BAB 76: The Projects

77 4 0
                                    

Danny mengeratkan pelukannya di tubuh wanita yang tertidur pulas di sampingnya. Dia masih memejamkan mata dengan posisi memunggungi pria itu. Rasa lelah setelah melewati hari yang berat, membuatnya sulit membuka mata untuk bangun pagi itu.

Pria itu mencium samping telinga Lizzy agar bisa membangunkannya. Dia tidak ingin wanita itu terlambat tiba di kantor. Matahari saat ini telah bersinar terang, tapi wanitanya masih tertidur lelap dalam dekapan lengan kokohnya.

"Wake up, Liz," bisiknya pelan setelah mencium telinga Lizzy, "matahari sudah terang, kau bisa terlambat jika tidak bangun sekarang.

Danny mengelus rambut pirang itu dan menyelipkannya di balik telinga.

"Miss Eiden?" panggilnya lagi dengan suara yang sedikit keras.

Lizzy tersenyum mendengarkan Danny memanggilnya seperti itu. Matanya masih terpejam.

"Bagaimana aku bisa bangun, jika terus berada dalam pelukanmu seperti ini," ucapnya pelan.

Danny menaikkan sedikit tubuhnya ke samping, sehingga bisa melihat wajah Lizzy. Terlihat mata biru itu mulai terbuka dengan senyum mengembang di bibir.

"Apa kau mengerjaiku?" Danny tertawa.

Lizzy memutar tubuhnya menghadap Danny, lalu mengecup bibirnya.

"Rasanya aku tidak ingin bekerja lagi hari ini," ujarnya kemudian menggigit bibir bawah.

Danny memejamkan mata dan menggelengkan kepala. "Kau tidak boleh begitu. Ingat misimu. Mencapai puncak dan membawa Mommy juga Aaron ke London. Ah, jika karyawanku seperti ini sudah lama kupecat."

"Kau kejam sekali, tuan Smith." Lizzy mengerucutkan bibirnya.

Cup!

Mata Lizzy melebar saat Danny mengecup bibirnya.

"Aku sudah bilang, Liz. Hati-hati dengan bibirmu." Danny mengedipkan mata.

Dia kemudian duduk dan menarik Lizzy ke posisi yang sama dengannya. Pria itu menggenggam bahunya.

"Sekarang kau harus mandi, biar aku yang membuatkan sarapan untukmu."

Lizzy memandang lesu.

"Ayolah, Sayang. Kau harus mandi sekarang jika tidak, kakak tirimu itu akan menertawakanmu karena gagal meraih posisi direktur."

Kepala Lizzy menengadah ke atas. "Ah, kau benar. Aku juga ingin memberikan mereka pelajaran, terlebih Clarissa yang telah berusaha menculik putraku."

"Putra kita, Sayang." Danny membenarkan.

Lizzy tertawa mendengarkan perkataan Danny. "Benar putra kita."

Dia terdiam, lalu menggigit bibir bawahnya. "Apa kau tidak merasa takdir seakan menertawakan kita, Dan?"

"Why?" Danny menaikkan alis ke atas.

"Kita bertemu dalam keadaan yang tidak baik, kemudian bertemu kembali dan saling jatuh cinta." Lizzy membulatkan mata.

Danny menarik punggung Lizzy sehingga tubuhnya mendekat. Mata elangnya menelusuri wajah cantik itu.

"Apapun itu dan siapapun yang telah membuat kita berada dalam situasi seperti itu. Aku akan berterima kasih kepadanya, karena aku bertemu dengan wanita luar biasa sepertimu." Danny masih memandangi Lizzy. "Bayangkan, bagaimana jika hal itu tidak terjadi dan kau tidak ke London. Kita tidak akan bertemu lagi. Kita bahkan tidak saling menyapa saat aku berada di bar waktu itu."

Lizzy mendesah. "Benar. Aku bahkan tidak ingat kau ada di sana waktu itu. Lebih tepatnya aku tidak pernah memerhatikan orang-orang yang datang ke sana."

Lelaki yang MenghamilikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang