke permukaan. "Yang kubutuhkan adalah kebebasan! Kebebasan dari rasa takut yang kau ciptakan setiap hari, dari kendali yang kau tanamkan padaku. Aku lelah hidup dalam bayanganmu, Daniel!"

Kata-kata itu keluar seperti aliran deras yang tak bisa dihentikan. Suara Rachel bergetar, tapi keberanian yang baru ditemukan membuatnya bertahan di tempatnya. Namun, Daniel melangkah mendekat, wajahnya mulai memerah, tatapannya berubah menjadi dingin.

"Kebebasan?" desisnya, suaranya semakin rendah, penuh ancaman. "Apa kau pikir kau bisa hidup tanpa aku? Kau pikir kau bisa pergi begitu saja, meninggalkan semua ini?"

Rachel mundur selangkah, jantungnya berdetak kencang. Dia bisa merasakan ketegangan di tubuh suaminya, kemarahan yang bergejolak di bawah permukaan, dan untuk sesaat, dia takut kemarahan itu akan meledak menjadi sesuatu yang lebih buruk.

"Daniel, jangan—"

Namun sebelum kata-katanya selesai, Daniel mengangkat tangannya. Tapi saat itu juga, dia menahan diri. Tangannya bergetar di udara, seolah dia sedang bertarung dengan sesuatu di dalam dirinya. Matanya yang penuh dengan kemarahan berubah menjadi kebingungan sesaat, tapi bagi Rachel, ancaman itu sudah cukup nyata.

"Jangan pernah mencoba melawanku lagi, Rachel," kata Daniel dengan suara rendah. "Kau milikku. Jangan lupakan itu."

Di tempat lain, Sophie duduk di kamar tidur, matanya terpaku pada pintu yang tertutup. Michael baru saja masuk dari ruang tamu, dan ada sesuatu dalam cara dia bergerak yang membuat Sophie gelisah. Ini bukan lagi suami yang ia kenal. Keheningan di antara mereka semakin lama semakin berat, hingga Sophie merasa seperti berada di dalam rumah yang bukan miliknya sendiri.

Michael melemparkan jaketnya ke kursi dengan kasar. "Sophie, aku lelah. Aku lelah dengan semua ini. Kau terus-terusan mencurigai sesuatu yang bahkan tidak ada. Kau yang merusak hubungan ini." Suaranya tegang, penuh dengan frustrasi yang semakin sulit dikendalikan.

Sophie menatapnya dengan tatapan dingin, merasa seluruh tubuhnya gemetar, tapi ia tidak bisa membiarkan dirinya mundur lagi. "Bukan aku yang merusak hubungan ini, Michael. Kau dan Lila yang menghancurkan semuanya. Aku sudah cukup lama bersabar. Sekarang, aku butuh jawaban."

Michael mendekat, matanya penuh kemarahan. "Jawaban? Jawaban apa yang kau inginkan? Aku sudah bilang, tidak ada apa-apa antara aku dan Lila. Berhenti menggali sesuatu yang tidak ada!"

Sophie merasa ketakutan yang dingin menjalar di tubuhnya. Michael yang dulu penuh kasih sayang kini terasa asing, seolah orang yang berdiri di hadapannya bukan lagi suaminya, melainkan sosok yang tak bisa ia kenali. Untuk pertama kalinya, ia merasa terancam. "Kau semakin agresif, Michael. Kau bukan seperti ini dulu."

"Apa maksudmu?" desis Michael, tatapannya semakin tajam. "Kau yang membuat semuanya hancur dengan kecurigaanmu. Kau yang berubah, Sophie."

Sophie tahu, malam ini bukan saatnya untuk berdebat. Ada sesuatu yang lebih gelap dari kemarahan biasa di mata Michael, dan dia merasa seolah-olah sedang berjalan di atas pisau yang tipis, hanya selangkah dari kehancuran.

Emma, di rumahnya yang sepi, duduk di sudut sofa, merasakan kekhawatiran yang semakin menghantuinya. Ia telah mendengar tentang perubahan yang terjadi pada Michael dari Sophie, dan melihat sendiri ketegangan yang kini menguasai Rachel dan Daniel. Suami-suami teman-temannya mulai berubah, dan perubahan itu tidak datang perlahan—itu datang seperti badai, tiba-tiba dan tanpa ampun.

David, suaminya, duduk di seberang ruangan, wajahnya tenang, namun Emma mulai meragukan semua yang pernah ia ketahui tentangnya. Apakah David juga bisa berubah seperti mereka? Apakah semua pernikahan yang tampak sempurna ini hanya lapisan tipis yang rapuh, siap retak kapan saja?

"David," panggilnya pelan, suaranya hampir tenggelam dalam suasana malam yang tenang. "Kau percaya pada pernikahan kita, kan? Maksudku... kau tidak pernah merasa seperti... mereka, kan?"

David memandang Emma dengan tatapan bingung. "Mereka? Apa maksudmu, Emma? Tentu saja aku percaya pada kita. Kau tahu itu."

Tapi Emma tidak yakin lagi. Seluruh dunia yang ia kenal tampaknya runtuh di sekelilingnya, dan kini, ia tak bisa lagi mempercayai hal yang dulunya pasti.

Malam semakin larut, dan di Crescent Hills, badai di hati mereka semakin tak terkendali. Rachel, Sophie, dan Emma, ketiganya kini terjebak dalam ketakutan yang sama—bahwa suami mereka bukan lagi pria yang mereka kenal, bahwa rahasia yang mereka sembunyikan dan ungkapkan perlahan-lahan menghancurkan kehidupan yang selama ini mereka bangun dengan hati-hati.

Dan di luar, hujan masih turun, membasahi dunia yang kini terasa begitu rapuh, begitu mudah hancur di bawah tekanan kenyataan yang tak terelakkan.

Hidden ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang