Langit senja di Crescent Hills memudar dalam warna lembayung, sementara udara yang biasanya tenang di lingkungan mewah itu terasa berat, penuh dengan kegelisahan yang tak terucapkan. Jalan-jalan yang mulus tampak lengang, tapi di dalam rumah Sophie, badai tak terlihat sedang berputar kencang. Ia berdiri di ruang tamunya, tangannya bergetar, matanya penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab, dan di depannya, Michael—suaminya—berdiri kaku, rahangnya mengeras seolah menahan sesuatu yang tak ingin ia katakan.
"Apa kau mengira aku tak akan pernah tahu?" Suara Sophie pecah dalam bisikan yang tajam. "Aku menemukan foto-fotonya, Michael. Aku tahu kau dan Lila punya hubungan. Kenapa kau tidak pernah jujur padaku?"
Michael menatapnya, napasnya berat. Dia tahu ini tak bisa dihindari lagi, tapi bahkan ketika kebenaran berada di ujung lidahnya, ia masih mencoba untuk merangkai kebohongan yang lebih halus. "Sophie, itu bukan seperti yang kau pikirkan. Kami hanya bertemu beberapa kali untuk urusan pekerjaan. Tidak ada yang lebih dari itu."
"Pekerjaan?" Sophie mengulangi kata itu, bibirnya bergetar di antara kemarahan dan kesedihan yang menumpuk. "Kau pikir aku akan percaya omong kosong itu setelah melihat foto-foto kalian? Senyummu padanya, cara kau menatapnya—kau tidak bisa menyangkalnya, Michael. Aku tahu ada lebih dari sekadar pertemuan bisnis."
Michael melangkah maju, mencoba mendekati Sophie, tapi ia mundur, tangan di depannya seolah ingin menahan semua yang ia rasakan. "Jangan mendekat," bisik Sophie dengan suara tercekik. "Aku sudah cukup merasa dibohongi. Jangan berusaha menenangkanku dengan kebohongan lain."
Keduanya terdiam dalam ketegangan yang seolah menggantung di udara. Angin lembut yang datang dari jendela terbuka membawa aroma hujan yang jauh, tapi tak ada yang bisa menenangkan perasaan Sophie. Di antara mereka, ada dinding yang tidak kasat mata—dinding yang dulu tak pernah ada, tapi kini begitu nyata.
Sementara itu, di rumah Emma, suasana tidak kalah tegang. Rachel duduk di sofa dengan wajah yang tertekuk, tubuhnya terkulai seolah dibebani oleh sesuatu yang tidak bisa ia ungkapkan. Emma berjalan mondar-mandir di ruang tamu, mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan, tapi semuanya terasa hampa.
"Rachel, aku mengerti ini sulit," kata Emma dengan suara lembut, meskipun di dalam hatinya ia sendiri merasa bingung. "Tapi kita tidak bisa membiarkan semuanya runtuh. Lila sudah tiada, dan sekarang Sophie sedang menghadapi masalah besar. Kita harus tetap bersama."
Rachel mendongak, matanya merah, menatap Emma seolah mencari sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata. "Aku tidak tahu apakah aku bisa, Emma. Tekanan ini... rasanya tidak bisa aku tanggung lebih lama lagi."
Emma berhenti, memandang sahabatnya yang tampak semakin rapuh. "Rachel, kau tidak sendirian. Apa pun yang terjadi, kau tahu aku akan selalu ada di sini untukmu. Kita semua akan melewati ini bersama."
Rachel menunduk, memainkan cincin pernikahannya yang terpasang erat di jarinya. "Aku hanya merasa... tidak ada jalan keluar. Semua ini... terlalu berat."
"Apa maksudmu?" Emma berhenti di hadapan Rachel, duduk di sampingnya, tangannya menyentuh lengan Rachel dengan lembut.
Rachel menggeleng, air mata menggenang di sudut matanya. "Daniel. Aku... aku tidak tahu apakah aku bisa bertahan dengannya lebih lama lagi. Setiap hari, setiap malam, semuanya terasa seperti neraka. Tapi aku terjebak, Emma. Aku tidak bisa pergi. Jika aku melarikan diri, dia akan menemukan aku. Aku tahu itu."
Suara Rachel hampir tidak terdengar, tapi setiap kata yang keluar dari mulutnya mengandung beban yang sulit ditanggung. Emma terkejut, rahasia yang selama ini Rachel sembunyikan mulai terlihat jelas, seperti serpihan kaca yang berserakan di lantai.
"Rachel... kau tidak perlu menjalani ini sendirian," bisik Emma, tangannya menggenggam erat tangan Rachel. "Kita bisa menemukan jalan keluar. Kau bisa keluar dari situasi ini. Kami bisa membantumu."
Rachel hanya menggeleng, tatapannya hampa. "Tidak. Aku tidak sekuat itu. Aku tidak tahu apakah aku sanggup."
Di sisi lain kota, Sophie menutup pintu rumah dengan kasar, suaranya bergema di sepanjang lorong rumah yang sunyi. Michael berdiri di ruang tamu, pandangannya kosong, masih terguncang oleh percakapan mereka yang belum selesai. Sophie berjalan menuju kamar tidur, hatinya berdenyut-denyut dengan kemarahan yang tak bisa ia redam.
Tiba-tiba, teleponnya berbunyi, memecah keheningan di dalam ruangan. Di layar, nama Emma muncul. Sophie menarik napas panjang sebelum menjawab panggilan itu.
"Sophie?" Suara Emma terdengar lembut di ujung sana, namun penuh dengan kecemasan. "Apa kau baik-baik saja?"
Sophie menelan ludah, suaranya serak saat menjawab. "Tidak. Aku baru saja mengonfrontasi Michael. Aku tidak tahu... aku tidak tahu harus bagaimana sekarang, Em. Semuanya terasa berantakan."
"Aku mengerti, Soph," kata Emma, suaranya penuh keprihatinan. "Rachel juga sedang menghadapi banyak hal. Aku tidak tahu bagaimana cara menenangkan kalian berdua. Kita semua... semuanya semakin rumit."
Sophie menutup matanya, air mata mulai mengalir perlahan di pipinya. "Aku tahu. Kita mencoba menjaga semuanya tetap utuh, tapi semakin lama, semakin banyak yang terlepas dari kendali kita."
Di ujung sana, Emma terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Kita harus tetap bersama. Meski semuanya tampak hancur, kita tidak bisa menghadapi ini sendirian. Jika kita membiarkan semuanya retak sekarang, kita akan benar-benar kehilangan segalanya."
Malam semakin larut, dan di dalam rumah-rumah yang tersebar di Crescent Hills, ketegangan itu semakin memuncak. Persahabatan mereka yang dulu kuat kini terasa seperti tali tipis yang siap putus kapan saja. Rahasia-rahasia yang selama ini tersembunyi mulai merayap keluar, dan dengan itu, solidaritas mereka goyah, retak, nyaris tak bisa diperbaiki.
Dan di luar, langit malam tetap kelam, penuh dengan awan tebal yang menggantung, seolah ikut merasakan beratnya beban yang tak terucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Scars
RandomEmpat wanita yang tinggal di lingkungan elit pinggiran kota hidup dalam bayang-bayang pernikahan yang tampak sempurna, namun penuh rahasia gelap. Ketika salah satu dari mereka ditemukan tewas, penyelidikan membuka tirai kebohongan, kekerasan, dan pe...